Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Impor Kedelai Indonesia

22 IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini membahas tentang kondisi sistem agribisnis kedelai lokal di Indonesia, dayasaing kedelai lokal dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal agribisnis kedelai di Indonesia, serta strategi pengembangan yang dapat dihasilkan untuk meningkatkan dayasaing kedelai lokal. Lingkup penelitian ini meliputi analisis dayasaing dan strategi pengembangan kedelai lokal dengan skala nasional makro. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Januari hingga Mei 2011 mencakup ke dalam penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data dan informasi, pengolahan data hingga disimpulkannya hasil penelitian. 4.2. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam dengan pihak- pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu pemerintah pusat dan daerah, KOPTI Koperasi pengusaha Tahu Tempe Indonesia. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dirjen Tanaman Pangan, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Litbang Pertanian, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian PSE-KP, Pusat Data dan Informasi Pertanian, literatur-literatur penelitian terdahulu, buku dan internet. Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan berupa daftar pertanyaanpanduan wawancara yang telah disusun secara tertulis sesuai dengan masalah, alat pencatat, review dokumen dan alat penyimpanan data elektronik.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan wawancara khusus Elite Interviewin g dengan kelompok elite tertentu yaitu Kasubid Pengembangan Kedelai, Kepala Seksi Pengembangan Kedelai Lokal, Kepala KOPTI dan studi literatur dari berbagai sumber dan buku serta internet. 23

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi sistem agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Selain itu analisis deskriptif kualitatif juga dilakukan dengan menggunakan Teori Berlian Porter untuk menganalisis dayasaing agribisnis kedelai lokal, sedangkan metode analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strategi pengembangan untuk meningkatkan dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia, kemudian strategi tersebut dipetakan ke dalam Arsitektur Strategik. Pada penelitian ini terdapat pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal terdapat pada lingkungan mikro, sedangkan pihak eksternal berada pada lingkungan makro. Pada penelitian ini yang menjadi pihak internal meliputi subsistem hulu, petani kedelai lokal sebagai pelaku kegiatan usahatani on farm, subsistem hilir, faktor fisik dan infrastruktur. Sedangkan pada lingkungan makro terdapat pihak eksternal yaitu subsistem jasa dan penunjang, Keberhasilan lingkungan mikro pada agribisnis kedelai lokal di Indonesia didukung oleh kondisi lingkungan makro dan kekuatan eksternal global yang ada. 24 Keterangan : Faktor Internal : Lingkungan Mikro Faktor Eksternal : Lingkungan Makro dan Lingkungan Global Gambar 3. Sistem Agribisnis Kedelai Lokal Kekuatan Ekonomi dan Sosial Politik GlobalInternasional Lingkungan Makro Subsistem Penunjang : ‐ Kebijakan pemerintah ‐ Lembaga keuangan ‐ Lembaga penelitian ‐ Lembaga pendidikan ‐ Pemerintah ‐ Asosiasi perdagangan Lingkungan Mikro Subsistem On farm petani kedelai lokal Subsistem Hilir Kedelai: • Pengolahan • Pemasaran Subsistem Hulu Kedelai: Industri pupuk organik dan anorganik, benih, alat dan mesin pertanian, industri pestisida Faktor Fisik dan Infrastuktur : ‐ Tanah, air, udara, sinar matahari, hewan dan vegetasi, iklim ‐ Lingkungan buatan manusia 25

