4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan teknik pengemasan pada sistim atmosfir termodifikasi dengan menggunakan bahan pengemas LDPE antifog
berperforasi yang dapat memperpanjang umur simpan buah rambutan.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang menjadi batasan pada penelitian ini adalah: a. Varietas buah rambutan yang digunakan adalah Binjai dan Lebak Bulus.
b. Buah rambutan yang akan dikemas adalah buah rambutan dengan tingkat kematangan komersial, artinya buah siap untuk langsung dijual ke konsumen.
c. Kematangan buah rambutan yang akan digunakan adalah buah dengan warna kulit merah 85-100 kulit buah sudah berwarna merah atau orange dan
kuning 70-85 kulit buah sudah berwarna merah atau orange. d. Bahan kemasan plastik polyethylene jenis LDPE dengan antifog diperoleh dari
Food Technology Centre , Wahgeningen Belanda.
1.5 Hipotesa
Pengemasan buah rambutan bertujuan untuk mengurangi kerusakan, terutama pada rambut dan kulit buah. Kerusakan yang terjadi pada rambut
disebabkan oleh laju transpirasi dan respirasi selama penyimpanan, sehingga pengemasan pada buah rambutan ditujukan untuk memperlambat laju respirasi
dan transpirasi buah. Pada penelitian ini diduga penggunaan kemasan LDPE antifog
dengan perforasi pada jumlah tertentu dapat mempertahankan kesegaran buah rambutan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah Rambutan
Buah rambutan Nephelium lappaceum, L. merupakan tanaman yang termasuk dalam family Sapindaceae dengan ordo Sapindales, kelas Angiospermae
dan subklas Dicotyledone Mahisworo, 1989. Menurut Setyati et al. 1985, tanaman rambutan dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 500 m
dari permukaan laut. Buah rambutan merupakan buah tropis asli Indonesia yang kemudian menyebar ke daerah tropis lainnya, seperti : Thailand, Philipna, dan
Malaysia. Musim bunga rambutan terjadi pada bulan Juli sampai bulan September dan musim buah terjadi pada bulan November sampai bulan Februari setiap
tahunnya. Nama buah rambutan berasal dari Bahasa Melayu, “rambut”. Kata ini
diambil sesuai dengan bentuk buah rambutan yang memiliki duri-duri lembut di seluruh permukaan kulitnya. Menurut Popenoe 1971 buah rambutan memiliki
berbagai nama, antara lain: rambustan, ramboetan atau rambotang bahasa Melayu dan ramboutan atau litchi chevelu bahasa Perancis. Bentuk buah
rambutan berkisar dari bulat sampai oval. Buah rambutan memiliki kulit dengan dua bagian, yaitu kulit luar pericarp dan duri halus spinterns atau rambut yang
menutupi seluruh permukaan kulit luar. Kulit buah rambutan pada saat muda berwarna hijau, dan pada saat matang akan menjadi merah atau kuning. Bagian isi
buah rambutan terdiri dari daging buah dan biji. Bagian yang dimakan adalah daging buah yang berwarna putih sampai kekuningan, transparan atau buram,
manis, dan berair. Sekitar 48 dari total bagian buah rambutan adalah daging buah.
Hasil penelitian Lam et al. 1987 menunjukkan kandungan vitamin C pada buah rambutan mencapai 70 mg100 g bahan Tabel 1. Nilai ini lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Broto 1990 dimana kandungan vitamin C varietas Binjai pada kematangan komersial rata-rata 58 mg100 g
bahan. Menurut Mahisworo et al. 1989 perbedaan kandungan nutrisi pada daging buah rambutan sangat tergantung pada varietas, kesuburan tanah,
banyaknya sinar matahari yang diperoleh, curah hujan dan faktor lainnya .
