Sistem Agribisnis Kedelai Analisis dayasaing dan strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia

10 yang mendukung. Komponen pada lingkungan seperti faktor iklim, kesuburan fisik-kimia dan biologi tanah, gulma serta hama penyakit menjadi faktor penentu keberhasilan usaha produksi kedelai. Berikut komponen lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan produksi kedelai: 1 Syarat Tumbuh 2 Benih 3 Penyiapan Lahan dan Penanaman 4 Pemeliharaan 5 Pemupukan 6 Pengairan 7 PenyianganPemberantasan Gulma dan Penyakit 8 Panen

2.2. Sistem Agribisnis Kedelai

Penelitian yang membahas mengenai sistem agribisnis kedelai sudah pernah dilakukan sebelumnya sebagai topik penelitian di Institut Pertanian Bogor oleh Permata 2002 dalam penelitiannya mengenai Analisis Sistem Agribisnis Kedelai yang dilakukan pada Desa Hegarmanah Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Menurut Permata 2002 belum ada keterkaitan yang harmonis antar masing-masing subsistem agribisnis yang ada. Pada pengadaan sarana produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan dan alat-alat pertanian di lokasi penelitian telah tersedia dengan baik. Menurut Permata 2002, hasil analisis usahatani kedelai yang dilakukan pada lokasi penelitian menujukkan bahwa usahatani yang dilakukan petani penyewa memiliki ratio RC atas biaya tunai sebesar 1,08 dan ratio RC atas biaya total sebesar 0,86. Untuk petani pemilik penggarap hasil analisis menunjukkan bahwa hasil ratio RC atas biaya tunai sebesar 2,32 dan ratio RC atas biaya total sebesar 0,86. Saluran pemasaran pada penelitian ini memiliki tujuh pola pemasaran. Pola pemasaran yang dominan yaitu pola pemasaran kedelai dari petani ke pedagang pengumpul kemudian diteruskan ke pedagang grosir. Sedangkan pada analisis nilai tambah menunjukkan bahwa pengolahan kedelai pada ketiga pabrik pengolah mampu memberikan nilai tambah yang tinggi dengan ratio nilai tambah 11 sebesar 63,46 persen. Sedangkan pada hasil analisis keefektifan koperasi menunjukkan bahwa KUD Margamukti kurang mampu memberikan pelayanan efektif dalam mendukung sistem agribisnis kedelai. 2.3. Dayasaing Kedelai Lokal di Indonesia Penelitian yang membahas mengenai analisis dayasaing komoditi kedelai lokal di Indonesia sudah pernah dilakukan sebelumnya sebagai topik penelitian di Institut Pertanian Bogor oleh Handayani 2007 dalam penelitiannya mengenai Simulasi Kebijakan Dayasaing Kedelai Lokal pada Pasar Domestik. Menurut Handayani, dayasaing kedelai lokal dipengaruhi oleh fungsi luas panen, produktivitas, harga riil kedelai lokal, harga tingkat produsen, volume impor dan harga riil impor. Menurut handayani 2007, luas panen kedelai dipengaruhi secara nyata oleh harga riil kedelai lokal, harga riil jagung sebagai kompetitor utama dan luas panen tahun sebelumnya. Sedangkan produktivitas kedelai itu sendiri dipengaruhi oleh curah hujan, harga riil jagung dan produktivitas tahun sebelumnya. Dilihat dari harga, harga riil kedelai lokal dipengaruhi oleh harga riil kedelai tingkat produsen, harga riil kedelai impor, volume impor kedelai, produktivitas dan harga riil kedelai lokal sebelumnya. Sedangkan harga riil di tingkat produsen dipengaruhi oleh produksi kedelai, volume impor kedelai, konsumsi kedelai, dummy monopoli Bulog dan harga riil di tingkat produsen tahun sebelumnya. Handayani 2007 menyimpulkan bahwa volume impor kedelai dipengaruhi produksi dan konsumsi kedelai. Harga riil kedelai impor dipengaruhi oleh harga riil kedelai internasional, nilai tukar rupiah terhadap dolar, tarif impor kedelai dan harga riil kedelai impor tahun sebelumnya. Elastisitas harga terhadap permintaan kedelai bernilai negatif, yang menunjukkan bahwa kenaikan harga kedelai akan menurunkan jumlah kedelai yang diminta. Sebaliknya elastisitas harga terhadap penawaran kedelai bernilai positif menunjukkan bahwa harga kedelai akan merangsang petani untuk meningkatkan produksinya Menurut Handayani 2007, kebijakan menaikkan harga kedelai tingkat produsen harga dasar akan menguntungkan petani. Adanya kenaikan harga dasar, membuat petani menerima harga lebih tinggi sehingga menggairahkan petani untuk meningkatkan produksi sebagai akibat harga yang tinggi dan 12 menurunkan volume impor. Kebijakan kenaikan harga dasar akan efektif apabila diikuti peraturan pendukung dan terobosan teknologi, sehingga terjadi peningkatan produksi sekaligus peningkatan kualitas kedelai. Naiknya harga riil kedelai tingkat produsen dari harga riil kedelai impor, menunjukkan bahwa harga riil kedelai tingkat produsen mengalami penurunan. Hal ini yang menyebabkan petani kurang berminat untuk menanam kedelai sehingga berakibat pada penurunan luas panen dan produksi kedelai sehingga volume impor mengalami peningkatan. Selain itu, naiknya harga riil kedelai di tingkat produsen dari harga riil kedelai impor menunjukkan adanya peningkatan luas panen, produksi kedelai dan harga riil