4.4.1. Analisis Berlian Porter

Dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia dapat diketahui dengan menggunakan Teori Berlian Porter. Analisis dilakukan dengan menggunakan tiap komponen dari Teori Berlian Porter Porter’s Diamond Theory. Komponen tersebut meliputi: a Factor Condition FC, yaitu keadaan faktor-faktor produksi dalam suatu industri seperti tenaga kerja dan infrastuktur. b Demand Condition DS, yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam suatu negara. c Related and Supporting Industries RSI, yaitu keadaan para penyalur dan industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan. d Firm Strategy, Structure, and Rivalry FSSR, yaitu strategi yang dianut perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam suatu industri domestik. Keempat komponen di atas merupakan komponen utama pada Teori Berlian Porter. Selain itu terdapat dua faktor pendukung Teori Berlian Porter yaitu faktor pemerintah dan kesempatan. Keempat komponen dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Dari hasil analisis komponen penentu dayasaing, kita dapat menentukan komponen yang menjadi keunggulan dan kelemahan dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Hasil keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu industri. Empat komponen Porter tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Kondisi Faktor Sumberdaya Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi digolongkan ke dalam lima kelompok: a Sumberdaya Fisik atau Alam Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi dayasaing nasional mencakup biaya, aksestabilitas, mutu dan ukuran lahan lokasi, ketersediaan air, mineral, dan energi sumberdaya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan termasuk perairan laut lainnya, peternakan serta 26 sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis dan lain-lain. b Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang mempengaruhi dayasaing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku tingkat upah, dan etika kerja termasuk moral. c Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan teknis dan pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya. d Sumber Modal Sumberdaya modal yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari jumlah dan biaya suku bunga yang tersedia, jenis pembiayaan sumber modal, aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, kondisi moneter, fiskal serta peraturan moneter dan fiskal. e Sumberdaya Infrastruktur Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari ketersediaan, jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi persaingan. Termasuk sistem transportasi, komunikasi, pos, giro, pembayaran transfer dana, air bersih, energi listrik dan lain-lain. 2 Kondisi Pemintaan Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu dayasaing industri, terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan domestik merupakan sasaran pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing di pasar global. Mutu permintaan persiapan yang ketat di dalam negeri memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan dayasaingnya 27 sebagai tanggapan terhadap mutu persaingan di pasar domestik. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi dayasaing industri nasional yaitu: a Komposisi Permintaan Domestik Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi dayasaing industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi: i Struktur segmen permintaan domestik sangat mempengaruhi dayasaing nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh dayasaing pada struktur segmen permintaan yang lebih luas dibandingkan dengan struktur segmen yang sempit. ii Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi standar yang tinggi yang mencakup standar mutu produk, product features dan pelayanan. iii Antisipasi kebutuhan pembeli yang baik dari perusahaan dalam negeri merupakan suatu poin dalam memperoleh keunggulan bersaing. b Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh pembeli bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan melakukan penetrasi lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat dilakukan jika industri melakukannya dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman modal dengan membangun fasilitas skala besar, pengembangan teknologi dan peningkatan produktivitas. c Internasionalisasi Pemintaan Domestik Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong dayasaing industri nasional, karena dapat membawa produk tersebut ke luar negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong meningkatnya dayasaing produk negeri yang dikunjungi tersebut. 28 3 Industri Terkait dan Industri Pendukung Keberadaan industri terkait dan industri pendukung yang telah memiliki dayasaing global juga akan mempengaruhi dayasaing industri utamanya. Industri hulu yang memiliki dayasaing global akan memasok input bagi industri utama dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri utama, sehingga industri tersebut juga akan memiliki dayasaing global yang tinggi. Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki dayasaing global maka industri hilir tersebut dapat menarik industri hulunya untuk memperoleh dayasaing global. 4 Struktur, Persaingan, Strategi Perusahaan Struktur industri dan perusahaan juga menentukan dayasaing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Struktur industri yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk melakukan perbaikan-perbaikan serta inovasi-inovasi baru dibandingkan dengan struktur industri yang bersaing. Struktur perusahaan yang berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan dayasaing global industri yang bersangkutan. a Struktur Pasar Istilah struktur pasar digunakan untuk menunjukan tipe pasar. Derajat persaingan struktur pasar degree of competition of market share dipakai untuk menunjukan sejauhmana perusahaan-perusahaan individual mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga atau ketentuan-ketentuan lain dari produk yang dijual di pasar. Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat-sifat organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan. Jumlah penjual dan keadaan produk nature of the product adalah dimensi-dimensi yang penting dari struktur pasar. Adapula dimensi lainnya yaitu mudah atau sulitnya memasuki industri hambatan masuk pasar, kemampuan perusahaan mempengaruhi permintaan melalui iklan dan lain-lain. Beberapa struktur pasar yang ada antara lain pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar 29 oligopoli, pasar monopsoni dan pasar oligopsoni. Biasanya struktur pasar yang dihadapi suatu industri seperti monopoli dan oligopoli lebih ditentukan oleh kekuatan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar yang ada, dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang bergerak dalam suatu industri. b Persaingan Tingkat persaingan dalam industri merupakan salah satu pendorong bagi perusahaan-perusahaan yang berkompetisi untuk terus melakukan inovasi. Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan faktor penentu dan sebagai motor penggerak untuk memberikan tekanan pada perusahaan lain dalam meningkatkan dayasaingnya. Perusahaan-perusahaan yang telah teruji pada persaingan ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan persaingan internasional dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang belum memiliki dayasaing yang tingkat persaingannya rendah. c Strategi Perusahaan Dalam menjalankan suatu usaha, baik usaha yang berskala besar maupun perusahaan berskala kecil, dengan berjalannya waktu, pemilik atau manajer dipastikan mempunyai keinginan untuk mengembangkan usahanya ke dalam lingkup yang lebih besar. Untuk mengembangkan usaha, perlu strategi khusus yang terangkum dalam suatu strategi pengembangan usaha. Dalam penyusunan suatu strategi diperlukan perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan semua faktor yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. 5 Peran Pemerintah Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya peningkatan dayasaing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu dayasaing global. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri mampu menciptakan dayasaing global secara langsung. Peran pemerintah merupakan fasilitator bagi upaya untuk mendorong perusahaan-perusahaan dalam industri agar senantiasa melakukan perbaikan dan meningkatkan dayasaingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi aksesibilitas pelaku-pelaku industri terhadap berbagai sumberdaya melalui kebijakan-kebijakannya, seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, pembentukan modal, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi. 30 Pemerintah juga dapat mendorong peningkatan dayasaing melalui penetapan standar produk nasional, standar upah tenaga kerja minimum, dan berbagai kebijakan terkait lainnya. Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi permintaan domestik, baik secara langsung melalui kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkannya maupun secara langsung melalui perannya sebagai pembeli produk dan jasa. Kebijakan penerapan bea keluar dan bea masuk, tarif pajak dan lain-lainnya yang juga menunjukkan terdapat peran tidak langsung dari pemerintah dalam meningkatkan dayasaing global. Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat dayasaing melalui kebijakan yang memperlemah faktor penentu dayasaing industri, tetapi pemerintah tidak dapat secara langsung menciptakan dayasaing global namun memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor penentu dayasaing, sehingga perusahaan- perusahaan yang berada dalam industri mampu mendayagunakan faktor-faktor penentu tersebut secara efektif dan efisien. 6 Peran Kesempatan Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali perusahaan atau pemerintah, tetapi dapat meningkatkan dayasaing global industri nasional. Beberapa kesempatan yang dapat mempengaruhi naiknya dayasaing industri global nasional adalah penemuan baru yang murni, biaya perusahaan yang tidak berlanjut misalnya terjadi perubahan harga minyak atau depresiasi mata uang, meningkatkan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih tinggi dari peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain serta berbagai faktor kesempatan lainnya. 31 Keterangan : Garis , menunjukan keterkaitan antara komponen utama yang saling mendukung Garis , menunjukan keterkaitan antara komponen penunjang yang mendukung komponen utama . Gambar 4. The Complete System of National Competitif Advantage Sumber: Porter 1990 Persaingan, Struktur, dan Strategi perusahaan 1. Persaingan Domestik 2. Struktur dan Strategi perusahaan Peranan Kesempatan Kondisi Permintaan Domestik 1. Komposisi permintaan domestik 2. Besar dan pola pertumbuhan permintaan domestik 3. Internasionalisasi permintaan domestik Kondisi Faktor Sumberdaya 1. Sumberdaya alam 2. Sumberdaya manusia 3. Sumberdaya IPTEK 4. Sumberdaya modal 5. Sumberdaya infrastruktur Industri Terkait dan Pendukung 1. Industri terkait 2. Industri pendukung Peranan Pemerintah 32

4.4.2. Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal kondisi agribisnis kedelai di Indonesia. Analisis SWOT dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT dan menghasilkan empat alternatif strategi yang mampu menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berikut ini merupakan matriks SWOT: IFAS EFAS Stengths S Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal Weaknesses W Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal Opportunity O Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang Threats T Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Gambar 5. Matriks SWOT Sumber David 2004 Tahap analisis dilakukan setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan agribisnis kedelai lokal melalui proses identifikasi terhadap peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan. Identifikasi kekuatan dalam analisis keunggulan kompetitif ditunjukan dengan keadaan suatu atribut yang mendukung. Sedangkan kelemahan ditunjukan dengan keadaan atribut yang kurang mendukung. Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam perumusan strategi dengan menggunakan model SWOT. 33 Menurut David 2004, terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT yaitu: 1. Tentukan faktor-faktor peluang eksternal organisasi atau perusahaan. 2. Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal organisasi atau perusahaan. 3. Tentukan faktor-faktor kekuatan internal kunci organisasi atau perusahaan. 4. Tentukan faktor-faktor kelemahan internal kunci organisasi atau perusahaan. 5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O. 6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O. 7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T. 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-O.

