positif terhadap aktiva produktif BMI Cabang Pembantu Depok. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan modal UMKM termasuk didalamnya sektor agribisnis
setiap tahunnya, meskipun nominal pembiayaan agribisnis relatif kecil dari keseluruhan pembiayaan UMKM yang disalurkan. Berdasarkan informasi yang diberikan Kepala BMI
Cabang Pembantu Depok, terdapat beberapa hal yang menyebabkan pembiayaan agribisnis di BMI Cabang Pembantu Depok relatif kecil salah satunya adalah para pelaku
UMKM sektor agribisnis yang mengajukan pembiayaan tidak mampu memenuhi persyaratan administrasi pembiayaan dan agunan yang sesuai persyaratan BMI Cabang
Pembantu Depok. Peningkatan penyaluran pembiayaan oleh BMI Cabang Pembantu Depok juga
diikuti oleh peningkatan risiko kerugian yang harus ditanggung bank berupa ketidakmampuan nasabah untuk mengembalikan pokok pembiayaan yang telah diterima.
Hal ini yang mendasari pentingnya penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis ini dilakukan, dengan harapan agar
dapat memberikan masukan kepada pihak bank dalam memberikan fasilitas
pembiayaannya kepada calon nasabah dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko.
1.2 Perumusan Masalah
Sektor UMKM termasuk didalamnya agribisnis merupakan sektor usaha yang memiliki potensi strategis dalam perekonomian nasional. Namun, dalam pelaksanaannya
sektor tersebut juga menghadapi beberapa permasalahan. Permasalahan utama yang paling sering dijumpai adalah terbatasnya penguasaan dan pemilikan aset produksi,
terutama permodalan Hastuti, 2005. Menurut Direktorat Pembiayaan, Ditjen Bina Sarana Pertanian, Departemen
Pertanian dalam Supratisto
3
2008, permasalahan pembiayaan bagi pengembangan sektor agribisnis secara umum disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya 1 skema
pembiayaan yang ada banyak untuk membiayai usaha on farm, sementara kegiatan pra produksi, pasca-produksi dan pasca panen belum tersentuh pembiayaan dari lembaga
keuangan, 2 keterbatasan petani untuk mengakses sumber-sumber pembiayaan terutama perbankan karena persyaratan yang begitu ketat, 3 usaha di sektor pertanian masih
dianggap berisiko tinggi, 4 lembaga penjamin usaha di sektor pertanian belum ada dan 5 belum ada lembaga keuangan khusus untuk membiayai sektor pertanian serta
pemerintah dianggap belum berpihak pada pembiayaan agribisnis. Akan tetapi, pada saat ini pemerintah melalui Kementrian Pertanian sudah memberikan jaminan pembiayaan
sektor agribisnis dengan bekerjasama dengan Asuransi Kredit Indonesia Askrindo dan
3
http:www.pnm.co.idnews diakses 15 Desember 2008
Perusahaan Umum Sarana Pengembangan Usaha. Sektor agribisnis dengan kendala keterbatasan modal tersebut sangat bergantung pada bantuan pembiayaan yang diberikan
oleh sektor-sektor pendukung, salah satunya adalah lembaga perbankan. Bank dalam menyalurkan pembiayaan selalu mempertimbangkan risiko yang
mungkin terjadi terhadap pembiayaan yang telah disalurkan. Risiko yang paling sering terjadi dan harus dipertimbangkan bank adalah ketidakmampuan nasabah mengembalikan
pembiayaan yang telah diterima sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan. Begitu juga dengan BMI Cabang Pembantu Depok yang merupakan salah satu lembaga
keuangan bank yang pada hakikatnya mencoba memberikan kontribusi terhadap kemajuan sektor riil yang berfokus pada UMKM. Pada kenyataannya tidak semua
nasabah yang telah mendapatkan fasilitas pembiayaan dari BMI Cabang Pembantu Depok dapat menjalankan kewajibannya, yaitu mengembalikan pokok pembiayaan serta bagi
hasil yang telah diterima tepat pada waktunya. Hal ini berdampak pada kualitas aktiva pembiayaannya tidak baik atau dalam istilah perbankan konvensional disebut rasio kredit
bermasalah atau disingkat dengan non performing loan NPL atau dalam istilah perbankan syariah adalah non performing financing NPF yang besaran tingkatan
rasionya yang di tetapkan dari regulasi Bank Indonesia maksimal sebesar 5 persen sebagai acuan dasar dari baik atau buruknya pembiayaan yang ada di bank tersebut yang
berdampak pada baik atau buruknya tingkat kesehatan bank tersebut. Tabel.4 Menunjukan perbandingan rasio tingkat pembiayaan atau kredit bermasalah pada setiap
bank yang ada di Indonesia.
