Kebaruan Novelty Integrasi padi-sapi potong pada sistem usahatani di lahan sawah: studi kasus di Kabupaten Cianjur.

8 juta ha pada tahun 1995 menjadi 10,71 juta ha pada tahun 2005, atau naik rata-rata 0,61 persentahun. Di samping itu, produktivitas juga meningkat dari 4,64 tonha pada tahun 1995 menjadi 4,78 tonha pada tahun 2005, atau tumbuh rata-rata 0,29 persentahun. Pertumbuhan produktivitas yang rendah mencerminkan bahwa penerapan teknologi di tingkat petani sudah mendekati kejenuhan, terutama di Jawa. Terlebih lagi dengan sarana produksi yang makin mahal mengakibatkan kemampuan petani untuk membeli sarana produksi makin terbatas. Pertumbuhan luas panen dan produktivitas tersebut menyebabkan produksi padi sawah secara nasional meningkat dari 46,81 juta ton pada tahun 1995 menjadi 51,22 juta ton pada tahun 2005 atau hanya tumbuh rata-rata 0,91 persen per tahun BPS 2006. Dalam kaitan ini telah dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi ternak sapi dengan tetap melestarikan sumber daya sawah melalui program peningkatan produktivitas padi terpadu dengan Sistem Integrasi Padi-Ternak SIPT yang didukung oleh penguatan kelembagaan tani. Pertumbuhan areal dan produktivitas yang rendah terutama terjadi di Pulau Jawa sebagai sentra produksi padi. Luas areal panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa selama 10 tahun terakhir meningkat dengan laju yang rendah, yaitu masing-masing 0,45 persen; 0,07 persen; dan 0,52 persen. Pada periode yang sama di luar Pulau Jawa areal panen tumbuh lebih cepat yaitu rata-rata 0,78 persentahun, dan produktivitas tumbuh 0,64 persentahun, sehingga produksi meningkat rata-rata 1,43 persentahun. Namun karena kontribusi luar Jawa dalam produksi padi sawah hanya sekitar 43 persen, maka pertumbuhan produksi nasional lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan di Pulau Jawa Suwandi 2006.

2.1 Potensi Ternak Sapi sebagai Penghasil Daging

Dalam aspek pengentasan kemiskinan, subsektor peternakan berperan sangat penting. Berdasarkan data dari Proyek Inpres Desa Tertinggal IDT, komoditas yang dipilih sebagian besar 60-70 adalah ternak. Begitu pula dalam Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi P4MI, semua lokasi kegiatan menghendaki adanya sistem usaha pertanian yang melibatkan ternak sebagai basis dalam sistem usaha pertaniannya Kusnadi et al. 2005b. 9 Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi P4MI telah mampu meningkatkan fungsi dan peran ternak secara signifikan dalam penyediaan pupuk, pemanfaatan sisalimbah pertanian, dan sumber pendapatan. Di Lombok Timur, produktivitas dan reproduktivitas ternak cukup tinggi dibandingkan rata-rata yang ada di NTB Kusnadi et al. 2005. Sistem integrasi tanaman-ternak di lahan marginal, khususnya di NTB dan NTT, kini berkembang hampir di setiap kabupaten lokasi kegiatan P4MI. Lompatan populasi sapi lokal merupakan jawaban pemenuhan kebutuhan daging nasional yang berasal dari produksi dalam negeri. Peningkatan populasi secara rutinregular akan dirasa sulit untuk memenuhi kecukupan daging pada tahun 2014, karena peningkatan populasi hanya berkisar antara 2-3 per tahun pada tahun 2009. Peningkatan ini lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 5.5. Populasi sapi 2009 sekitar 12.6 Blue Print PSDS 2010, yang terdiri atas 68.,6 sapi lokal dan 31,84 sapi simental, limousin dan brahman cross. Gambar 2. Populasi sapi potong di Indonesia Statistik Peternakan, 2010 Daging sapi yang bersifat demand driven tersebut, masih bermasalah dalam pemenuhannya. Kesenjangan antara kebutuhan konsumsi dengan produksi daging sapi lokal terjadi tiap tahun, yang diduga karena adanya peningkatan jumlah masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas. Peningkatan jumlah tersebut tercermin dari peningkatan konsumsi daging sapi dari sebesar 1,95 kg per kapita pada tahun 2007 menjadi 2 kg per kapita pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 2,24 kg per kapita pada tahun 2009. Peningkatan konsumsi ini berdampak pada meningkatnya kebutuhan daging sapi dan jeroan dari 455.755 ton 10 pada tahun 2008 menjadi 516.603 ton pada tahun 2009 BPS dan Statistik Peternakan, 2009. Kebutuhan daging tersebut setara dengan jumlah sapi sebanyak 2,432 juta ekor sapi pada tahun 2008 dan 2,746 juta ekor sapi pada tahun 2009 Australian Statistic Bereau, 2009. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka impor daging sapi dan jeroan juga meningkat menjadi sebesar 110.246 ton serta untuk sapi bakalan sebanyak 768.133 ekor pada tahun 2009. Hal ini karena sapi lokal hanya dapat mensuplai kebutuhan daging sebesar 49 dari kebutuhan daging nasional pada tahun 2009 BPS dan Statistik Peternakan, 2009. Kementerian Pertanian mengeksekusi program “Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi P2SDS” untuk mengurangi ketergantungan pada impor sapi potong dengan target pemenuhan kebutuhan daging pada 2010 secara domestik sebesar 90. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain dengan mendistribusikan bibit sapi potong ke berbagai propinsi potensial untuk dikembangkan secara intensif. Idealnya peningkatan populasi sapi setidaknya mencapai 7 per tahun atau 15 juta ekor pada tahun 2008, namun populasi sapi pada tahun 2008 hanya dapat mencapai 11,9 juta ekor Dirjen Peternakan 2009. Diperlukan langkah-langkah pengembangan produksi peternakan diantaranya dengan usahatani sistem integrasi sapi–tanaman, khususnya dengan tanaman pangan. Hal ini didukung oleh data dari Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian 2009 bahwa potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan pertanian di Indonesia sangat besar yaitu 100,7 juta ha yang limbahnya dapat mencukupi biomassa pakan sapi sepanjang tahun 1-3 ekor sapiha. Bila tidak dimanfaatkan, limbah pertanian akan menjadi masalah dan kendala dalam agribisnis, karena pada saat panen terbuang dan menjadi pencemar. Usaha pembesaran dan penggemukan mungkin lebih menarik bagi investor, dan saat ini peternak kecilpun sudah mulai untuk mengembangkan usaha ini Diwyanto dan Priyanto 2008. Pembesaran dapat dilakukan secara ekstensif, yaitu dengan cara menggembalakan sapi di padang pangonan, atau tempat lain yang memungkinkan ternak merumput grazing dengan bebas. Pada periode ini sapi lebih banyak bertumbuh kembang pertulangan atau ukurannya. Namun dengan menyusutnya areal padang pangonan menyebabkan usaha pembesaran secara ekstensif menghadapi tantangan yang besar.