4.4.3. Arsitektur Strategik

Arsitektur strategik adalah suatu gambar rancangan arsitektur strategi yang bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan strateginya ke dalam kanvas rencana organisasi untuk meraih visi dan misinya. Guna menyusun sebuah arsitektur strategik yang lengkap perlu diperhatikan komponen inti dan komponen pendamping. Komponen inti adalah komponen penting yang menjadi syarat cukup untuk menyusun arsitektur strategik. Sedangkan komponen pendamping merupakan turunan lanjutan dari komponen inti yaitu berupa kompetensi inti organisasi dan strategic intent Yoshida 2006. Penggunaan arsitektur strategik dalam penyusunan strategi mampu memberikan kemudahan karena strategi disajikan dalam bentuk gambar sehingga mudah untuk dipahami. Proses berfikir kreatif yang menggabungkan seni dengan hasil strategi yang diperoleh dari tahapan pengambilan keputusan diwujudkan dalam gambar arsitektur strategik yang telah dibuat. Teknik penggambaran suatu arsitektur strategi tidak memiliki aturan baku yang menggambarkan suatu susunan strategi. 34 V GAMBARAN UMUM KEDELAI DUNIA DAN NASIONAL 5.1. Kedelai Dunia 5.1.1. Produksi Kedelai Dunia Volume produksi kedelai dunia selama empat tahun mulai dari tahun 2006 hingga tahun 2009 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 volume produksi kedelai dunia mampu mencukupi permintaan kedelai dunia. Namun pada tahun 2007 dan 2008, dunia mengalami defisit kedelai sebesar 9 juta ton. Kondisi ini berubah pada tahun 2009, dimana produksi kedelai dunia mengalami surplus sebesar 16 juta ton, sehingga kebutuhan kedelai dunia dapat terpenuhi. Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Permintaan Kedelai Dunia juta ton Periode Tahun 2006 – 2009 Tahun Produksi juta ton Konsumsi Juta ton Defisit Juta ton 2006 237 225 12 2007 221 230 -9 2008 211 220 -9 2009 250 234 16 Sumber: USDA 2010 [diolah] Berdasarkan data di atas konsumsi kedelai dunia selama empat tahun terakhir terus mengalami kenaikan. Tingginya permintaan kedelai ini terjadi karena berbagai manfaat yang dapat diambil dari kedelai, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun kebutuhan non pangan. Bagi kebutuhan pangan sendiri, protein nabati yang terkandung dalam kedelai cukup besar dan baik untuk kesehatan. Di beberapa negara seperti Indonesia kedelai dikonsumsi ke dalam berbagai jenis panganan dan banyak dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati yang relatif lebih murah bila dibandingkan dengan protein hewani yang ada pada daging. Sedangkan pada sektor non pangan, kedelai banyak digunakan sebagai sumber energi alternatif biofuel. Beberapa keunggulan inilah yang membuat permintaan kedelai dunia terus meningkat. 35

5.1.2. Negara Penghasil Kedelai Dunia

Berdasarkan data statistik Amerika merupakan negara penghasil kedelai terbesar di dunia. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata jumlah produksi kedelai Amerika selama empat tahun terakhir sebesar 83 juta ton atau sebesar 35,75 persen dari total produksi dunia. Negara lain yang juga merupakan negara utama penghasil kedelai terbesar di dunia diantaranya Brazil dengan rata-rata produksi sebesar 26,58 persen, Argentina sebesar 19,54 persen, Cina sebesar 6,35 persen dan India sebesar 3,8 persen atau dengan rata-rata jumlah produksi masing- masing negara sebesar 61,7 juta ton, 45,4 juta ton, 14,7 ton, 8,8 juta ton. Di pasar internasional, selain sebagai produsen utama kedelai dunia, Amerika juga menguasai 43,11 persen ekspor dunia dan dipandang sebagai negara besar yang menguasai perdagangan kedelai dunia. Untuk itu setiap perubahan penawaran kedelai Amerika dapat menentukan harga kedelai internasional. Berbagai kebijakan terkait perdagangan kedelai di Amerika akan mempengaruhi kondisi perdagangan internasional kedelai. Tabel 4. Jumlah Produksi Negara-Negara Penghasil Kedelai Terbesar di Dunia Periode Tahun 20062007 – 20092010 000 Ton Negara Poduksi Rata-rata Jumlah Poduksi 20062007 20072008 20082009 20092010 Amerika 87.001 72.859 80.749 91.417 83.006,50 Brazil 59.000 61.000 57.800 69.000 61.700,00 Argentina 48.800 46.200 32.000 54.500 45.375,00 Cina 15.074 13.400 15.540 14.980 14.748,50 India 7.690 9.470 9.100 9.000 8.815,00 Paraguay 5.856 6.900 4.000 7.200 5.989,00 Kanada 3.466 2.696 3.336 3.507 3.251,25 Lain-lain 9.346 7.875 9.427 10.618 9.316,50 Total 236.233 220.400 211.952 260.222 232.201,75 Sumber: USDA 2010 36

5.1.3. Eksportir Kedelai di Dunia

Berdasarkan data ekspor kedelai dunia, terlihat bahwa terdapat lima negara yang mendominasi ekspor kedelai dunia. Negara dengan volume ekspor terbesar adalah Amerika diikuti oleh Brazil, Argentina, Paraguay dan Kanada. Pada tahun 20092010 kelima negara tersebut telah berkontribusi sebesar 97,25 persen terhadap ekspor kedelai dunia. Selama empat tahun terakhir kontribusi terbesar diberikan oleh Amerika sebesar 43,11 persen dari total ekspor kedelai dunia yang diikuti oleh Brazil sebesar 33,66 persen, Argentina sebesar 13,18 persen, Paraguay sebesar 5,03 dan Kanada sebesar 2,41 persen. Tabel 5. Ekportir Utama Kedelai Dunia Periode Tahun 20062007–20092010 000 ton Negara Volume 20062007 20072008 20082009 20092010 Amerika 30.386 31.538 34.817 40.852 Brazil 23.485 25.364 29.987 28.578 Argentina 9.560 13.839 5.590 13.088 Paraguay 3.907 4.585 2.234 5.350 Kanada 1.683 1.753 2.017 2.247 Lain-lain 1.840 1.696 2.197 2.548 Total 70.861 78.775 76.842 92.663 Sumber: USDA 2010