kedelai lokal dan menyebabkan volume impor mengalami penurunan. Membengkaknya harga kedelai lokal, membuat minat petani untuk menanam kedelai meningkat, sehingga luas panen dan produksi kedelai semakin meningkat yang berakibat volume impor akan semakin menurun. Handayani 2007 mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa kedelai lokal dapat memiliki dayasaing dengan kedelai impor jika dilakukan peningkatkan kualitas biji kedelai melalui pengembangan benih kedelai varietas unggul bermutu dan berbiji besar, sehingga produktivitas dapat ditingkatkan dan kualitas biji dapat menyamai kedelai impor. Penelitian mengenai dayasaing kedelai juga pernah dilakukan oleh Gonzales 1993, yang dijelaskan dalam buku kumpulan penelitian pengembangan kedelai yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Gonzales mengemukakan bahwa secara ekonomi usahatani kedelai di Indonesia masih belum mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, baik yang dilakukan secara tradisional maupun secara modern untuk ketiga rezim pemasaran yaitu rumah tangga IRT, subtitusi impor IS, dan promosi ekspor EP. Kedelai tidak mempunyai keunggulan komparatif untuk ketiga rezim pemasaran. Sedangkan padi dan jagung untuk promosi ekspor tidak memiliki keunggulan komparatif namun jika diproduksi untuk perdagangan antar wilayah dan subtitusi impor jagung dan padi memiliki keunggulan komparatif. Menurut Gonzales 1993, kebijakan pemerintah yang dapat melindungi harga kedelai domestik, pemberlakuan tarif impor dan pembatasan jumlah impor penting dijalankan. Selain itu pengembangan kedelai perlu diarahkan pada 13 peningkatan produksi, perbaikan kualitas dan dayaguna sebagai produk olahan yang mampu bersaing dengan produk olahan dari bahan baku non kedelai. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan dayasaing kedelai lokal di Indonesia. 2.4. Strategi Pengembangan dan Arsitektur Strategik Komoditi di Indonesia Penelitian mengenai strategi pengembangan komoditas pernah dilakukan oleh Puspita 2009. Pada penelitiannya Puspita 2009 menganalisis dayasaing dan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. Dimana masing-masing subsistem yang terdapat pada agribisnis gandum lokal belum saling mendukung dan terkait satu sama lain. Puspita 2009 menjelaskan dalam penelitiannya bahwa agribisnis gandum lokal di Indonesia dayasaingnya masih lemah. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung pada agribisnis gandum lokal di Indonesia. Pada penelitiannya Puspita 2009 telah merumuskan beberapa strategi yang digunakan untuk mengembangkan dan mengingkatkan dayasaing agribisnis gandum lokal. Puspita 2009 menjelaskan bahwa beberapa strategi yang telah dibuat kemudian dipetakan kedalam rancangan arsitektur strategik yang didalamnya terdapat program-program yang dilakukan baik secara rutin maupun bertahap yang digunakan untuk mencapai sasaran. Beberapa strategi yang dirumuskan diantaranya adalah: 1 Optimalisasi lahan gandum lokal 2 Membangun industri berbasis gandum lokal di pedesaan 3 Penguatan kelembagaan 4 Melakukan bimbingan, pembinaan dan pendampingan bagi petani 5 Membentuk kerjasama antara petani dengan industri makanan 6 Menciptakan sumber permodalan bagi petani 7 Mengatur ketersediaan benih 8 Menciptakan varietas gandum baru untuk dataran rendah dan medium 9 Melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis gandum lokal 10 Pembatasan volume impor 11 Menciptakan produk olahan gandum lokal berkualitas tinggi untuk pasar tertentu 12 Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal 14 Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedelai lokal di Indonesia belum memiliki baik keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif sehingga dayasaing kedelai lokal di Indonesia masih lemah. Namun, terdapat beberapa varietas unggulan kedelai lokal yang mutunya lebih baik dari kedelai impor yang dapat digunakan untuk meningkatkan dayasaing kedelai lokal di Indonesia. Selain itu terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi dayasaing kedelai di Indonesia seperti fungsi luas panen, produktivitas, harga riil kedelai lokal, harga tingkat produsen, volume impor dan harga riil impor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah dalam penelitian ini dilakukan analisis komponen-komponen penentu dayasaing suatu komoditas serta keterkaitan antar komponen tersebut. Dengan menggunakan Porter’s Diamond Theory . Selain itu, penelitian ini juga dilengkapi dengan analisis pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia dengan menggunakan analisis SWOT dan dipetakan dalam bentuk arsitektur strategi yang selanjutnya analisis tersebut dapat digunakan sebagai informasi dalam membuat strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia untuk meningkatkan dayasaing dalam upaya pencapaian swasembada kedelai di Indonesia. 15 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pengertian Agribisnis