Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya Integrasi padi-sapi potong pada sistem usahatani di lahan sawah: studi kasus di Kabupaten Cianjur.

20 Pengalokasian sumberdaya yang efisien, pemanfaatan keunggulan komparatif dan pola tanam akan menghasilkan hubungan yang sinergistik antara cabang usahatani. Disamping itu, pola sistem usahatani terintegrasi ini mempunyai beberapa keuntungan baik dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Aspek lingkungan yaitu adanya upaya dalam hal pemanfaatan limbah, efisiensi lahan dan minimalisasi limbah

2.5 Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya

Beberapa hasil penelitian usahatani pola SIPT yang telah dilakukan masih terbatas melakukan analisis kelayakan secara finansial. Pertama kali penelitian pola SIPT dilakukan di Batumarta, Sumatera Selatan tahun 1985 dimana penerapan model tanaman-ternak selama tiga tahun meningkatkan pendapatan petani sebesar US1.500kepala keluargatahun, setiap kepala keluarga memiliki lahan 2 hektar tanaman pangan dan satu ekor sapi Diwyanto et al. 2002. Kontribusi hasil ternak terhadap total pendapatan masih rendah yaitu 10 sedang dari tanaman pangan 71,7 dan sisanya berasal - Usaha ternak pada lahan kering mampu meningkatkan pendapatan dari pendapatan lainnya, dibandingkan dengan pola konvensional maka usahatani pola SIPT mampu meningkatkan pendapatan bersih petani sebesar 36 Devendra et al. 1997. Menurut Rohaeni et al. 2004 pola integrasi padi-sapi potong dengan hasil pendapatan usahatani padi lahan irigasi di kabupaten Banyumas, Purworejo, Pati, Boyolali dan Grobogan pertahun rata-rata Rp. 2,455 jutaha dan pendapatan dari usahatani sapi dengan pola introduksi sebesar Rp.1,183 juta per periode sehingga penerapan pola SIPT mampu memberikan tambahan pendapatan petani. Hasil penelitian di Philipina menunjukkan bahwa dengan menerapkan pola SIPT, maka usaha dari temak sapi mampu memberikan kontribusi lebih dari 50 terhadap pendapatan usahatani dan lebih dari 20 terhadap pendapatan keluarga. Pola SIPT di lahan irigasi di Mindanao meningkatkan pendapatan per tahun dad US 570hektar menjadi US 767hektar Devendra et al. 1997 dalam Suwandi 2006. Hasil penelitian di Pulau Luzon, usahatani pola SIPT pada lahan kering dengan pemberian pakan penguat konsentrat untuk ternak sapi mampu meningkatkan pendapatan petani dari US 935ha menjadi US 1.232ha. 21 usahatani dari US 518 tahun 1983 menjadi US 715 tahun 1986 di Ban Donpondaeng Thailand usahatani pola SIPT dengan kepemilikan rata-rata 4,8 ekor sapi menunjukkan hasil pada tahun kedua mampu meningkatkan pendapatan petani sebesar 18.151 bahtkepala keluarga dari 12.728 bahtkepala keluarga dan kepemilikan rata-rata 7,5 ekor sapi pada tahun kedua mampu meningkatkan pendapatan 39.982 bahtkepala keluarga dari 24.972 bahtkepala keluarga, dimana US1= 26.5 Bath Devendra et al. 1997 Berdasarkan analisis biaya dan pendapatan dari integrasi usaha sapi dan padi mampu meningkatkan pendapatan petani hingga 100 apabila dibandingkan dengan pola tanam padi tanpa ternak, sekitar 40 dari hasil tersebut berasal dari pupuk organik yang diperoleh dari ternak sapi Diwyanto dan Hariyanto 2002. Demikian halnya dengan penelitian-penelitian lainnya di berbagai tempat dan agroekosistim menunjukkan bahwa pada umumnya integrasi ternak dan tanaman, baik itu tanaman pangan, tanaman perkebunan maupun tanaman industri memberikan nilai tambah yang cukup tinggi Diwyanto et al. 2001; Diwyanto dan Handiwirawan 2004; Utomo et al. 2007 melaporkan bahwa selain pendapatan meningkat hingga 119, dan juga produktivitas lahan meningkat. Kegiatan pola SIPT yang didukung oleh penguatan kelembagaan tani secara nyata dapat meningkatkan hasil padi dan efisiensi usahatani. Hasil padi rata-rata meningkat 13,7-28,8 dengan tambahan keuntungan Rp940.000ha Priyanti et al . 2001; Setiani et al. 2000. Model usaha penggemukan sapi dengan memelihara 32 ekor memberikan keuntungan Rp 17.785.1004 bulan atau Rp 556.000ekor, di samping petani memperoleh pukan 17.664 ton Prasetyo et al. 2000. Menurut Haryanto et al. 2002, ada peningkatan pendapatan hingga 100 dan 40 berasal dari hasil pupuk organik. Keuntungan dengan penerapan keterpaduan ternak dan tanaman terdapat peningkatan kesejahteraan petani yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan. Dengan penerapan teknologi ini diperoleh pendapatan Rp 11.000ekorhari. Secara ekonomis petani dapat melakukan efisiensi usaha, sehingga pendapatan semakin meningkat yang pada gilirannya akan tercipta kemandirian petani dalam berusaha yang diwujudkan dengan mengurangi seminimal mungkin ketergantungan sarana produksi dari luar LEISA. Pada dasarnya sistem integrasi ini “resource driven” dengan tujuan daur 22 ulang optimal sumberdaya nutrisi lokal yang tersedia. Untuk keberhasilan penerapan keterpaduan ini perlu didukung oleh adanya ketersediaan sumberdaya yang memadai lahan, bahan baku, teknologi, dan SDM, adanya pasar lokaldomestik yang kuat, sesuai dengan aspirasi masyarakat dan kemauan politik pemerintah. Keberhasilan yang dapat dicapai dengan penerapan keterpaduan ini sifatnya sangat kondisional karena tingkat kesuburan tanah dan kepadatan sangat bervariasi, tingkat sosio-ekonomi masyarakat yang sangat beragam, disamping adanya keterbatasan informasi, infra struktur dan saranaprasarana pendukung.

2.6 Analisis Leverage