5.1.4. Importir Kedelai

Negara pengimpor kedelai terbesar di dunia adalah Cina yaitu sebesar 50,75 persen dari total keseluruhan impor kedelai dunia, diikuti oleh Uni Eropa di posisi kedua sebesar 17,97 persen dan Jepang sebesar 4,79 persen. Sedangkan Indonesia sendiri merupakan negara importir kedelai ke delapan dengan volume impor pada tahun 20062007 hingga 20092010 sebesar 1,76 persen dari total impor dunia. Posisi Indonesia sebagai negara kecil dengan tingkat impor sebesar 1,76 persen dari total impor dunia menyebabkan perubahan permintaan impor dari 37 Indonesia, baik karena kebijakan maupun perubahan permintaan dalam negeri tidak akan merubah harga kedelai dunia Oktafiani 2010 2 . Tabel 6. Importir Kedelai Dunia Periode 20062007 – 20092010 Negara Volume 20062007 20072008 20082009 20092010 China 28.726 37.816 41.098 50.338 Uni Eropa 15.291 15.123 13.213 12.301 Mexico 3.844 3.614 3.327 3.523 Jepang 4.094 4.014 3.396 3.401 Taiwan 2.436 2.148 2.216 2.469 Thailand 1.532 1.753 1.510 1.660 Mesir 1.328 1.061 1.575 1.638 Indonesia 1.309 1.147 1.393 1.620 Korea Selatan 1.231 1.232 1.167 1.197 Rusia 34 442 837 1.037 Lain-lain 9.238 9.761 7.644 7.531 Total 69.063 78.111 77.376 86.715 Sumber: USDA 2010

5.1.5. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kedelai di Negara Penghasil Kedelai

Perkembangan luas panen kedelai di dunia sejak tahun 1970 hingga 2007 cenderung meningkat dengan pola kecenderungan yang hampir serupa. Rata-rata pertumbuhan luas panen pada periode ini adalah sekitar 3,32 persen setiap tahunnya, sementara produksi tumbuh sekitar 4,89 persen setiap tahun. Menurut data FAO tahun 2000 tercatat luas panen kedelai di dunia adalah sebesar 94,9 juta hektar sementara produksinya adalah sekitar 216 juta ton Pusat Data Informasi Pertanian 2008. 2 Rina Oktafiani. 2006. Impor Kedelai: Dampaknya terhadap stabilitas harga dan permintaan kedelai dalam negeri. http: www. google. co. id url? sa=t source= webcd= 7ved= 0CDgQFjAG url= http. 38 Berdasarkan luas panen, terdapat lima negara yang memiliki luas panen kedelai terbesar di dunia. Jika dikomulatifkan kelima negara tersebut menyumbang sebesar 89,9 persen terhadap luas panen dunia. Peringkat pertama negara yang memiliki luas panen kedelai terbesar di dunia adalah Amerika dengan kontribusi luas panen sebesar 32,53 persen, diikuti oleh Brazil dengan kontribusi sebesar 23,10 persen, Argentina 15,7 persen, Cina 10,1 persen dan India sebesar 8,46 persen. Jika ditinjau dari produksi kedelai dunia, kumulatif produksi kelima negara tersebut sebesar 92,36 persen dan hampir 80 persen produksi kedelai di dunia berasal dari tiga negara produsen kedelai yaitu Amerika dengan kontribusi sebesar 37,51 persen, Brazil 25,10 persen dan Argentina 18,17 persen. Bila dilihat dari keragaan produktivitas kedelai dunia terjadi fenomena menarik, dimana negara-negara yang memiliki produktivitas tinggi justru tidak dimiliki oleh negara-negara produsen utama kedelai dunia. Kelima negara yang memiliki produktivitas tertinggi diantaranya Georgia, Turki, Mesir, Italia dan Switzerland. Produktivitas kedelai dunia dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 6. Rata-rata Produktivitas Kedelai Dunia Ton Tahun 2003-2007 Sumber: Pusat Data Informasi Pertanian 2008

5.1.6. Tingkat Harga Kedelai Dunia

Harga kedelai dunia cenderung berfluktuasi, dimana ketersediaan kedelai yang beredar di pasar internasional akan mempengaruhi harga kedelai dunia. Berkurangnya ketersediaan kedelai dunia akan menyebabkan kenaikan harga 39 kedelai. Sedangkan pada saat produksi oleh sejumlah negara penghasil kedelai mengalami peningkatan maka harga akan turun. Perkembangan harga kedelai dunia dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Harga Kedelai Dunia Bulanan Januari Tahun 2000–Januari 2010 Sumber: World Bank dalam USDA 2010 Menurut World Bank November 2009, harga kedelai tahun 2009 rata- rata setiap tonnya sebesar 437, turun 16 persen dari tahun 2008. Puncak harga kedelai dunia terjadi pada tahun 2008. Kenaikan harga ini terjadi karena respon terhadap permintaan yang kuat pada persaingan tanaman yang digunakan sebagai bahan baku biofuel. Saat ini harga kedelai mengalami kenaikan. Kenaikan harga kedelai dunia juga berimbas pada kenaikan harga kedelai di dalam negeri karena sebagian besar kebutuhan kedelai dalam negeri berasal dari kedelai impor yang harganya tergantung pada harga kedelai internasional. Berdasarkan data Bloomberg dalam USDA 2010, harga kedelai di Chicago Board of Trade CBOT untuk pengiriman Mei 2011 akhir pekan lalu ada di level US 13,71 per bushel . Padahal, pada pertengahan Maret lalu harga kedelai ini sebesar US 12,7 per bushel. Menipisnya stok kedelai dunia menjadi salah satu pemicu kenaikan harga kedelai ini. Departemen Pertanian Amerika Serikat USDA seperti dikutip Bloomberg menyatakan, kemungkinan luas areal tanam kedelai di AS pada tahun ini akan berkurang sekitar satu persen ketimbang tahun lalu. Penurunan lahan 40 kedelai ini disebabkan karena petani lebih banyak menanam jagung dan gandum sehingga luas panen untuk kedua komoditas ini lebih besar 3 . 5.2. Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia

5.2.1. Subsistem hulu

Subsistem hulu merupakan bagian dari sistem agribisnis kedelai lokal yang meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan dan pendistribusian sarana produksi seperti benih, pupuk dan alat-alat pertanian yang dapat mendukung terlaksananya usahatani kedelai. Kuantitas dan kualitas hasil panen kedelai sangat ditentukan oleh tersedianya input usahatani khususnya penggunaaan benih unggul dan pupuk. Benih yang digunakan oleh petani kedelai lokal berasal dari perbanyakan yang dilakukan oleh balai benih. Benih yang diperbanyak oleh balai benih merupakan benih unggul bermutu yang kemudian melewati tahap sertifikasi hingga sampai ke tangan produsen. Petani kedelai lokal umumnya jarang yang menggunakan benih unggul bermutu dalam pertanaman kedelai. Sebagian besar petani kedelai lokal menggunakan benih hasil panen musiman sebelumnya atau dari hasil panen sendiri atau membeli benih ke pedagang hasil bumi yang mendapat kedelai dari hasil panen di wilayah lain dari musim panen sebelumnya sistem jabalsim. Pedagang benih tersebut biasanya melakukan pembersihan dan sortasi benih agar kenampakan biji menjadi lebih baik. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh tambahan keuntungan karena harga benih dapat lebih tinggi daripada harga biji maupun calon benih tanpa dilakukan pembersihan dan sortasi. Penggunaan benih kedelai dengan cara-cara tersebut diperkirakan mencapai 90 persen, yang berarti penggunaan benih kedelai bermutu dan bersertifikat tidak lebih dari 10 persen. Padahal penggunaan benih bermutu sangat besar pengaruhnya terhadap produksi kedelai yang dihasilkan. 3 Anonim. 2011. Stok Kedelai Dunia Menipis Harga Kedelai Melambung. http: industri. kontan. co.id v2read Industri 64458 Stok-kedelai-dunia-menipis-harga-kedelai-melambung [diakses 2 maret 2011] 41 Berdasarkan penelitian Sejati et al 2009 di daerah Jawa Timur, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan, penggunaan benih unggul bermutu di tingkat petani kedelai dengan memakai benih berlabel masih sangat terbatas. Hal tersebut tercermin pada petani Non SL-PTT Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu yang umumnya menggunakan benih tanpa label baik dari hasil sendiri maupun membeli dari kios penjual benih kedelai. Sedangkan pada kelompok SL- PTT seluruhnya memakai benih berlabel dan kondisi tersebut terjadi karena benihnya merupakan benih bantuan dari pemerintah. Pada umumnya yang menjadi masalah dari perbenihan kedelai ini adalah stok yang terbatas atau tidak tersediaannya benih yang diminta petani. Hal ini dikarenakan terbatasnya lahan untuk perbanyakan benih yang diperbanyak oleh balai benih setempat. Penggunaan pupuk bagi tanaman kedelai di berbagai wilayah bervariasi, sesuai dengan spesifikasi lokasi. Pemerintah sendiri telah menggulirkan pupuk bersubsidi bagi petani kedelai lokal. Beberapa masalah yang kerap kali dialami petani kedelai adalah terbatasnya ketersediaan pupuk pabrik anorganik pada saat dibutuhkan. Petani yang tergolong dalam kelompok tani membeli pupuk secara kolektif bersama anggota lainnya dalam kelompok tani. Sebagian dari petani melalui kelompok tani telah menyusun Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok RDKK yang mencantumkan dengan jelas kebutuhan pupuk kelompok dan wilayahnya. Namun pada kenyataannya, pupuk yang tersedia di tingkat usahatani tidak sesuai dengan yang petani usulkan dalam RDKK. Berbagai alasan diutarakan distributor pupuk dan pengecer di lapangan kepada petani karena tidak dapat menyediakan pupuk yang dibutuhkan petani. Kelangkaan pupuk ini terutama terjadi di Kabupaten Garut Jawa Barat dan Kabupaten Pasuruan Jawa Timur sedangkan dikabupaten Soppeng Sulawesi Selatan, petani merasa cukup tersedia pupuk pabrik yang mereka butuhkan Sejati et al 2009. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Sejati et al 2009, semua petani yang tergabung pada kelompok SLPTT menggunakan pupuk dalam budidaya kedelai. Hal ini dikarenakan adanya program bantuan dari pemerintah berupa bantuan pupuk. Sedangkan pada petani non SLPTT baru 60 persen yang memakai pupuk kimia dan dari segi dosis pemakaian masih di bawah anjuran. Bahkan untuk penggunaan pupuk organik hanya sebesar 20 persen. Padahal 42 dewasa ini anjuran penggunaan pupuk organik sedang digalakkan sebagai komponen pupuk bio hayati. Menurut petani, masih rendahnya pemakaian pupuk organik yang bersifat bio hayati dikarenakan selain harganya relatif mahal, penggunaan pupuk organik juga masih dalam taraf uji coba. Pemberian pupuk kimia seperti urea, SP-36 dan NPK dilakukan dengan cara disebarkan, karena dianggap lebih efisien dalam pemakaian tenaga kerja. Tersedianya alat mesin pertanian sangat mempengaruhi hasil produksi kedelai, dimana alsintan digunakan sebagai teknologi yang mampu membantu pengembangan budidaya kedelai lokal. Begitu juga dengan tersediannya amelioran yang mampu membantu kesuburan tanaman kedelai. Tersedianya input yang baik akan berpengaruh pada hasil produksi kedelai. Pada subsistem agribisnis kedelai lokal pelaku subsistem hulu untuk pengadaan benih diantaranya pemerintah pusat, pemerintah daerah, balai benih provinsi maupun kabupaten, BPSBTPH Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman pangan dan Hortikultura, swasta. Sedangkan pelaku untuk pengadaan pupuk diantaranya, pemerintah pusat dan daerah, BUMN, swasta, pedagangpengecer pupuk dan alat mesin pertanian alsintan.

