36 Deployment diagram, menggambarkan detail bagaimana komponen
didistribusikan dalam infrastruktur sistem di mana komponen akan terletak pada
mesin, server atau piranti keras apa. Kemudian menunjukkan bagaimana kemampuan jaringan pada lokasi tersebut, spesifikasi server, dan hal-hal lain yang
bersifat fisikal. Sebuah node adalah server, workstation, atau piranti keras lain yang digunakan untuk mendistribusikan komponen dalam lingkungan sebenarnya.
Hubungan antar node misalnya TCPIP dan requirement dapat juga didefinisikan dalam diagram ini.
2.10 Pengukuran Hasil
Framework merupakan sebuah bagian penting dalam pendesainan EA, oleh sebab itu diperlukan suatu kriteria untuk pengukuran framework tersebut.
Demikian juga dalam mendesain suatu sistem harus memiliki rancangan sistem yang teruji. Menurut Setiawan 2009a kriteria yang seharusnya dimiliki oleh
suatu framework adalah sebagai berikut: a.
Reasoned. Merupakan framework yang masuk akal yang dapat memungkinkan pembuatan
arsitektur yang bersifat deterministik ketika terjadi perubahan batasan dalam mendesain suatu sistem. Framework juga harus tetap menjaga integritasnya
walalupun menghadapi perubahan bisnis dan teknologi serta demand yang tak terduga.
b. Cohesive.
Framework yang kohesif memiliki sekumpulan perilaku yang akan seimbang dalam cara pandang dan cakupannya.
c. Adaptable.
Framework haruslah bisa beradaptasi terhadap perubahan yang mungkin sangat sering terjadi dalam organisasi.
d. Vendor-independent.
Framework haruslah tidak tergantung pada vendor tertentu untuk benar-benar memaksimalkan manfaat bagi organisasi.
e. Technology-independent.
Framework tidak harus tergantung pada suatu teknologi tertentu, namun harus dapat disesuaikan dengan perkembangan teknologi.
37 f.
Domain-neutral. Adalah atribut penting bagi framework agar memiliki peranan dalam
pemeliharaan tujuan organisasi. Framework harus mudah dimengerti oleh semua user agar tujuan organisasi dapat tercapai dan terpelihara.
g. Scalable.
Framework haruslah beroperasi secara efektif pada level departemen, unit bisnis, pemerintahan dan level korporat tanpa kehilangan fokus dan kemampuan untuk
dapat diaplikasikan.
38
39
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Permasalahan
Dukungan SIMPEG yang berkualitas bagi Badan Litbang Pertanian merupakan suatu keharusan agar mampu menghasilkan informasi yang
bermanfaat bagi stakeholder. Kondisi saat ini mengharuskan Badan Litbang Pertanian untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas SIMPEG melalui
perancangan arsitektur SIMPEG yang lebih baik. Tahun 2007 pengembangan SIMPEG dilakukan dengan teknologi intranet.
Namun dalam pelaksanaannya masih banyak kendala karena yang masuk dalam jaringan intranet hanya instansi yang berada di wilayah Jakarta yaitu di Ragunan
dan Pasarminggu, sedangkan untuk instansi di daerah UPT atau yang berada di sekitar Jakarta Bogor, Serpong, Sukamandi belum dapat dijangkau oleh intranet.
Kemudian teknologi ini masih banyak kendala yang perlu diperbaiki seperti dalam mengkonversi dari SIMPEG versi Windows ke intranet tidak bisa dilakukan untuk
semua data dalam satu operasi, namun harus satu per satu setiap pegawai di konversi.
Sampai saat ini SIMPEG versi Windows masih tetap diterapkan di seluruh unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian namun berjalan lambat. Banyak
keluaran SIMPEG yang belum maksimal dimanfaatkan oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan karena ada beberapa informasi yang diinginkan oleh
pimpinan namun tidak terpenuhi oleh SIMPEG atau belum memenuhi kebutuhan pengguna. Keterlambatan juga dikarenakan terdapatnya UK dan UPT di daerah
sehingga pengiriman data SIMPEG tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3.1.1 Permasalahan SIMPEG
Pengembangan SIMPEG perlu ditindak lanjuti dengan upaya pemeliharaan database, peningkatan software SIMPEG, dan evaluasi kinerja SIMPEG, serta
pemanfaatan SIMPEG dalam menunjang perumusan kebijakan manajemen di lingkungan Badan Litbang Pertanian. Pemeliharaan database dapat dilakukan
dengan pemutakhiran dan validasi data. Peningkatan software SIMPEG harus
40 disesuaikan dengan sistem yang ada, kebutuhan pengguna, dan perkembangan
teknologi yang semakin cepat perubahannya serta evaluasi kinerja SIMPEG. Upaya pengembangan SIMPEG di Badan Litbang Pertanian masih
menghadapi beberapa kendala dan permasalahan, diantaranya : -
Aplikasi SIMPEG yang digunakan masih dilakukan dengan desktop atau stand alone sehingga tidak aman jika terjadi perubahan organisasi di Badan
Litbang Pertanian. -
Adanya data di setiap simpul pengelola kepegawaian unit kerjaUPT sehingga jika dibutuhkan di tingkat pusat akan berjalan lambat. Selain itu
juga akan menimbulkan adanya redudancy dan inkonsistensi data. -
Masih terasa sulit dalam menelusuri informasi tentang status berkas proses pengusulan administrasi pegawai seperti proses kenaikan pangkat,
pembebasan sementara dan aktif bekerja kembali Priyono Harun 2003. Sementara petugas pengelola kepegawaian atau pegawai yang bersangkutan
mengalami kesulitan dalam memantau proses tersebut. -
Sulitnya menentukan pegawai yang akan mendapat pendidikan dan pelatihan untuk mendukung kinerja Badan Litbang Pertanian. Selama ini proses usulan
dilakukan secara manual dengan mengirimkan data pegawai yang diusulkan dari unit kerjaUPT ke kantor pusat Badan Litbang Pertanian sehingga
memakan waktu yang cukup lama.
3.2 Kerangka Penelitian
Dalam mengembangkan sistem informasi, keseluruhan proses yang dilalui harus melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi perencanaan sistem
yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, analisis sistem, perancangan sistem, implementasi sistem, dan pemeliharaan sistem. Keluaran dari perencanaan sistem
dihasilkan persyaratan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Analisis dan perancangan sistem menghasilkan spesifikasi perancangan logik dan teknis.dari
implementasi sistem dihasilkan perangkat lunak yang dapat digunakan, serta dari pemeliharaan sistem dihasilkan aplikasi yang sudah teruji dan siap
dioperasionalkan Priyono Harun 2003. Pada penelitian ini, langkah yang dilakukan berdasarkan kerangka penelitian
yang dapat dilihat dalam bentuk diagram alir pada Gambar 10 berikut ini :
41
3. 3 Prosedur Penelitian
Berdasarkan langkah-langkah penelitian pada Gambar 10, maka tahapan penelitian yang dilakukan pada setiap langkah adalah :
3.3.1 Studi Pustaka dan Perumusan Masalah
Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman komprehensif tentang kerangka kerja TOGAF, konsep dan tahapan pengembangan sistem
informasi, pengetahuan dalam e-government serta pembuatan cetak biru e- Ya
Selesai Mulai
Studi Pustaka dan perumusan masalah
Struktur organisasi, peraturan kepegawaian
Pengumpulan Data
Proses pengelolaan kepegawaian, dukungan SIM dan SDM yang ada
Investigasi Sistem
Studi kelayakan organisasi, teknis brainware, dataware, hardware, software, dan netware, operasional, dan identifikasi kebutuhan user
Analisis dan Rancangan konseptual SIMPEG mengadopsi metode TOGAF
Evaluasi hasil
Alur Proses
Business Architecture
Information System Architecture Technology
Architecture
Tidak
Data Architecture
Application Architecture
Implementasi prototipe
Prototipe Sesuai?
Architecture vision
Gambar 10 Langkah-langkah penelitian.
42 government yang berkaitan dengan pelayanan prima administrasi kepegawaian.
Selain itu juga untuk mengetahui struktur dan profil organisasi Badan Litbang Pertanian serta memahami proses pengelolaan kepegawaian sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan : a. Pengamatan langsung atau observasi terhadap organisasi yang terkait dengan
mempelajari dokumentasi, tujuan dan struktur organisasi, proses bisnis dan kebijakan teknologi informasi yang telah ada pada instansi Badan Litbang
Pertanian. b. Wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian.
c. Melakukan survei terhadap organisasi terkait yang bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang obyek yang diteliti, menjelaskan
hubungan dari beberapa variabel, menguji hipotesis untuk memperkuat atau menolak teori dan membuat prediksi.
d. Kuesioner, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa daftar pertanyaan kepada pihak-pihak terkait dari instansi
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.3.3 Investigasi Sistem
Agar SIM yang akan dikembangkan dapat berjalan dan berfungsi dengan baik, maka dilakukan investigasi sistem yang mencakup aspek organisasi, teknis,
operasional, ekonomi, dan kebutuhan pengguna. Tahapan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari permasalahan, penyebabnya, dan tujuan serta ruang
lingkup pengembangan sistem. Hasil investigasi sistem berupa suatu studi kelayakan yang berfungsi sebagai arahan dan bahan pertimbangan dalam
mengembangkan sistem yang baru. 3.3.4 Analisis dan Rancangan Konseptual SIMPEG
Analisis dan rancangan sistem bertujuan untuk memperoleh gambaran logika dari sistem yang diinginkan secara detail, dan lebih menjelaskan kepada
pengguna bagaimana fungsi-fungsi pada sistem informasi secara logika akan bekerja. Dalam hal ini, sistem baru yang dikehendaki dapat membantu manajemen
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan administrasi SDM.
43 Tahap analisis dan rancangan konseptual ini mengadopsi metode TOGAF.
Analisis ini merupakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh TOGAF, dimana tahapannya terdiri dari 1 satu tahap persiapan dan 8 delapan tahapan
secara siklus. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap 4 empat tahapan yaitu architecture vision, business architecture, information system
architecture yang meliputi data architecture dan application architecture, serta technology architecture. Sedangkan tahapan selanjutnya opportunities and
solutions, migration planning, implementation governance, dan architecture change management tidak dilakukan karena dalam penelitian ini implementasi
sistem yang akan dilakukan dengan menggunakan model prototipe sehingga belum dapat diketahui apakah akan dilakukan migrasi aplikasi atau tidak.
Kemudian apakah akan diimplementasikan di organisasi terkait atau tidak, dan apakah akan ada perubahan system manajemen atau tidak.
a. Architecture vision
Pada tahapan ini mendefinisikan ruang lingkup dan visi misi organisasi serta memetakan semua strategi yang akan dilakukan. Tahapan ini juga menentukan
kebutuhan untuk perancangan sistem informasi seperti pendefinisian visi dan misi, tujuan organisasi, sasaran organisasi, dan proses bisnis organisasi. Inputan pada
tahap ini berupa adanya permintaan untuk pembuatan arsitektur, prinsip arsitektur dan enterprise continuum. Sedangkan keluaran pada tahap ini adalah adanya
pernyataan persetujuan pengerjaan arsitektur yang meliputi scope dan constrain serta rencana pengerjaan arsitektur, prinsip arsitektur termasuk prinsip bisnis dan
architecture vision.
b. Business Architecture