25 atasan langsung, tetapi juga kepada masyarakat. Adapun tujuan implementasi e-
government menurut Depkominfo 2004 adalah sebagai berikut : • Meningkatkan mutu layanan publik melalui pemanfaatan teknologi IT dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan. • Terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu
menjawab tuntutan perubahan secara efektif. • Perbaikan organisasi, sistem manajemen, dan proses kerja kepemerintahan.
Sasaran pembangunan yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam implementasi e-government Depkominfo 2004 adalah :
• Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang berkualitas dan terjangkau.
• Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan dan memperkuat kemampuan perekonomian menghadapi perubahan dan
persaingan perdagangan internasional. • Pembentukan mekanisme komunikasi antar lembaga pemerintah serta
penyediaan fasilitas bagi partisipasi masyarakat dalam proses kepemerintahan.
• Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah.
Meskipun tidak berorientasi laba, lembaga-lembaga pemerintahan perlu terus meningkatkan layanannya kepada masyarakat sebagai konsumennya.
Dengan berkembangnya teknologi informasi dan telekomunikasi, lembaga- lembaga pemerintahan dapat menerapkan e-government untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas operasionalnya serta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Hendriana 2004.
Konsep pengembangan e-government mempunyai fokus terhadap tiga hal yaitu pemerintah ke masyarakat G2C, pemerintah ke bisnis G2B, dan
pemerintah ke pemerintah G2G, selain internal lembaga pemerintahan itu sendiri seperti pemerintah ke pegawai G2E Bank Dunia 2009.
2.7 Internetworking
Internetworking merupakan suatu abstraksi yang kuat dalam pembahasan kompleksitas dari teknologi komunikasi yang beragam dengan cara
26 menyembunyikan detail setiap perangkat keras jaringan dan menyediakan suatu
lingkungan komunikasi tingkat tinggi Wiryana 2009. Tujuan utama dari
internetworking adalah interoperabilitas yang maksimun, yaitu memaksimalkan kemampuan program pada sistem komputer yang berbeda dan sistem jaringan
yang berbeda untuk berkomunikasi secara handal dan efisien. Ini akan menunjang ketersediaaan informasi pada sistem komputer dan jaringan yang beragam, baik
perangkat lunak, perangkat keras maupun model data dari informasi tersebut. Pada era teknologi saat ini informasi yang cepat dan mudah didapat sangat
diperlukan sekali. Penggunaan Internet juga didukung oleh saluran komunikasi yang sudah memadai dimana hampir setiap rumah mempunyai saluran
komunikasi telepon sampai dengan perusahaan yang sudah menggunakan saluran komunikasi yang khusus. Hal lain yang timbul di Indonesia saat ini adalah mulai
banyaknya Internet Services Provider penyedia layanan Internet yang menyediakan fasilitas Internet kepada para pelanggannya.
2.8 Implementasi Metode Prototipe
Pengembangan sistem informasi dapat dilakukan dengan pendekatan prototipe. Prototipe merupakan pembuatan model sistem informasi yang
pengembangannya dilakukan dengan cepat Marimin et al. 2006. Prototipe memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai potensial tentang cara sistem
akan berfungsi dalam bentuk lengkapnya McLeod Schell 2007. Model ini dimulai dengan pengumpulan kebutuhan dan perbaikan, desain
cepat, pembentukan prototipe, evaluasi pelanggan terhadap prototipe, perbaikan prototipe dan produk akhir. Pengembang dan pengguna bertemu dan
mendefinisikan obyek keseluruhan dari software, mengidentifikasi segala kebutuhan yang diketahui, dan area garis besar yang merupakan keharusan dan
kemudian dilakukan perancangan lagi secara cepat. Perancangan cepat ini akan membuat suatu prototipe yang selanjutnya dievaluasi oleh pengguna dan
digunakan untuk kebutuhan pengembangan software. Pada pendekatan ini terjadi iterasi yaitu pada saat prototipe di kerjakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna,
dan pada saat yang sama pengembang melakukan pemahaman terhadap apa yang harus dilakukan sehingga prototipe akan lebih baik Suyanto 2005.
27 McLeod dan Schell 2007 mengemukakan bahwa pengembangan
prototipe terdiri dari 2 jenis. Prototipe jenis I atau yang disebut sebagai prototipe evolutionary yang akan menjadi suatu sistem operasional. Prototipe jenis II
requirement prototype merupakan suatu model yang berfungsi sebagai cetak biru bagi sistem operasional, dimana pada langkah pertama sampai dengan ketiga
sama seperti untuk prototipe jenis I. Tahapan yang terdapat pada prototipe jenis I dapat dilihat pada Gambar 5.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan kebutuhan pemakai. Pada tahap ini analis sistem
mewawancarai pemakai untuk mendapatkan gagasan dari apa yang diinginkan pemakai terhadap sistem.
2. Mengembangkan prototipe. Analis sistem dapat bekerja sama dengan spesialis informasi lain, menggunakan satu atau lebih peralatan prototyping
untuk mengembangkan sebuah prototipe. 3. Menentukan apakah prototipe dapat diterima. Analis mendidik pemakai
dalam penggunaan prototipe dan memberikan kesempatan kepada pemakai untuk membiasakan diri dengan sistem. Pemakai memberikan masukan bagi
analis apakah prototipe memuaskan atau tidak. Jika ya, langkah berikutnya akan diambil dan jika tidak, prototipe direvisi dengan mengulangi langkah 1
sampai 3 dengan pengertian yang lebih baik mengenai kebutuhan pemakai. 4. Menggunakan prototipe. Prototipe yang akan menjadi sistem operasional.
Penggunaan prototipe dalam pengembangan sistem informasi mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya :
• Menghasilkan syarat yang lebih baik dari produksi yang dihasilkan. • Pengguna dapat mempertimbangkan sedikit perubahan selama masih dalam
bentuk prototipe. • Memberikan hasil yang lebih akurat dari pada perkiraan sebelumnya, karena
fungsi yang diinginkan dan kerumitannya sudah diketahui dengan baik.
28
Reaksi awal dari pengguna, diawali dengan menampilkan sebuah prototipe sistem informasi, kemudian melihat reaksi dari pengguna saat bekerja dengan
prototipe apakah fitur-fitur sistem pada prototipe tersebut sudah sesuai dengan kebutuhannya. Reaksi tersebut dikumpulkan dalam lembar observasi, wawancara
dan kuesioner. Pengembangan prototipe jenis II dapat dilihat pada Gambar 6. Tiga
langkah pertama sama seperti untuk prototipe jenis I. langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :
4. Mengkodekan sistem operasional. Programer menggunakan prototipe sebagai dasar untuk pengkodean coding sistem operasional.
5. Menguji sistem operasional. Programer menguji sistem. 6. Menentukan jika sistem operasional dapat diterima. Pengguna memberikan
masukan pada analis apakah sistem dapat diterima. Jika ya, langkah 7 dilakukan dan jika tidak, langkah 4 dan 5 diulangi.
7. Menggunakan sistem operasional. Pendekatan ini diikuti jika prototipe tersebut hanya dimaksudkan untuk memiliki
penampilan seperti sistem operasional dan tidak dimaksudkan untuk memuat semua elemen penting.
Gambar 5 Pengembangan prototipe jenis I McLeod Schell 2007.
Mengidentifikasi kebutuhan pemakai
Mengembangkan prototipe
Gunakan Prototipe Prototipe
dapat diterima?
1.
2.
3.
4. Ya
Tidak
29
2.9 Alat Pemodelan Proses Bisnis