5.2.2. Subsistem Usahatani Kedelai

Usahatani kedelai di Indonesia tidak diusahakan pada suatu wilayah khusus yang diperuntukkan sebagai areal utama bagi pertanaman kedelai, melainkan diusahakan sebagai tanaman tambahan dengan pola tanam tertentu yang diusahakan dengan komoditas lain dalam penanamannya. Kedelai yang merupakan tanaman cash crop dibudidayakan di lahan sawah dan lahan kering. Sekitar 60 persen areal pertanaman kedelai terdapat di lahan sawah dan 40 persen di lahan kering 4 . Pada lahan kering kedelai biasa digunakan sebagai tanaman tambahan dimana padi sebagai tanaman utamanya. Begitu juga pada lahan kering dimana jagung atau padi gogo ditempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi dari kedelai. Hal ini sangatlah berbeda dengan usahatani kedelai di Amerika Serikat. 4 Simatupang, Marwoto, Swastika. 2005. Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian di Indonesia. http: www. pdfking. net PENGEMBANGAN-KEDELAI-DAN-KEBIJAKAN- PENELITIAN-DI-INDONESIA1-- PDF.html [diakses 12 februari 2011] 43 Di Amerika Serikat sendiri kedelai diproduksi pada suatu wilayah yang tanah dan iklimnya sangat sesuai atau sesuai untuk kedelai dan diperuntukkan untuk pengembangan kedelai. Pertanaman kedelai di Indonesia praktis seluruhnya merupakan milik petani bukan milik swasta besar atau perkebunan. Karena sifatnya yang demikian, maka pertanaman individu petani umumnya sempit dan sangat jarang yang melebihi 1 ha. umumnya kurang dari 0,5 ha. Selain kepemilikan lahannya sempit, usahatani kedelai di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Oleh karena itu pertanaman kedelai tidak dijumpai dalam bentuk hamparan luas tetapi berupa spot-spot dengan luasan puluhan hektar saja. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi pengembangan kedelai karena pembinaan sulit dilakukan Subandi, Harsono dan Kuntyastuti 2007. Tanaman kedelai pada lahan sawah menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedelai yang ditanam pada lahan kering, karena: 1 pada saat pertumbuhan tanaman kedelai, gangguan iklim terutama kekeringan lebih besar pada lahan kering dibandingkan dengan lahan sawah yang memperoleh air irigasi, 2 residu pemupukan tanaman padi di lahan sawah akan membantu pertumbuhan tanaman kedelai menjadi lebih baik, 3 pada lahan kering, terutama wilayah produksi di luar Jawa, sering dijumpai derajat keasaman tanah dengan kandungan alumunium Al terlarut yang tinggi, dan 4 tanaman kedelai pada lahan kering banyak mendapat gangguan gulma. Potensi pengembangan kedelai di luar Jawa sebagian besar terdiri dari lahan kering. Pada lahan kering pengelolaan tanaman kedelai mengalami keterbatasan persediaan unsur hara. Namun keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan pemberian bahan organik dari pupuk kandang Rahmawati M, 1999. Penentuan pola tanam kedelai didasarkan atas tipe lahan, curah hujan dan musim. Di lahan sawah irigasi pada MK I Maret-Juni, kedelai diusahakan dalam pola padi - palawija - sayuran atau padi - palawija - palawija sedangkan pada MK II Juli-September diusahakan dalam pola padi - padi - palawija. Penanaman kedelai di lahan sawah tadah hujan dilakukan pada MH Nopember-Februari dalam pola palawija - padi dan pada MK I Maret-Juni dalam pola padi - palawija. Di lahan kering pada MH I Nopember-Februari, kedelai ditanam 44 dalam pola palawija - palawija dan pada MK I Maret-Juni dalam pola padi gogo - palawija atau sayuran - palawija1 Marwoto dan Hilman 2005. Pengembangan usahatani kedelai dapat dilakukan melalui usaha ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Pengembangan usahatani, baik di sawah maupun di lahan kering dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan hasil, sistem produksi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5.2.3. Subsistem Hilir dan Pemasaran

Subsistem agribisnis hilir kedelai lokal meliputi kegiatan pasca panen, kegiatan pengolahan hingga pemasaran. Berdasarkan data Ditjentan 2004, kegiatan pascapanen kedelai dimulai setelah kedelai dipanen. Beberapa kegiatan pasca panen yang dilakukan diantaranya pengeringan kedelai dan perontokan kedelai. Sebagian besar petani melakukan pengeringan kedelai dengan cara sederhana di pekarangan rumah. Petani yang melakukan pengeringan kedelai dengan menggunakan alat pengering kedelai drier masih sangat terbatas. Begitu juga dengan perontokan kedelai, sebagian besar petani melakukan perontokan kedelai secara tradisional dengan menggunakan batang pemukul yang terbuat dari kayu dan pelepah kelapa. Namun di beberapa daerah telah menggunakan Soybean Tresher mesin perontok kedelai. Selain kegiatan pasca panen subsistem agribisnis hilir kedelai juga mencakup kegiatan pengolahan kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan, pakan ternak dan produk-produk untuk keperluan industri. Pengolahan produk turunan kedelai dilakukan melalui pengolahan modern maupun sederhana. Kedelai yang diolah secara modern dilakukan dengan menggunakan mesin pengolah kedelai sedangkan pengolahan kedelai secara tradisional dilakukan secara manual tanpa menggunakan mesin. Pengolahan kedelai terbagi menjadi dua jenis yaitu pengolahan melalui fermentasi maupun non fermentasi. Beberapa hasil olahan kedelai melalui fermentasi diantaranya tempe, kecap, oncom, tauco sedangkan hasil olahan kedelai non fermentasi diantaranya tahu, kembang tahu, tepung kedelai, susu kedelai. Produk fermentasi hasil industri tradisional yang populer adalah tempe, 45 kecap dan tauco, sedangkan tahu dan kembang tahu adalah produk non fermentasi hasil industri tradisional. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai produk olahan kedelai berupa tempe dan tahu. Sebanyak 57 persen kedelai dikonsumsi dalam bentuk tempe, 38 persen dalam bentuk tahu dan sisanya dalam bentuk olahan lain. Pada pengolahan kedelai sebagian besar kedelai berasal dari kedelai impor. Untuk industri pengolahan kedelai sendiri sebagian besar berskala kecil dan rumah tangga. Berikut dapat dilihat klasifikasi produk olahan kedelai pada Gambar 8. Gambar 8. Klasifikasi Produk Olahan Kedelai Sumber: Widowati 2007 Pemasaran hasil menjadi tolak ukur terhadap tingkat penerimaan dari kegiatan usahatani yang dijalankan. Dalam hal ini, kedudukan atau posisi tawar petani cenderung masih lemah. Lemahnya posisi tawar petani antara lain disebabkan karena kurangnya atau terbatasnya akses petani terhadap informasi harga bagi produk yang akan dipasarkan. Selain itu dengan sifat pasar yang cenderung oligopsoni, semakin melemahkan petani untuk bernegosiasi. Adanya keterpaksaan dari petani untuk segera menjual produknya karena didorong atas kebutuhan rumah tangga atau desakan untuk membayar hutang dan membiayai kegiatan usahatani selanjutnya membuat posisi tawar petani semakin lemah. Oleh karena itu, terciptanya harga kedelai yang wajar dalam rangka meningkatkan • Tahu • Kembang tahu • Susu kedelai • Tepung kedelai • Daging tiruan • Minyak kedelai • Tempe • Kecap • Tauco • Soygurt • Keju kedelai Kedelai Non Fermentasi Fermentasi Tradisional Tradisional Modern Modern 46 pendapatan petani kedelai sekaligus peningkatan kesejahteraan rumah tangga petani perlu mendapat perhatian dari pemerintah Sejati et al 2009. Adapun secara umum rantai pemasaran kedelai adalah seperti disajikan pada Gambar 9. Gambar 9. Rantai Pemasaran Kedelai di Indonesia Sumber: Sudaryanto dan Swastika 2007 Kedelai di Indonesia mulai dari daerah sentra produksi hingga ke industri pengolahan dipasarkan melalui pedagang pengumpul di tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi hingga bermuara ke konsumen akhir. Kedelai yang beredar dipasaran ada yang berasal dari petani, adapula yang berasal dari kedelai impor. Namun sebagian besar perdagangan kedelai di dalam negeri didominasi oleh kedelai yang berasal dari impor. Kedelai lokal yang diproduksi oleh petani dijual kepada pedagang pengumpul baik ditingkat desa, kecamatan maupun ditingkat kabupaten. Kedelai yang telah berada di tingkat pedagang pengumpul kemudian dijual ke pedagang grosir. Kedelai yang telah berada pada tingkat grosir kemudian dijual baik ke pedagang pengecer maupun ke KOPTI dan selanjutnya dijual kembali ke industri pengolah kedelai dan konsumen akhir. Kedelai yang berasal dari impor umumnya dibeli oleh koperasi pengrajin tahu dan tempe KOPTI, selanjutnya dipasarkan ke pengrajin tahu dan tempe hingga sampai ke konsumen. Pedagang Pengumpul Desa Pengolah KOPTI Importir Grosir Pengecer Konsumen akhir Petani 47

