dan selain itu faktor cuaca sekarang yang tidak menentu serta dengan penguasaan teknologi yang kurang bisa di implementasikan dengan baik akan berakibat pada usaha
yang dikelola dikategorikan memiliki kecenderungan pendapatan yang berfluktuatif karena risiko kegagalan panen dan risiko pasar pun tinggi. Variabel terakhir yang tidak
mempunyai perbedaan antara hipotesis dan hasil pengolahan data adalah frekuensi pembiayaan yang diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan, nasabah yang mempunyai
pengalaman yang banyak dalam menerima fasilitas pembiayaan dari Bank Muamalat memiliki kecenderungan lebih lancar dalam mengembalikan angsuran sehingga semakin
tinggi frekuensi pembiayaan yang pernah di ambil nasabah dalam menerima pembiayaan maka pembayarannya akan lebih lancar.
6.3. Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan regresi logistik, maka dari delapan variabel yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis Bank
Muamalat ternyata hanya ada empat variabel yang signifikan, yaitu variabel jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usaha, lama usaha dan jenis usaha. Dengan demikian,
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kemacetan pengembalian pembiayaan agribisnis di
bank, maka pihak manajerial Bank Muamalat
perlu untuk mempertimbangkan ke empat faktor tersebut sebelum memberikan fasilitas pembiayaan
kepada calon nasabah pembiayaan agribisnis Bank Muamalat. Selain itu, dalam pengambilan keputusan pemberian pembiayaan juga harus didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan lain, karena berdasarkan nilai Nagelkerke R Square pada Tabel 10 menunjukkan nilai 0.587 yang berarti bahwa kedelapan variabel yang
mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis hanya mampu menjelaskan ketepatan pengembalian pembiayaan sebesar 58.7 persen, sisanya yaitu sebesar 41,3
persen dijelaskan oleh faktor lain. Menurut Hossein 2003 Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan adalah untuk me-review dan mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin
akan timbul atas proposal pengajuan dan menganalisa kembali cash flow dan memberikan saran-saran mitigasi resikonya seperti:
1. Business risk, misalnya apakah supply bahan baku yang diperlukan nasabah mencukupi, minimal selama masa pembiayaan berlangsung
2. Operational Risk, misalnya apakah nasabah memiliki team work termasuk para spesialis dengan tingkat keahlian dan dalam jumlah yang mencukupi untuk
mengerjakan usahanya
3. Financial Risk, misalnya apakah dari hasil proyeksi keuangan nasabah masih sanggup menyelesaikan proyek usahanya bila terjadi cost overrun sekian persen
4. Legal Risk, misalnya menganalisa proyek kerja sama dengan pemberi proyek jika ada, tujuannya adalah agar pasar yang dituju lebih terjamin, jelas dan terarah
dalam penjualan barangnya. 5. Economic Risk, misalnya apakah bisnis nasabah sangat sensitif terhadap gejolak
perekonomian nasional maupul global yang tengah terjadi saat ini 6. Faktor Resiko lain jika ada misalkan, apakah lokasi proyek nasabah terletak di
lokasi daerah rawan bencana alam atau faktor non teknis lainnya yang bisa merugikan usaha tersebut.
Faktor lainnya diatas diharapkan mampu memberikan masukan atas rekomendasi pembiayaan yang diberikan sebagai proses untuk meminimalisasi risiko atas kegagalan
membayar angsuran pembiayaan.
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan