9. Mengembangkan lembaga keuangan khusus pertanian dan lembaga keuangan mikro LKM pedesaan untuk pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah
pertanian, 10. Mengembangkan skim kredit yang tersedia menjadi skim kredit agribisnis yang
mudah diakses oleh petani, 11. Mengembangkan konsep pendirian Lembaga Pembiayaan Agribisnis Indonesia,
dan 12. Mengembangkan konsep Asuransi Komoditas Pertanian dan pendirian Lembaga
Asuransi Pertanian.
2.6. Prinsip Pembiayaan Bank Syariah
Bank syariah dalam menentukan harga atau mencari keuntungan didasarkan pada beberapa prinsip, yaitu prinsip jual beli murabahah, prinsip penyertaan modal
musyarakah, prinsip bagi hasil mudharabah, sewa murni tanpa pilihan kepemilikan ijarah dan sewa dengan pilihan kepemilikan ijarah muntahiya bittamlik Kasmir,
2004.
2.6.1. Prinsip Jual Beli Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli antar bank dengan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Bank akan mengadakan barang
yang dibutuhkan dan menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga setelah ditambah keuntungan yang disepakati. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk memberikan uang
muka untuk memastikan keseriusan nasabah membeli barang. Nasabah membayar kepada bank atas harga barang setelah dikurangi uang muka secara angsuran selama jangka
waktu tertentu yang disepakati dengan memperhatikan kemampuan mengangsur ataupun arus kas usahanya. Baik harga jual maupun besarnya angsuran yang telah disepakati tidak
berubah hingga akad pembiayaan berakhir. Terminologi jual beli adalah pemindahan hak milik barang atau harta kepada
pihak lain dengn menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Terdapat beberapa bentuk akad jual beli, dimana jual beli yang digunakan oleh bank syariah dalam melakukan
pembiayaan kepada nasabahnya adalah murabahah. Dengan demikian yang dimaksud pembiayaan murabahah adalah akad perjanjian penyediaan barang berdasarkan jual beli
dimana bank membiayai atau membelikan kebutuhan barang atau investasi nasabah dan menjual kembali kepada nasabah ditambah dengan keuntungan yang sepakati.
Pembayaran nasabah dilakukan secara mencicil angsur dalam jangka waktu yang
ditentukan. Berikut disajikan skema dari mekanisme pembiayaan dengan akad Murabahah.
Beli tunai
Bayar Tangguh Jual
Kirim Barang
Gambar 2. Skema pembiayaan dengan akad Murabahah
Sumber: Antonio 2001.
Berdasarkan Gambar 2 maka dapat dijelaskan sebagai berikut; 1.
Bank memberi pembiayaan dalam bentuk pengadaan barang dengan membeli secara tunai kepada supplier. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya
penyimpangan penggunaan dana pembiayaan atau side streaming, yang biasanya terjadi apabila pemberian pembiayaan langsung diberikan dalam
bentuk uang tunai. 2.
Selanjutnya bank menjual barang tersebut ke nasabahnya dengan harga yang telah disepakati bersama, yaitu harga pembelian ditambah margin
keuntungan. Kesepakatan harga ini tidak boleh berubah hingga berakhirnya akad pembiayaan.
3. Nasabah membayar harga barang dengan cara angsur selama jangka waktu
yang disepakati. Angsuran atau pengembalian dari nasabah dilakukan sesuai dengan arus kas usahanya. Dengan melakukan angsuran atas pengembalian
seperti ini, maka pihak nasabah memungkinkan melakukan pola angsuran atau cicilan kepada bank secara rata, semakin lama semakin naik atau step up,
semakin lama semakin turun atau step down atau kombinasi menaik menurun atau step up
step down. Konsekuensi logis yang timbul dengan pola pembiayaan jual beli adalah:
a. Pembiayaan akan senantiasa berkaitan dengan sektor riil, karena harus menebus barang.
BANK SUPPLIER
NASABAH
b. Harga jual sudah ditetapkan dari awal dan tidak berubah hingga akad pembiayaan berakhir.
c. Tidak ada peluang melipat gandakan. d. Tidak ada pinalti atas keterlambatan.
e. Pembiayaan yang ditujukan kepada pengadaan barang yang halal.
2.6.2. Prinsip Penyertaan Modal Musyarakah