5.2.4. Subsistem Penunjang

Subsistem penunjang merupakan subsistem yang mendukung pelaksanaan kegiatan dari keempat subsistem agribisnis kedelai lokal yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Beberapa lembaga yang menunjang agribisnis kedelai lokal diantaranya: 1 Pemerintah Pemerintah merupakan salah satu pihak yang ikut serta dalam menunjang pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Beberapa peran serta pemerintah bagi agribisnis kedelai lokal di Indonesia diwujudkan dalam berbagai kegiatan, salah satunya adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT. Pada tanggal 7-10 Juni 2009 diselenggarakan Jambore SL-PTT di Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah. Hal ini merupakan bukti komitmen pemerintah untuk melanjutkan upaya peningkatan produksi menuju kemandirian pangan. Tema dari Jambore Nasional ini adalah “Bersama Mewujudkan Swasembada Pangan dan Membangun Kemandirian Pangan Nasional”. SL-PTT ini berfokus pada kedelai dan tanaman pangan lainnya seperti padi dan jagung. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan diantaranya pengusaha agribisnis, praktisi pertanian, penentu kebijakan, petani, dan kelompok tani dari berbagai daerah di Indonesia yang telah melaksanakan program PTT padi, jagung dan kedelai. 2 Perguruan Tinggi Lembaga perguruan tinggi dapat mengambil peran dalam memberikan kontribusi dalam menghasilkan informasi dan inovasi teknologi bagi pengembangan agribisnis kedelai. Sebagai contoh Universitas Hasanuddin yang memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian di kawasan timur Indonesia. Beberapa kegiatan yang dilakukan Universitas Hasanuddin antara lain, alih teknologi melalui sekolah lapang yang berbasis teknologi benihsumber, kemitraan dengan industri benih dan produksi pupuk cair organik rumah kompos Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2009. 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan merupakan lembaga yang berperan dalam penyediaan inovasi teknologi untuk membantu pengembangan agribisnis 48 kedelai lokal di Indonesia. Dalam hal ini beberapa kegiatan yang telah dilakukan antara lain: a Simposium Tanaman Pangan Puslitbangtan menyelenggarakan Simposium V Tanaman Pangan pada tanggal 28-29 Agustus 2007 di Bogor, dengan tema “Inovasi Teknologi Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan”. Salah satu hal yang dibahas dalam simposium ini adalah pengembangan tanaman pangan melalui inovasi teknologi dalam rangka peningkatan produksi kedelai menuju swasembada pada tahun 2014. b Gelar Teknologi Kacang-kacangan dan umbi-umbian Pada 10 November 2007 di Malang, diselenggarakan “Gelar Teknologi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian” oleh Puslitbangtan dan Balitkabi. Acara ini dimulai dengan temu lapang dimana pengunjung dapat melihat sendiri dari dekat hamparan tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian yang tumbuh dengan baik di kebun percobaan Kendalpayak yang menggambarkan keunggulan teknologi. Teknologi yang digelar antara lain varietas unggul kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar, teknologi pengendalian hama dan penyakit kedelai yang ramah lingkungan. Selain itu pengunjung diberi kesempatan untuk mencicipi produk pangan yang dihasilkan dari kacang-kacangan dan umbi-umbian. 4 Badan Tenaga Atom Nasional BATAN Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan varietas unggul kedelai yang dilakukan oleh BATAN adalah dengan melakukan induksi mutasi dengan iradiasi sinar gamma yang dapat dimanfaatkan oleh petani dan pengguna lainnya. Dengan demikian petani dapat memperoleh pilihan varietas lain dengan sifat-sifat unggul tertentu selain varietas hasil penelitian Puslitbangtan. 5 Lembaga Perbankan a Realisasi penyaluran KUR pada tanggal 30 Juni 2009 pada bank pelaksana Mandiri, Syariah Mandiri, BNI, Bukopin, BRI, BTN sebesar 14,8 trilyun. Dari total kredit tersebut sektor pertanian termasuk kedelai memperoleh 49 sebesar 3,9 trilyun atau sebesar 26,6 persen dengan penerima kredit sebanyak 613.780 orang atau rata-rata sebesar Rp 6,45 juta per orang. b Data Kementrian Pertanian 2010, menunjukkan bahwa sampai bulan Juni 2009 sebanyak 7,8 trilyun dari plafon 8,1 trilyun KKP-E berhasil disalurkan oleh Bank Umum maupun Bank Pembangunan Daerah. Hal ini merupakan bentuk realisasi penyerapan kredit untuk pengembangan padi, jagung dan kedelai 5 .

