13
2.3 Potensi Limbah Jerami Padi
Pengangkutan jerami keluar petakan setiap selesai panen diperkirakan tanah akan mengalami kehilangan 0,4 C-Organik, 0,03 N-Tanah, 8,15 kg
Pha, 42,9 kg Kha dan 25 kg Siha. Selanjutnya dikatakan pemberian jerami padi sebanyak 5 tonhamusim dapat meningkatkan C-Organik tanah dari 2,4
menjadi 4,0 setelah 4 musim tanah pemberian, disamping meningkatkan ketersediaan unsur K, Mg, Si dan N. Pada SIPT penggunaan jerami padi untuk
pakan ternak akan menghasilkan pupuk organik dari kotoran sapi yang dapat digunakan untuk pemupukan sawah sebagai pengganti jerami yang diambil.
Kebutuhan pupuk organik untuk tanaman padi sekitar 2 tonhamusim Sriadiningsih 1984 dalam Syam dan Sariubang 2004; Sariubang et al. 2004.
Potensi limbah tanaman padi yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Jumlah jerami, sekam dan
dedak secara nasional yang dapat digunakan sebagai pakan ternak masing- masing berjumlah 92 juta ton, 12,3 juta ton dan 4,9 juta ton.
Tabel 1 Perkiraan produksi jerami, dedak dan sekam padi 000 ton No
Jerami Sekam
Dedak 1996
92,560 12,150
4,860 1997
89,128 12,035
4,814 1998
93,840 12,003
4,801 1999
95,704 12,396
4,959 2000
94,344 12,650
5,060 2001
92,000 12,300
4,920
Sumber: Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan 2002 dalam Suwandi 2006
Padi selain menghasilkan produk utama gabah, juga menghasilkan produk samping yaitu jerami yang mempunyai potensi yang cukup besar dalam
menunjang ketersediaan pakan secara nasional dengan jumlah produksi mencapai 48.472.125 ton. Menurut Haryanto 2000 produksi jerami padi dapat mencapai
12 - 15 tonhapanen, bervariasi tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman padi yang digunakan. Jerami padi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pakan
sapi dewasa sebanyak 2-3 ekor pertahun dan pada lokasi yang mampu panen 2
14 kali setahun akan dapat menunjang kebutuhan pakan berserat untuk 4 - 6 ekor.
Disamping itu, dedak padi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai salah satu komponen bahan pakan untuk menyusun ransum ternak. Menurut Diwyanto et al.
2002, dari setiap hektar lahan sawah dapat dihasilkan 8–10 ton limbah jerami padimusim tanam dengan variasi berdasarkan varietas dan lokasi penanaman.
Limbah jerami padi ini dapat digunakan untuk pakan sapi dewasa sebanyak 2 – 3 ekor sepanjang tahun, sehingga pada satu ha sawah dengan waktu panen dua kali
per tahun akan tersedia pakan ternak untuk 4 – 6 ekor ternak sapi Menurut Diwyanto et al. 2001 produksi limbah jerami padi di Indonesia
cukup banyak yaitu hampir 40 juta ton per tahun dan yang digunakan untuk pakan ternak baru sekitar 22, sedang sisanya dibakar untuk dijadikan pupuk atau
dibuang. Produksi jerami padi yang melimpah memungkinkan untuk digunakan sebagai pakan ternak dalam jumlah yang lebih besar. Lebih lanjut dikatakan
komposisi kimia jerami padi meliputi bahan kering 71,2, protein kasar 3,9, lemak kasar 1,8, serat kasar 28,8, BETN 37,1, dan TDN 40,2. Faktor
pembatas adalah nilai gizinya yang rendah yaitu mengandung serat kasar dan silikat dalam jumlah tinggi, sedang daya cerna sangat rendah yang dipengaruhi
adanya ikatan lignin, silikat dan kutin. Manfaat jerami padi masih dapat ditingkatkan melalui proses kimia atau dengan teknologi pengolahan sehingga
dapat meningkatkan efektifitas daya cerna. Dalam upaya memanfaatkan sumberdaya lokal secara optimal, pada
kawasan persawahan dapat dikembangkan usaha pengembangan ternak sapi. Hal ini berkaitan dengan adanya jerami padi yang berlimpah setiap kali musim panen.
Meskipun sebagian jerami padi telah dimanfaatkan sebagai bahan industri kertas, bahan pembuatan pupuk maupun media pertumbuhan jamur, namun sebagian
besar masih belum dimanfaatkan. Untuk memanfaatkan potensi jerami padi tersebut, perlu dikembangkan rencana unit bisnis yang meliputi : a. unit proses
peningkatan kualitas nutrisi jerami padi untuk pakan sapi; b. unit pembuatan pupuk organik untuk menjaga kelestarian kesuburan lahan persawahan; dan c. unit
bisnis lainnya seperti pemeliharaan ikan, itik, dan lain-lain. Sebagai upaya bagi peningkatan sistem pertanian diperlukan teknologi alternatif untuk memperbaiki
15 produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani, antara lain melalui
penerapan teknologi sistem usahatani terintegrasi. Pengembangan sapi potong di areal persawahan diharapkan mempunyai
peluang yang besar, karena di kawasan inilah sumber pakan tersedia cukup melimpah serta kebutuhan kompos sangat besar. Selain gabah, dari pertanaman
padi juga dihasilkan jerami. Sebagai bahan pakan, jerami padi memiliki kandungan gizi yang rendah sehingga perlu adanya penambahan zat dari sumber
pakan lain sebagai pakan penguat. Dengan teknologi fermentasi yang sederhana, mudah dan murah petani dapat memanfaatkan jerami sebagai pakan ternak yang
dapat diandalkan. Hasil pengkajian BPTP Jawa Barat 2001, produksi jerami dapat mencapai 6-8 tonhapanen, bergantung pada lokasi, varietas dan cara
tanam. Perkiraan konsumsi jerami sapi dewasa adalah 30 kgekorhari, maka daya dukung untuk satu hektar lahan sawah adalah 2-3 ekor6 bulan untuk satu musim
panen. Dengan demikian pada lokasi dengan pola tanam 2 kali padi setahun, jerami yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pakan untuk 4-6 ekor sapi.
Disamping jerami, dari usahatani padi juga dihasilkan dedak yang potensial digunakan sebagai salah satu komponen pakan penguatkonsentrat untuk ternak.
Pola pemeliharaan sapi dengan pakan utama jerami fermentasi diperoleh pertambahan berat badan antara 0,8-1,0 kgekorhari atau 240-300 kgekortahun.
Apabila dalam kawasan 100 ha sawah dipelihara 200 ekor sapi, maka akan diperoleh tambahan berat badan sapi sebesar 48-60 ton BPTP Jawa Barat 2002.
2.4 Sistem Integrasi Usahatani Pola SIPT