Analisis Prospektif Metode Pengolahan Data
41 Pedoman penilaian:
Skor: Keterangan:
Tidak ada pengaruh 1
Berpengaruh kecil 2
Berpengaruh sedang 3
Berpengaruh sangat kuat
Menentukan faktor kunci digunakan sofware analisis prospektif yang akan memperlihatkan tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor di dalam
sistem, pada Gambar 13.
Gambar 13 Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam SIPT Sumber : Byl et al. 2002
Ketergantungan P
en g
aru h
Faktor Penentu
INPUT
Faktor Penghubung
STAKES
Faktor Bebas
UNUSED
Faktor Terikat
OUPUT
42
Tahapan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan kebijakan dan skenario strategi pengembangan SIPT di kabupaten Cianjur, disajikan pada Gambar 14.
Tahap Pertama Tahap Kedua
Multidimensional Scaling MDS
Tidak Ya
Tahap Ketiga Analisis Prospektif
Gambar 14 Diagram alir tahapan penelitian
MULAI
• Studi Pustaka • Survei Lapang
• Pra Survai Pakar • Analisis Kelayakan usahatani
• Analisis kebutuhan • Formulasi permasalahan
Rap- SIPT Indek dan status keberlanjutan SIPT
Faktor-faktor strategis pengembangan SIPT
OK ?
Kebijakan dan Strategi Pengembangan SIPT
SELESAI
43
IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1
Keadaan Umum Kabupaten Cianjur
Secara geografis Kabupaten Cianjur berada di tengah propinsi Jawa Barat, memanjang dari utara ke selatan dengan jarak sekitar 65 Km dari
ibukota propinsi Jawa Barat Bandung dan 120 Km dari ibukota negara Jakarta dan terletak diantara 06
O
21 - 7
O
25 Lintang Selatan LS dan 106
O
42 - 107
O
1. Wilayah pengembangan utara, merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede yang sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi dan
sebagian lagi merupakan dataran untuk areal perkebunan dan persawahan. 25 Bujur Timur BT. Secara administrasi di sebelah utara
berbatasan dengan kabupaten Bogor dan kabupaten Purwakarta, di sebelah timur dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, di selatan Samudra
Indonesia dan di sebelah barat dengan Kabupaten Sukabumi. Wilayah kabupaten Cianjur meliputi areal seluas 350.148 hektar terdiri dari 32
kecamatan, 6 kelurahan dan 348 desa. Masing-masing wilayah mempunyai ciri- ciri khusus balk dari segi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.
Berdasarkan wilayah pembangunan kabupaten Cianjur secara geografis terbagi dalam tiga wilayah pengembangan yaitu wilayah pengembangan utara
WPU, wilayah pengembangan tengah WPT dan wilayah pengembangan selatan WPS. Masing-masing wilayah mempunyai ciri-ciri khusus baik dari segi
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Sumber daya alam dapat dibedakan berdasarkan topografi, jenis tanah, iklim, dan lainnya, sedangkan
sumberdaya manusia dibedakan dari jumlah penduduk dan tingkat pendidikan.
2. Wilayah pengembangan tengah, merupakan daerah yang berbukit-bukit kecil dengan keadaan struktur tanahnya labil sehingga sering terjadi tanah longsor,
yaitu Kecamatan Tanggeung, Pagelaran, Kadupandak, Takokak, Sukanegara, Campaka dan Campaka Mulya.
3. Wilayah pengembangan selatan, merupakan dataran rendah akan tetapi terdapat bukit-bukit kecil yang diselingi oleh pegunungan yang melebar sampai ke
daerah pantai Samudra Indonesia. Terdapat pula areal perkebunan dan pesawahan tetapi tidak begitu luas, seperti Kecamatan Agrabinta,
Sindangbarang, Cidaun, Naringgul.
44
Topografi dan Iklim
Keadaan topografi kabupaten Cianjur sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit - bukit dan sebagian merupakan dataran rendah, dengan
ketinggian 0 meter sampai dengan 2,962 meter di atas permukaan laut Puncak Gunung Gede, dengan kemiringan antara 1 sampai 40 . Kemiringan dan
ketinggian wilayah kabupaten Cianjur dapat dilihat di Tabel 10. Tabel 10 Kemiringan dan ketinggian wilayah
No Tinggi m dpl
Kemiringan Kecamatan
1 200-1000
0-2 Cianjur, Bojongpicung, Karang tengah,
Mande, Ciranjang, Warungkondang 2
2-15 Pacet, Cugenang, Cikalongkulon, Cibebe
3 200-700 700
15-40 Kadupandak,
Sukanagara, Takokak, Campaka, Tanggeung , Pagelaran
5 40
Sindangbarang, Cibinong, Cidaun, Naringgul kecuali daeral pantai
Sumber : BPS Cianjur 2009
Kabupaten Cianjur termasuk kedalam tipe iklim sedang dengan hujan pada semua bulan. Kondisi curah hujan bervariasi dengan suhu udara berkisar antara
25-32
o
C. Curah hujan rata-rata di wilayah pesisir berkisar antara 1.120 – 3.543 mmtahun, namun beberapa daerah di kecamatan lain memiliki curah hujan lebih
tinggi, yaitu sekitar 3.000 – 4.000 mmtahun. Iklim tropis tersebut menjadikan kondisi alam subur dan mengandung keanekaragaman kekayaan sumber daya
alam yang potensial sebagai modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan,
perikanan dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian
Penduduk kabupaten Cianjur berjumlah 2.149.121 orang terdiri atas laki- laki sebanyak 1.101.260 orang dan perempuan 1.047.861 orang BPS Cianjur,
.
Penduduk
45 2010. Dengan penyebaran penduduk yang tidak merata dan bertambahnya
jumlah penduduk terutama di pedesaan akan berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi maupun sosial. Rumah tangga petani pemilik lahan
maupun yang bukan pemilik lahan jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Ini berarti bahwa luas pemilikan lahan terutama lahan pertanian jadi
semakin kecil. Pemecahkan masalah ini melalui pencetakan sawah baru masih sangat diperlukan disamping mengendalikan penggunaan lahan pertanian.
Sebanyak 63,90 penduduk terkonsentrasi di wilayah utara dengan luas wilayah 30,78, dan 19,09 mendiami berbagai kecamatan di wilayah tengah
dengan luas wilayah 28,45 dan sisanya sebanyak 17,01 berada di berbagai kecamatan di wilayah selatan dengan luas wilayah 40,77 . Dilihat dari
kepadatan penduduk, Kecamatan yang memiliki angka kepadatan lebih dari 1000 jiwa per km
2
Peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi di kabupaten Cianjur sangat dominan, indikatornya adalah konrtribusi sektor pertanian terhadap Produk
Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2009 sebesar 54,77. Tanaman pangan merupakan sub sektor yang memberikan kontribusi
cukup menonjol yaitu sebesar 35,29 , disusul subsektor peternakan sebesar 8,69, subsektor perkebunan 4,37, subsektor perikanan sebesar 4,14 dan
adalah Kecamatan Cianjur 6.275,98 jiwakm², Karangtengah 3.073,68 jiwakm², Ciranjang 2.276,76 jiwakm², Cipanas 1.834,47 jiwakm²,
Pacet 1.495,03 jiwakm², Sukaluyu 1.546,96 jiwakm², Cugenang 1.424,14 jiwakm², Cilaku 1.455,18 jiwakm², dan Warungdoyong 1.279,57 jiwakm².
Ekonomi Wilayah
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Barat, yang memiliki luas lahan sekitar 350.148 Ha, terdiri atas lahan sawah seluas 63.299 dan
lahan darat 286.849 Ha. Pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha 23,71 hutan produktif dan konservasi, 58.101 Ha 16,59 berupa pertanian lahan basah,
97.227 Ha 27,76 pertanian lahan kering dan tegalan, 57.735 Ha 16,49 tanah perkebunan, 3.500 Ha 0,10 penggembalaanpekarangan, 1.239 Ha
0,035 tambakkolam, 25.261 Ha 7,20 pemukimanpekarangan dan 22.483 Ha 6,42 penggunaan lain BPS Cianjur 2009.