6
Tabel 1 Kandungan nutrisi buah rambutan per 100 gram daging buah
Komponen Jumlah
Air g 82,1
Protein g 0,9
Lemak g 0,3
Abu g 0,3
Glukosa g 2,8
Fruktosa g 3,0
Sukkrosa g 9,9
Pati g 0,0
Serat makanan g 2,8
Asam malat g 0,05
Asam sitrat g 0,31
Vitamin C mg 70,0
Niasin mg 0,5
Kalsium mg 15
Besi mg 0,8
Thiamin mg 0,01
Riboflavin mg 0,07
Sumber : Lam et al. 1987
Menurut Broto 1990 terdapat 22 varietas buah rambutan yang tumbuh di Indonesia, baik yang berasal dari galur murni maupun dari hasil okulasi atau
penggabungan dari dua jenis galur yang berbeda. Dari ke 22 verietas buah rambutan yang tumbuh di Indonesia, hanya beberapa varietas yang dibudidayakan
oleh masyarakat, dengan pertimbangan nilai ekonomis yang relatif tinggi. Faktor yang membedakan dari masing-masing varietas adalah sifat buah, yang meliputi:
warna daging buah, kandungan air daging buah, bentuk buah, warna kulit dan ukuran rambut. Karakteristik masing-masing varietas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa, varietas Lebak Bulus mempunyai produktivitas relatif tinggi, sehingga lebih banyak dibudidayakan oleh masyarakat
di Indonesia. Selain produktivitas yang tinggi, varietas Lebak Bulus juga mempunyai bentuk fisik yang cukup menarik dengan rambut halus dan panjang.
Varietas Binjai merupakan varietas buah rambutan yang paling disukai di Indonesia, karena rasanya yang manis dan warnanya yang menarik.
7
Tabel 2 Karakteristik beberapa varietas buah rambutan
No Varietas
Karakteristik
1. Binjai
merupakan rambutan terbaik di indonesia ukuran buah cukup besar dan lonjong
kulit buah berwarna merah darah sampai merah tua rambut agak kasar dan jarang
daging buah rasanya manis dan sedikit asam
2. Rapiah
rambutan mutu tinggi bentuk buah bulat, kecil-sedang, dan kurang
menarik kulit buah berwarna hijau-kuning-merah tidak
merata, rambut agak jarang, sangat pendek dan kasar
daging buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok
, dan tebal 3.
Lebak Bulus produktivitas rata-rata 160-170 ikat per pohon
bentuknya bulat, besar dan menarik kulit buah berwarna merah-kuning
rambut panjang, agak kasar dan halus daging buah rasanya segar manis-asam, banyak
mengandung air dan ngelotok 4.
Sinyonya buah pada setiap pohonnya banyak, dan cocok
untuk diokulasi kulit buah berwarna merah tua sampai merah
anggur rambut halus dan rapat
daging buah rasanya manis asam, banyak mengandung air, lembek dan tidak ngelotok
5. Cimacan
bentuk buah lonjong, besar dan menarik kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua
rambut panjang, kasar dan agak jarang daging buah rasanya manis dan sedikit berair
6. Silengkeng
bentuk buah agak bulat, kecil dan kurang menarik kulit buah berwarna merah dan agak keras
rambut kasar, dan agak jarang daging buah rasanya manis, banyak mengandung
air, agak kenyal dan kurang ngelotok
Sumber : Broto 1990
8
Waktu panen buah rambutan dilakukan pada saat warna sudah mencapai warna khas maksimum pada kulit buah. Warna kulit buah rambutan akan berubah
sesuai dengan varietasnya. Buah rambutan termasuk pada golongan buah non klimakterik. Golongan buah non klimakterik ditandai dengan penurunan laju
produksi CO
2
secara terus menerus selama penyimpanan Broto, 1990. Menurut Pantastico 1975 tolak ukur yang digunakan sebagai penggolongan buah
klimakterik dan non klimakterik adalah responnya terhadap pemberian etilen C
2
H
4 .
Buah non klimakterik akan bereaksi pada pemberian C
2
H
4
pada tingkat manapun pada kondisi prapanen dan pasca panen, sedangkan buah klimakterik
hanya akan memberikan reaksi respiratik bila C
2
H
4
diberikan pada tingkat pra klimakterik.
2.2 Fisiologi Pasca Panen