Analisis Status Keberlanjutan dan Analisis Prospektif

23 5. Tingginya nilai S-stress yang diperoleh dari alogaritma ALSCAL Kavanagh 2004; Fauzi dan Anna 2005. Apabila perbedaan selisih antara hasil penghitungan MDS dengan hasil penghitungan Monte Carlo tidak lebih dari satu maka sistem yang dikaji sesuai dengan kondisi nyata. Keberhasilan pengembangan kelembagaan akan bergantung pada kapasitas pelaksanaannya dan kelembagaan yang sudah terbentuk existing condition. Pendekatan pengembangan kelembagaan dapat dilakukan secara individual dengan introduksi pengetahuan, kesadaran dan perilaku, maupun melalui pengorganisasian dengan fokus pada aspek peran, struktur dan prosedur. Dalam usahatani pola SIPT terdapat beberapa jenis kegiatan yang akan lebih efisien apabila dilaksanakan secara berkelompok seperti kegiatan pengandangan ternak, pengelolaan kompos dan lainnya Fagi et al. 2004.

2.8 Analisis Status Keberlanjutan dan Analisis Prospektif

Konsep pembangunan berkelanjutan bersifat multi disiplin karena banyak dimensi pembangunan yang harus dipertimbangkan, antara lain dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, hukum dan kelembagaan. Walaupun banyak pendapat ahli memberikan persyaratan pembangunan berkelanjutan dengan aspek-aspek yang hampir sama tetapi dengan cara dan pendekatan yang berbeda Di bidang pertanian menurut Suryana et al. 1998 dalam Iswari 2008, konsep berkelanjutan mengandung pengertian, bahwa pengembangan produk pertanian harus tetap memelihara kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjaga keberlanjutan pertanian dalam jangka panjang lintas generasi. Pembangunan pertanian juga harus mengindahkan aspek kelestarian lingkungan sehingga pemilihan teknologi dan pengelolaannya tidak hanya didasarkan pada keuntungan sesaat jangka pendek. Pembangunan pertanian berkelanjutan pada dasarnya menekankan pada penggunaan input luar low external input. Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam suatu kegiatan pembangunan menjadi lebih komprehensif untuk menilai statustingkat keberlanjutan. Usahatani pola SIPT dapat dikatakan berkelanjutan jika memenuhi kriteria dari masing-masing dimensi dari konsep pembangunan berkelanjutan yaitu dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya. 24 Suatu usahatani pola SIPT disebut memenuhi syarat berkelanjutan dilihat dari dimensi ekologi jika usahatani pola SIPT dapat meminimalisir penggunaan. input kimia dari luar, memanfaatkan sumberdaya yang ada dengan mengolah limbah temak menjadi kompos dan mengolah limbah jerami menjadi pakan ternak. Dengan demikian, atribut yang dapat digunakan untuk mencerminkan keberlanjutan dimensi ini adalah tingkat pemanfaatan limbah peternakan untuk pupuk organik dan limbah pertanian untuk pakan ternak, instalasi pengelolaan limbah di rumah potong hewan dan lain-lain. Usahatani pola SIPT dikatakan memenuhi dimensi ekonomi dalam konsep pembangunan berkelanjutan bila mampu menghasilkan produksi secara berkesinambungan, meningkatkan pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya berbagai kegiatan usaha pendukung. Hal tersebut memperlihatkan bahwa atribut ekonomi dapat mencerminkan keberlanjutan dari dimensi ini adalah kelayakan usaha dari aspek finansial dan ekonomi, tingkat penerimaan petani, kontribusi terhadap pendapatan asli daerah, dan lain-lain. Usahatani pola SIPT dikatakan memenuhi dimensi sosial-budaya, bila pola tersebut dapat mendukung pemenuhan kebutuhan dasar pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan, pemerataan pendapatan, terbukanya kesempatan berusaha secara adil, serta terdapat akuntabilitas serta partisipasi masyarakat. Dengan demikian atribut sosial-budaya yang dapat mencerminkan keberlanjutan dari dimensi ini adalah pemahaman masyarakat yang tinggi terhadap lingkungan, bekerja dalam kelompok, penyuluhan dan pelatihan dan lain-lain. Karena kondisi yang demikian akan mampu mendorong ke arah keadilan sosial dan mencegah terjadinya konflik kepentingan. Uraian sebelumnya, semakin jelas bahwa tujuan pembangunan pertanian berkelanjutan usahatani pola SIPT bersifat multidimensi yaitu mewujudkan kelestarian baik secara ekologis, ekonomi, dan sosial-budaya. Implikasinya memang menjadi kompleks jika dibandingkan dengan usahatani pola monokultur yang hanya mengejar produksi pertanian. Manfaat yang dapat diperoleh dari pertanian terintegrasi ini antara lain: meningkatkan produktivitas gabah dan daging, meningkatkan populasi ternak sapi potong, meningkatkan pendapatan petani dan pendapatan daerah, meningkatkan produktivitas dan kelestarian lahan, 25 meningkatkan lapangan kerja baru dengan mengolah kompos, meningkatkan keharmonisan kehidupan sosial dan menyehatkan lingkungan. 26 III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2007 sampai dengan bulan September 2008 di kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di Kabupaten Cianjur telah tumbuh kegiatan usahatani pola sistem integrasi padi sawah dengan sapi potong. Padi dan sapi merupakan komoditi unggulan daerah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap dinamika ekonomi daerah, produktivitas usahatani yang cenderung menurun dan penerapan teknologi yang secara umum masih relatif rendah sehingga mempunyai peluang untuk ditingkatkan, ketersediaan sumber pakan ternak dan tenaga kerja yang cukup untuk pengembangan padi dan sapi, serta dukungan Pemerintah Daerah dalam pengembangan pertanian pola SIPT sebagai transisi menuju pertanian organik Dinas Peternakan Cianjur 2010.

3.2 Metode Penelitian