46 subsektor kehutanan 2,24 Disperta Cianjur 2010. Secara rinci distribusi
persentase PDRB untuk masing-masing sektor disajikan di Tabel 11. Tabel 11 Distribusi persentase PDRB kabupaten Cianjur atas dasar harga berlaku
No Sektor
Kontribusi 1 Pertanian
54,77 2 Pertambangan dan penggalian
1.41 3 Industri pengolahan
1.32 4 Listrik, gas, dan air bersih
0.37 5 Bangunan
6.61 6 Perdagangan, hotel dan restoran
15.68 7 Pengangkutan dan komunikasi
4.47 8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
4.78 9 Jasa
10.59 Jumlah
100
Sumber : BPS Cianjur 2010
Kegiatan ekonomi pada sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 1.32. Nilai ini mencerminkan bahwa produk
hasil pertanian sebagian besar masih dijual dalam bentuk bahan mentah. Hal ini dikarenakan belum berkembangnya industri pengolahan untuk produk-produk
pertanian dan terbatasnya kemampuan SDM yang tersedia. Lemahnya sektor industri pengolahan berdampak pada rendahnya nilai tambah yang diperoleh
petani yang pada akhirnya pendapatan petani juga menjadi kurang layak. Sektor pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian karena
sebanyak 503.090 orang 62,99 bekerja dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian Tabel 12. Usaha menciptakan lapangan kerja tambahan
melalui agroindustri merupakan salah satu altematif yang penting untuk dikembangkan di pedesaan. Namun dari jumlah tersebut 87,52 berpendidikan
rata-rata di bawah sekolah lanjutan tingkat pertama SLTP BPS Cianjur 2009. Hasil analisis ketersediaan dan konsumsi beras di Kabupaten Cianjur
selama 3 tahun dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 secara keseluruhan menunjukkan nilai surplus jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi beras
47 penduduk. Jumlah produksi beras pada tahun 2009 sebanyak 435.289 ton, dengan
kebutuhan beras penduduk 227.484 ton, sebagaimana disajikan di Tabel 13. Tabel 12 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha
No Lapangan Usaha Utama Laki - Laki
Perempuan Total
1 Pertanian
328.654 174.436
503.090 2
PertambanganGalian 3.903
410 4.313
3 Industri
31.966 7.751
39.717 4
Listrik, Gas dan Air 1.782
- 1.782
5 Konstruksi
44.763 -
44.763 6
Perdagangan 90.914
62.583 153.497
7 Transpor dan Komunikasi
62.111 1.372
63.483 8
Keuangan 8.019
1.711 9.730
9 Jasa
32.628 22.117
54.745 Jumlah
605.150 270.380
875.530
Sumber : BPS Cianjur 2009
Beberapa komoditi tanaman pangan semusim yang telah banyak dikembangkan di Kabupaten Cianjur antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi
jalar, kedelai dan kacang hijau. Usahatani padi merupakan komoditas prioritas petani sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga.
Untuk meningkatkan pendapatan, petani memilih jenis tanaman yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kepastian hasilnya.
Tabel 13 Jumlah ketersediaan beras, dan kebutuhan konsumsi penduduk selama 3 tahun 2007 s.d. 2009 di Kabupaten Cianjur
No Uraian 2007
2008 2009
1 Ketersediaan ton
440.069 432.393
435.289 2
Jumlah penduduk 2.098.644
2.125.023 2.149.121
3 Kebutuhan konsumsi ton
251.837 224.934
227.484 4
Perimbangan +- 188.232
163.444 162.948
5 Ratio
1,75 1,73
1,76 Keterangan
Surplus Surplus
Surplus
Sumber : Disperta Cianjur 2010
48 Tabel 14 Luas tanam, produksi, dan produktivitas komoditi tanaman pangan
di Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur
No Komoditi Luas tanam
ha Produksi
ton Produktivitas
tonha 1
Padi Sawah 118.971
645.961 5,43
2 Padi Ladang
16.100 42.786
2,66 3
Jagung 11.242
50.810 4,52
4 Kedelai
1.506 1.992
13,23 5
Ubi Kayu 6.698
119.030 17,71
6 Kacang Hijau
321 320
1,1 7
Kacang Tanah 10.895
13.434 1,0
Sumber : BPS Cianjur 2009
Luas tanam, produktivitas dan produksi beberapa komoditi tanaman semusim di Kabupaten Cianjur terlihat pada Tabel 14
Institusi Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan pertanian dilakukan oleh aparaturtenaga penyuluh pertanian yang terdiri dari penyuluh pertanian lapang PPL, kantor cabang dinas
KCD Kecamatan dan pengamat organisme pengganggu tanaman POPT
PPL yang
ada di Kabupaten Cianjur dengan rincian sebagai berikut : :
154 orang
KCD :
25 orang
Tata Usaha KCD :
5 orang
POPT :
21 orang
Sumber : Disperta Cianjur 2010
Dengan wilayah kerja yang luas, namun jumlah PPL terbatas, maka yang menjadi sasaran pembinaan dalam rangka melayani seluruh petani adalah
kelompok tani. Kelompok tani merupakan wadah berkumpulnya petani, tempat belajar, berdiskusi, dan bertukar informasi dalam berbagai hal yang berhubungan
dengan kegiatan pertanian. Keadaan kelompok tani di Kabupaten Cianjur sebagaimana pada
49 Tabel 15 menunjukkan bahwa 27.58 kelompok tani di Kabupaten Cianjur
adalah kelompok tani kelas pemula, 49.30 kelas lanjut, 21.02 kelas madya, dan 2.10 kelompok tani yang berada pada kelas utama. Kondisi ini
mencerminkan masih lemahnya institusi yang berfungsi sebagai wadah petani untuk mengembangkan kegiatan usaha pada tingkat petani. Pengembangan
institusi kelompok tani ini mengalami hambatan karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian.
Tabel 15 Keadaan kelompok tani No Tahun
Kelas Kelompok Jumlah
Pemula Lanjut
Madya Utama
1 2007
311 979
297 47
1.634 2
2008 698
825 472
30 2.025
Jumlah 1.009
1.804 769
77 6.163
Persentase 27,58
49,30 21,02
2,10 100
Sumber : Disperta Cianjur 2010
Pemasaran
Pasar merupakan salah satu aspek penting dalam sistem agribisnis. Keterpaduan sistem usaha tani pola SIPT ini akan mempunyai dampak terhadap
perubahan ekonomi petani bila pengelolaan usahatani berorientasi pasar. Bila selama ini usaha ternak dianggap sebagai usaha sampingan, maka dalam usahatani pola
SIPT ternak sapi potong mempunyai peluang pasar sama dengan komoditas tanaman pangan
Pemasaran hasil pertanian merupakan aktivitas pertanian off farm yang menentukan keberhasilan pengembangan usahatani. Tataniaga pemasaran
gabah tidak menguntungkan bagi petani sehingga PEMDA melakukan intervensi melalui kerja sama dengan Sub Dolog Cianjur dan Perusahaan Daerah untuk
memotong mata rantai gabah yang panjang sehingga petani dapat langsung memasarkan hasilnya ke Sub Dolog maupun ke pasar.
Ketersediaan pasar hewan dapat memacu berkembangnya pengelolaan usahatani pola SIPT. Pemasaran ternak berlangsung secara dinamis dan harga
berfluktuatif. Harga tinggi biasa terjadi pada saat menjelang hari raya Idul Adha, namun sebaliknya harga turun ketika kebutuhan sangat mendesak dan harus menjual
sapinya misal untuk kebutuhan biaya sekolah, paceklik, hajatan dan lain-lain. Kondisi
50 ini berkaitan langsung dengan permintaan dan penawaran. Sistem pemasaran
ternak ditunjukkan pada Gambar 15.
Gambar 15 Sistem pemasaran sapi potong Petani pada umumnya tidak menjual sapinya langsung ke pasar hewan
melainkan ke pedagang perantara blantik. Penjualan tersebut merugikan petani karena blantik juga akan mengambil keuntungan dari harga yang disepakati karena
jika petani langsung menjual sapinya, maka akan memperoleh harga yang lebih layak. Diperlukan upaya oleh pemerintah daerah melalui instansi teknis bidang
peternakan untuk memberikan informasi harga dan tempat penjualan sapi yang lebih menguntungkan petani. Secara mikro tingkat regional pelaku pasar ternak
terdiri atas: petani, blantik, jagal, rumah makan, pedagang daging dan konsumen. Pemasaran temak membentuk jaringan tataniaga yang sangat komplek dan
terbentuk mulai tingkat desa petani sampai konsumen. Penguasaan pasar hewan didominasi oleh keberadaan blantik yang lebih mempunyai posisi tawar
walaupun dengan modal terbatas.