Penentuan Sampel Penelitian Integrasi padi-sapi potong pada sistem usahatani di lahan sawah: studi kasus di Kabupaten Cianjur.

33 Secara teoritis, keputusan mengadopsi teknologi baru layak dilakukan jika MBCR 1. Artinya, tambahan penerimaan yang diperoleh dari penerapan teknologi baru harus lebih besar daripada tambahan biaya Malian 2004. Pertambahan bobot hidup digunakan rumus Sudaryanto dan Ilham 2001; Sariubang dan Pasambe 2005; Ruswendi et al. 2006 ADG = W2 – W1, dimana : t 2 – t ADG = Average Daily Gain 1 W 2 W = Bobot hidup akhir; 1 t = Bobot hidup awal; 2 t = Waktu penimbangan akhir; 1 = waktu penimbangan awal

3.5.2 Analisis Status Keberlanjutan SIPT

Tahapan kedua dari penelitian ini adalah menganalisis keberlanjutan usahatani melalui identifikasi faktor-faktor keberlanjutan SIPT yang mencakup 4 dimensi keberlanjutan ialah ekologi, sosial-budaya, ekonomi, dan teknologi. Pemilihan dimensi keberlanjutan ini berdasarkan pengembangan dari tiga dimensi pembangunan keberlanjutan Munashinghe 1994, yaitu dimensi ekologi, sosial dan ekonomi. Dimensi teknologi merupakan pengembangan dari dimensi ekologi, sosial dan ekonomi yang dimunculkan menjadi dimensi tersendiri. Hal tersebut karena dalam pengembangan SIPT faktor teknologi merupakan hal yang penting, sehingga dengan dimunculkannya faktor tersebut menjadi dimensi tersendiri maka permasalahan-permasalahan, pembahasan dan pemecahannya dapat dibahas secara lebih terfokus. Analisis ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahapan penentuan atribut pengelolaan usahatani pola SIPT yang mencakup dimensi ekonomi, ekologi, sosial-budaya, dan teknologi. Selanjutnya tahapan penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi, analisis ordinasi Rap-SIPT yang berbasis metode ”multidimensional scaling” MDS, penyusunan indeks dan status keberlanjutan SIPT yang dikaji baik secara umum maupun pada setiap dimensi. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, hasil analisis ataupun data sekunder yang tersedia, setiap atribut diberikan skor atau peringkat yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi pembangunan yang bersangkutan. Skor 34 ini menunjukkan nilai yang ”buruk” di satu ujung dan nilai ”baik” di ujung yang lain. Nilai buruk mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi usahatani pola SIPT. Sebaiknya nilai baik mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan. Diantara dua ekstrem nilai ini terdapat satu atau lebih nilai antara, tergantung dari jumlah peringkat pada setiap atribut Jumlah peringkat pada setiap atribut akan ditentukan oleh tersedia tidaknya literatur yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah peringkat. Sebagai contoh untuk menentukan tingkat pemanfataan limbah ternak sapi potong masih belum jelas kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan, oleh karena itu akan ditentukan berdasarkan scientific judgement dari pembuat skor. Dalam penelitian dibuat empat peringkat yaitu tidak dimanfaatkan, sedikit dimanfaatkan, sebagian besar dimanfaatkan, dan seluruhnya dimanfaatkan. Atribut agroklimat hanya terdiri atas tiga peringkat sesuai dengan type iklim yang ada di Indonesia, yaitu : ”agroklimat kering” ”agroklimat sedang” dan ”agroklimat basah”. Pada dimensi ekonomi, misalnya atribut kelayakan finansial terdiri dari tiga atribut yaitu ”layak” ”break even point”; dan ”tidak layak”. Berdasarkan hasil analisis finansial kegiatan usahatani pola SIPT layak untuk dilakukan. Nilai skor dari masing-masing atribut selanjutnya dianalisis secara multi dimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan SIPT yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik good dan titik buruk bad. Pada Tabel 4, disajikan atribut-atribut dan skor yang akan digunakan untuk menilai keberlanjutan SIPT pada setiap dimensi. