2.7. Metode Penilaian Risiko Kredit Bank Muamalat
Risk Assesment yang digunakan BMI untuk menilai risiko yang timbul akibat adanya permohonan usulan kredit nasabah, dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Judgement kualitatif : metode ini digunakan penilai untuk mengetahui
kelayakan dari usulan pembiayaan yang lebih banyak didasarkan pada menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu dalam
konteks tertentu, lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut mementingkan pada
proses dibandingkan dengan hasil akhir, oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang
ditemukan. b. Internal Rating System kuantitatif : Pendekatan kuantitatif mementingkan
adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing.
Dalam hal ini Internal Rating System digunakan BMI sebagai metode penilaian kredit yang di khususkan untuk menilai aspek financial dan non-finansial nasabah
yang di bentuk dalam sebuah rating yang didasarkan pada prinsip penilaian pembiayaan 6C character, capacity, capital, collateral, condition of economic
dan constraints atas dasar pemenuhan dari peraturan Bank Indonesia PBI : - PBI No.58PBI2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen
Risiko bagi Bank Umum. - PBI No.842006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi
Bank Umum. - PBI No.8212006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
2.8. Agunan Pembiayaan dan Pengikatan Agunan
Menurut Sukandar 2004, agunan pembiayaan adalah hak dan kekuasaan yang diserahkan oleh nasabah debitur kepada bank guna menjamin pelunasan pembiayaan
apabila pembiayaan yang telah diterima tidak dapat dilunasi sesuai waktu sebagaimana ditentukan dalam perjanjian. Agunan pembiayaan dilihat dari sumber pembiayaannya
terdiri dari agunan pokok, yaitu berupa usaha yang dibiayai dan agunan tambahan berupa agunan kebendaan. Agunan kebendaan terdiri dari dua jenis, yaitu 1 agunan kebendaan
atas barang bergerak, adalah semua benda yang secara fisik dapat dipindahkan, kecuali apabila karena ketentuan undang-undang benda tersebut ditetapkan sebagai benda tidak
bergerak serta 2 agunan benda tidak bergerak, adalah tanah dan barang-barang lain yang karena sifatnya oleh undang-undang dinyatakan sebagai benda tidak bergerak.
Pengikatan agunan dapat dilakukan dengan cara gadai, FEO dan hak tanggungan Sukandar, 2004. Gadai adalah suatu hak kebendaan yang diperoleh secara berpiutang
atas suatu benda bergerak milik orang lain, hak mana semata-mata diperjanjikan dengan menyerahkan penguasaan atas benda tersebut yang bertujuan untuk mendapatkan
pelunasan pembiayaan terlebih dahulu apabila benda tersebut dijual. FEO adalah suatu perjanjian antara nasabah dengan bank, dimana nasabah menyerahkan hak milik atas
barang-barang bergerak kepada bank, sedangkan penguasaan benda diserahkan kembali kepada nasabah secara kepercayaan dengan perjanjian bahwa penyerahan tersebut hanya
untuk jaminan atas pembayaran kembali atas pembiayaan yang telah diterima. Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan pembiayaan tertentu. Daftar jenis Agunan dapat dilihat pada lampiran 4
Dasar dari pemberian jaminan; a. QS Luqman : 31, bahwa tidak ada satupun cara atau sarana hukum yang
dapat mencegah seseorang mengingkari janjinya. b. UU No. 10 tahun 1998 pasal 8 ayat 1 tentang Perbankan, bahwa untuk
mengurangi resiko, maka bank syariah diperbolehkan meminta jaminan kepada nasabah. Jaminan adalah kekayaan atau kesanggupan seseorang
untuk menanggung pembayaran kembali seluruh pembiayaan. Menurut hukum positif, jaminan yang digolongkan dalam harta harta kekayaan dapat
berupa barang yang dapat diganti misalnya uang, barang yang dapat dibagi beras, gula, dan barang bergerak kendaraan, perhiasan, atau barang
tidak bergerak tanah, bangunan, mesin yang ditanam. c. Khusus untuk pembiayaan kendaraan bermotor, maka kendaraan yang akan
dibelikan tersebut sebagai jaminan utama. d. Nilai jaminan ditetapkan berdasarkan Liquidation Basis dan persentase
nilai pasar jaminan yang dapat diterima sebagai nilai likuidasi jaminan.
2.9. Penelitian Terdahulu