69
V HASIL DAN PEMBAHASAN Kelayakan Usahatani
Usahatani pola SIPT menggunakan input pupuk organik yang berasal dari pukan sapi dan sedikit pupuk kimiapestisida, dan usahatani pola kebiasaan petani
juga dilakukan sebagai pembanding . Dengan adanya perbedaan tindakan tersebut, dapat diduga adanya perbedaan produksi dan produktivitas.
5.1 Analisis Usahatani Penggemukan Sapi Potong
Hasil analisis finansial usahatani penggemukan sapi Tabel 29 menunjukkan bahwa biaya input usahatani sapi yang dikelola secara terintegrasi
sebesar Rp 113.439.600 lebih tinggi daripada secara parsial yaitu Rp 48.758.500. Pendapatan yang diperoleh dari sapi yang dikelola secara terintegrasi sebesar Rp
23.102.000 20 ekormusim atau Rp 1.155.100ekormusim. Tabel 29 Analisis biaya dan pendapatan usaha pemeliharaan sapi potong
No Uraian
Analisis Finansial SIPT
Parsial 1
Biaya Rp 113.439.600
48.758.500 2
Penerimaan Rp 136.541.600
49.149.000 3
Pendapatan Rp 23.102.000
390.500 4
RC 1,20
1,01 5
MBCR 1,35
- 6
Keuntungan per ekor 1.155.100
39.050 7
PBBH kg 0,79
0,32
Ket : PBBH: pertambahan bobot badan harian
Kontribusi tambahan penerimaan pola SIPT terutama dari penjualan kotoran yang sudah diproses menjadi pupuk organik sebesar 10,02, sedangkan
rendahnya pendapatan ternak pada pola parsial karena tidak ada tambahan dari penjualan pupuk organik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan manajemen
kandang kelompok produktivitas ternak sapi bisa ditingkatkan. Analisis finansial tersebut menggunakan asumsi harga bakalankg Rp 19.000,00 konsentrat Rp
70 1.500kg, jerami padi Rp 125kg, jerami fermentasi Rp 140kg, fine compost Rp
400kg, kandang Rp 20.000ekor, dan tenaga kerja 1 HOK Rp 25.000. Nilai RC yang dihasilkan secara terintegrasi adalah 1.20 sedangkan secara
parsial 1.01, artinya setiap pengeluaran biaya produksi Rp 1.000, memberikan penerimaan Rp 1.200 terintegrasi dan Rp 1.010 parsial. Hal ini menunjukkan
bahwa usaha sapi secara terintegrasi dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta secara finansial layak untuk dikembangkan dibandingkan
secara parsial. Nilai MBCR dari penerapan usahatani sapi yang dikelola secara terintegrasi
1.35 artinya setiap tambahan biaya dalam menerapkan SIPT sebesar Rp. 1.000 dapat meningkatkan penerimaan Rp 1.350
Tabel 30 menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari sapi yang dikelola secara terintegrasi 1 ha sawah + 2 ekor sapi mencapai Rp 9.086.8672
ekormusim atau Rp 4.543.433 ekormusim. Penerimaan sebesar Rp 25.446.160
dan biaya mencapai Rp 16.359.293 dengan nilai RC ratio 1,56. Selain tambahan
pendapatan, ketersediaan pupuk organik juga dapat lebih terjamin dan dibuat sendiri sehingga ketergantungan pupuk anorganik dapat dikurangi.
Tabel 30 Analisis integrasi usahatani padi-sapi Uraian
Usahatani padiha a
Usahatani 2 sapi b
Usahatani padi + sapi a + b
Biaya Rp 5.145.333
11.213.960 16.359.293
Penerimaan Rp 11.792.000
13.654.160 25.446.160
Pendapatan Rp 6.646.667
2.440.200 9.086.867
RC 1,56 Priyanti et al. 2001 mengatakan bahwa usahatani tanaman-ternak dengan
pengelolaan lahan 0,30-0,64 hektar dan sapi 2 ekor dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga Rp 852.170,00bulan dengan kontribusi usaha
peternakan terhadap total pendapatan rumah tangga mencapai 40
5.2 Analisis Usahatani Padi Sawah