Tabel 4. Perkembangan Rasio NPL Perbankan Indonesia Tahun 2007-2009 Nama Bank
2007 2008
2009 gross
nett gross
Nett gross
Nett
Bank Muamalat Indonesia 3,33
1,33 4.23
3,85 5,52
4,10 Bank Syariah Mandiri
6,33 4,43
5,77 3,02
4,75 1,08
Bank Syariah Mega Indonesia 1,45
0,42 1,50
0,89 4,54
2,08 BNI 46
8,18 4,01
4,96 1,74
6,40 1,90
Sumber: Annual Report Bank Persepsi 2007-2009
Tabel 4 menunjukkan perkembangan tingkat persentase NPL pada setiap Bank sebagai tolak ukur performa kualitas aktiva produktif pada laporan neraca keuangan
Bank. Dengan asumsi bahwa telah terjadi peningkatan NPL pada BMI, Bank Mega dan BNI46, yang diikuti dengan penurunan NPL pada BSM. Selain itu, pada Tabel 5
disajikan perbandingan jumlah pembiayaan agribisnis yang disalurkan pada BMI Cabang Pembantu Depok dengan masa tunggakan pembiayaan agribisnis yang terjadi pada tahun
2007 sampai dengan tahun 2009.
Tabel 5. Penyaluran Pembiayaan dan Tunggakan Pembiayaan Agribisnis BMI Cabang
Pembantu Depok Tahun 2007-2009
Tahun Pembiayaan
Agribisnis Rp
Pertumbuhan Pembiayaan
Agribisnis Tunggakan
Pembiayaan Agribisnis
Rp Pertumbuhan
Tunggakan Pembiayaan
Agribisnis 2007
2.250.765.098 -
52.987.000 -
2008 3.252.854.000
40 73.132.757
38 2009
7.850.600.200 141
121.874.501 66
Sumber: Laporan Keuangan dan Kinerja PT. Bank Muamalat Indonesia Capem depok, 2007-
2009 diolah
Tabel 5 memperlihatkan bahwa pembiayaan sektor agribisnis yang disalurkan BMI Cabang Pembantu Depok pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Namun
peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan juga diikuti dengan timbulnya peningkatan tunggakan pembiayaan. Salah satu penyebab terjadinya tunggakan
pembiayaan yang terjadi diantaranya disebabkan oleh kurangnya validitas data yang dibutuhkan Bank dalam melakukan penilaian kelayakan pembiayaan oleh analis
pembiayaan sehingga terjadinya side streaming. Dampak dari adanya tunggakan dari pembiayaan yang disalurkan adalah terjadinya pengendapan likuiditas bank pada pihak
ketiga nasabah yang menanamkan dana dibank, sehingga berdampak pada terganggunya aktivitas perbankan, yaitu perputaran uang yang akan disalurkan kembali ke nasabah,
sehingga mengakibatkan penurunan keuntungan yang diperoleh bank maupun return yang akan diberikan kepada pihak ketiga yaitu dana yang dihimpun dari masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka secara ringkas permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan tingkat pengembalian pembiayaan agribisnis bank adalah faktor-faktor
apa yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis di BMI Cabang Pembantu Depok.
1.3 Tujuan Penelitian