5.3. Impor Kedelai Indonesia

Menurut Swastika, Nuryanti, Sawit 2007, sampai dengan tahun 1974, Indonesia pernah mengalami surplus kedelai. Namun sejak tahun 1975, perdagangan kedelai Indonesia selalu dalam posisi defisit dimana volume impor kedelai selalu jauh lebih besar dari volume kedelai yang diekspor Indonesia. Masalah baru mulai muncul sejak krisis moneter tahun 1998, Indonesia menandatangani LOI Letter of Intent IMF. Berdasarkan LOI Letter of Intent IMF importir swasta bebas mendatangkan kedelai dari luar negeri. Hal ini diperparah dengan adanya kebijakan yang diberikan pemerintah Amerika Serikat yang memberikan fasilitas kredit tanpa bunga selama enam bulan kepada negara yang mengimpor kedelai Amerika. Kredit yang diberikan Amerika kepada Indonesia sebagai negara pengimpor kedelai Amerika membuat kedelai dalam negeri berangsur-angsur tidak kompetitif dan tataniaga kedelai semakin dikuasai importir. Terlebih lagi dengan diberlakukannya tarif impor kedelai sebesar nol persen, sehingga kedelai impor semakin deras masuk. Hal ini tentu saja semakin menguntungkan kedelai impor yang saat ini mendominasi pasar kedelai di dalam negeri. Tingginya impor kedelai ini dikarenakan ketidakmampuan produksi dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan kedelai nasional. Semakin besar volume impor kedelai yang dilakukan maka semakin besar pula devisa negara yang harus dikeluarkan untuk melakukan impor kedelai. Menurut Afifa 2006, kebijakan impor kedelai yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan kedelai merupakan suatu hal yang sangat 5 Sayaka et al. 2010. Peningkatan 20 Persen Akses Petani Terhadap Berbagai Sumber Pembiayaan Usahatani. http: pse. litbang. deptan. go.id indpdffiles MAKPROP_SYK. pdf [diakses 2 Maret 2011 ] 50 menentukan gairah petani dalam melakukan budidaya kedelai. Harga kedelai impor yang lebih murah daripada harga kedelai lokal membuat gairah petani dalam melakukan budidaya kedelai menurun. Lebih rendahnya harga kedelai impor disebabkan oleh kemampuan petani luar negeri Amerika, Brazil, Argentina, Cina dan lain-lain dalam memproduksi kedelai dengan biaya rendah ditambah lagi dengan tersedianya areal dalam skala luas dan penerapan teknologi atau mekanisasi yang modern dalam usahatani kedelai mereka. Sedangkan petani kedelai lokal hanya melaksanakan usahatani pada lahan-lahan yang sempit 0,25 sd 1 hektar. Hal itu menyebabkan harga kedelai impor lebih murah, sehingga petani kedelai lokal semakin terdesak. Gambar 10. Grafik Perkembangan Volume Impor Kedelai Indonesia Tahun 1998- 2009 Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2010 [diolah] Untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri yang besar, maka pemerintah melakukan impor kedelai. Sejak tahun 1998 hingga tahun 2009 volume impor kedelai mengalami fluktuasi. Namun volume impor kedelai mulai mengalami peningkatan yang drastis, dimana pada tahun 1998 volume impor kedelai sebesar 0,34 juta ton dan meningkat drastis pada tahun 1999 sebesar 1,27 juta ton. Hal ini dikarenakan berlakunya perdagangan bebas bagi komoditas kedelai sehingga kedelai impor bebas masuk ke dalam pasar kedelai dalam negeri. 51 Indonesia merupakan negara pengimpor kedelai terbesar ke delapan di dunia. Pada tahun 2006 volume impor kedelai sebesar 1,02 juta ton dan meningkat pada tahun 2007 sebesar 1,41 juta ton. Pada tahun 2008 impor kedelai sebesar 1,16 juta ton dan pada tahun 2009 sebesar 1,05 juta ton. Selama periode 2007 hingga 2009 volume impor kedelai mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena ketersedian kedelai dunia yang menurun serta produksi kedelai lokal selama periode tersebut mengalami kenaikan. Berdasarkan data Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2010, kenaikan produksi kedelai lokal pada periode tersebut masing-masing sebesar 0,59 juta ton pada tahun 2007, 0,77 juta ton pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 produksi kedelai lokal sebesar 0,97 juta ton. Jika kondisi ini terus berlanjut diharapkan dalam jangka panjang Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan kedelai nasionalnya. Tabel 7. Perkembangan Volume Impor Kedelai Indonesia Berdasarkan Negara Asal Tahun 2000-2004 dalam ton. Negara Asal 2000 2001 2002 2003 2004 Share Unites States Argentina Malaysia Kanada Singapura Lainnya 539.368 92.066 31.322 46.333 4.631 563.967 399.472 93.429 10.503 14.207 618.808 1.121.963 77.187 76.382 47.617 37.546 4.558 1.122.900 10.276 17.983 18.393 549 22.616 549.759 92.805 5.255 353 38 3.770 66 5 4 2 1 22 Total 1.277.683 1.136.419 1.365.253 1.192.717 651.979 100 Keterangan: = Data sampai bulan Juli 2004 Sumber: Subdit Pemasaran Internasional Tanaman Pangan, Tahun 2004 dalam Purnamasari 2006 [diolah] Berdasarkan Tabel 7, terlihat negara utama yang mengekspor kedelai ke Indonesia. Negara pemasok kedelai terbesar ke Indonesia adalah Amerika dengan persentase sebesar 66 persen terhadap total volume impor Indonesia selama tahun 2000 hingga 2004. Diikuti oleh Argentina sebesar 5 persen dari total impor ke Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2004. 52 VI DAYASAING AGRIBISNIS KEDELAI LOKAL DI INDONESIA

6.1. Analisis Komponen Porter’s Diamond System