Kondisi Permintaan Analisis Komponen Porter’s Diamond System

64 infrastruktur pada lahan kering. Sumberdaya infrastruktur pada tiap daerah pengembangan kedelai berbeda-beda. Sebagai contoh pada penanaman kedelai lokal di daerah Grobogan, Jawa Tengah yang sebagian lahannya berupa lahan sawah dan dilengkapi dengan saluran irigasi yang mendukung. Ketersediaan infrastruktur ini tentunya akan mempermudah petani dalam melakukan kegiatan agribisnis kedelai lokal. Sedangkan pada daerah Sumatra Utara, sebagian usaha pertanian termasuk kedelai masih mengandalkan tadah hujan dan infrastruktur berupa irigasi masih kurang 11 . Selain itu semenjak bencana tsunami di Sumatra utara dan Aceh banyak infrastruktur di daerah Aceh dan Sumatera Utara yang telah rusak seperti jalan, pasar, telekomunikasi. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi pengembangan kedelai di Sumut dan Aceh.

6.1.2. Kondisi Permintaan

Dalam upaya peningkatan dayasaing agribisnis kedelai lokal Indonesia kondisi permintaan merupakan faktor penting untuk diperhitungkan. Kondisi permintaan akan dijelaskan melalui tiga faktor yaitu komposisi permintaan domestik, jumlah permintaan dan pola pertumbuhan, serta internasionalisasi permintaan domestik. 1 Komposisi Permintaan Domestik Komposisi permintaan domestik untuk komoditas kedelai diberikan dalam bentuk bahan pangan dan non pangan. Sebagian besar permintaan kedelai digunakan untuk pemakaian bahan makanan sebesar 78,73 persen sedangkan untuk pemakaian bahan non pangan seperti pakan sebesar 0,36 persen, bibit sebesar 1,43 persen, dan pemakaian untuk diolah menjadi manufaktur sebesar 14,47 persen. Sedangkan terdapat 5,01 persen kedelai yang tercecer. 11 Anonim. 2009. Infrastruktur Pengembangan Kedelai yang Rusak di Sumatera Utara. http: www.google.co.idhl=idbiw=1024bih=382q=infrastruktur+pengembangan+kedelai+ya ng+rusak+di+daerah+sentra+kedelai+di+sumatra+utara [diakses 25 Maret 2011] 65 Gambar 11. Persentase Permintaan Kedelai Berdasarkan Penggunaannya Sumber: Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian 2009 [diolah] 2 Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan Berdasarkan data Ditjentan 2009 dalam Zakaria AK 2010, konsumsi kedelai cenderung berfluktuasi tergantung ketersediaan dalam negeri. Pada tahun 1970 hingga tahun 1992 konsumsi kedelai mengalami peningkatan. Sejak tahun 1970 hingga tahun 2009 konsumsi kedelai cenderung meningkat. Dimana konsumsi kedelai mengalami puncaknya pada tahun 1992 sebesar 2,56 juta ton . Kebutuhan kedelai dalam negeri selalu mengalami defisit yang cenderung meningkat yaitu dari 0,17 juta ton pada tahun 1976 menjadi 1,03 juta ton pada tahun 2006. Puncak defisit terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 1,37 juta ton dan tahun 2007 sebesar 1,41 juta ton dan tahun 2008 sebesar 1,16 juta ton. Defisit konsumsi ini menandakan bahwa produksi kedelai dalam negeri belum mampu mencukupi banyaknya permintaan kedelai. Tingginya permintaan kedelai di Indonesia disebabkan karena kedelai merupakan komoditi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pakan ternak. 66 Gambar 12. Produksi dan Konsumsi Kedelai dari tahun 1970-2009 Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2009 dalam Zakaria AK 2010 3 Internasionalisasi Permintaan Domestik Internasionalisasi permintaan domestik terjadi pada produk tempe yang telah menjadi makanan sehari-hari bangsa Indonesia. Tempe yang mulanya hanya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia kini dikonsumsi oleh negara-negara lain seperti Amerika, Jepang dan beberapa negara Eropa. Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda. Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe. Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang 12 . Contoh lainnya yaitu warga negara Indonesia yang berasal dari Grobogan yang pindah ke Jepang dan menjadi pengusaha tempe di Jepang. Ia mempopulerkan tempe sebagai makanan asli Indonesia. Kini tempe banyak dipromosikan melalui berbagai media di Jepang. Sebagai contoh buku yang mengupas tentang tempe, diantaranya yang terkenal adalah The Book of Tempeh, tulisan William Shurtleft dan Akiko Aoujaga. Buku besar ini lengkap dengan 12 Ali Warto. 2009. Esuk Dele Sore Tempe. http: djomomangunkaryo.wordpress.Com 200910 04 esuk-dele-sore-tempe [diakses 15 April 2011] 67 uraian dan ilustrasi menarik tentang pembuatan dan manfaat tempe dengan latar belakang budaya Indonesia, terutama Jawa. Ada juga buku terbitan Asosiasi Tempe di Jepang yang dikelola para profesor dan ahli gizi. Asosiasi ini mengadakan penelitian dan setiap tahun mengadakan seminar tentang tempe. Salah satu kajiannya adalah kandungan gizi tempe tak kalah dari daging sapi. Berbagai restoran vegetarian di Jepang banyak menyajikan olahan tempe dengan berbagai bentuk olahan Jepang, seperti misoshiru tempe tempura tempe dan burger tempe 13 . Untuk burger tempe sendiri Jepang telah memberikan hak paten pada pengolahannya. Meskipun begitu tempe tetap dikenal di dunia sebagai makanan asli Indonesia. Para imigran yang berasal dari Indonesia ini memperkenalkan produk dalam negeri berupa tempe ke mancanegara sehingga tempe semakin dikenal dunia dan dikonsumsi oleh masyarakat dunia.

6.1.3. Industri Terkait dan Industri Pendukung