6
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan pertanian, dan pihak-pihak yang berkepentingan berupa
1. bahan masukan dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian di masa mendatang di kabupaten Cianjur.
2. acuan bagi pengusaha dan masyarakat dalam upaya pelestarian SDA dan lingkungan serta manfaat yang akan dinikmatinya
3. sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan peternakan
1.6 Kebaruan Novelty
Nilai kebaruan penelitian ini adalah strategi pengelolaan usahatani pola SIPT yang melibatkan stakeholder dalam perumusan kebijakan dan skenario
strategi pengembangan SIPT berdasarkan aspek ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi guna meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
7
II TINJAUAN PUSTAKA
Program utama pembangunan pertanian adalah ketahanan pangan dan agribisnis. Sasaran program pembangunan pertanian yang telah ditetapkan adalah
meningkatnya kesejahteraan petani dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan ekosistem, sehingga keberlanjutan usaha pertanian dapat terjamin.
Salah satu kebijakan yang ditempuh Kementerian Pertanian pada tahun 2002 adalah melakukan pengembangan usaha pertanian secara terpadu dengan harapan
dapat meningkatkan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani. Guna mendukung keberhasilan kebijakan dimaksud,
alternatif yang lebih memungkinkan adalah dengan melakukan pendekatan sistem integrasi padi ternak SIPT. SIPT merupakan bagian dari program pemerintah
yang dilaksanakan secara terpadu, lintas sektoral antara Kementerian Pertanian, Kementerian Pemukiman dan Prasarana Wilayah serta Kementerian Dalam
Negeri dan Otonomi Daerah. Program tersebut merupakan salah satu alternatif program terobosan yang diharapkan dapat menjawab tantangan dan tuntutan
pembangunan peternakan yakni kecukupan swasembada daging Menurut Dirjen Peternakan 2009, program SIPT adalah mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya lokal seperti pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak dan kotoran ternak sapi dapat diproses menjadi pupuk organik yang sangat
bermanfaat untuk memperbaiki unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga tidak ada limbah yang terbuang zero waste.
Menurut Diwyanto dan Haryanto 2003, integrasi usahatani pola SIPT mencakup tiga jenis kegiatan usahatani yang saling berkaitan satu sama lain yaitu:
1 budidaya ternak, 2 budidaya padi serta 3 pengelolaan jerami dan kompos. Inovasi yang dikembangkan dalam budidaya ternak mencakup pengandangan
temak secara berkelompok, aplikasi budidaya termasuk strategi pemberian pakan, pengelolaan dan pemanfaatan kotoran ternak menjadi kompos untuk
tanaman padi. Pengembangan budidaya padi sawah irigasi melalui teknologi pengelolaan, penyimpaman dan peningkatan kualitas jerami sebagai pakan
temak. Selama 10 tahun terakhir 1995-2005, data statistik menunjukkan bahwa
luas areal tanam padi di lahan sawah secara nasional sedikit meningkat dari 10,08
8 juta ha pada tahun 1995 menjadi 10,71 juta ha pada tahun 2005, atau naik rata-rata
0,61 persentahun. Di samping itu, produktivitas juga meningkat dari 4,64 tonha pada tahun 1995 menjadi 4,78 tonha pada tahun 2005, atau tumbuh rata-rata 0,29
persentahun. Pertumbuhan produktivitas yang rendah mencerminkan bahwa penerapan teknologi di tingkat petani sudah mendekati kejenuhan, terutama di
Jawa. Terlebih lagi dengan sarana produksi yang makin mahal mengakibatkan kemampuan petani untuk membeli sarana produksi makin terbatas. Pertumbuhan
luas panen dan produktivitas tersebut menyebabkan produksi padi sawah secara nasional meningkat dari 46,81 juta ton pada tahun 1995 menjadi 51,22 juta ton
pada tahun 2005 atau hanya tumbuh rata-rata 0,91 persen per tahun BPS 2006. Dalam kaitan ini telah dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi ternak sapi
dengan tetap melestarikan sumber daya sawah melalui program peningkatan produktivitas padi terpadu dengan Sistem Integrasi Padi-Ternak SIPT yang
didukung oleh penguatan kelembagaan tani. Pertumbuhan areal dan produktivitas yang rendah terutama terjadi di Pulau
Jawa sebagai sentra produksi padi. Luas areal panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa selama 10 tahun terakhir meningkat dengan laju yang rendah, yaitu
masing-masing 0,45 persen; 0,07 persen; dan 0,52 persen. Pada periode yang sama di luar Pulau Jawa areal panen tumbuh lebih cepat yaitu rata-rata 0,78
persentahun, dan produktivitas tumbuh 0,64 persentahun, sehingga produksi meningkat rata-rata 1,43 persentahun. Namun karena kontribusi luar Jawa dalam
produksi padi sawah hanya sekitar 43 persen, maka pertumbuhan produksi nasional lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan di Pulau Jawa Suwandi 2006.
2.1 Potensi Ternak Sapi sebagai Penghasil Daging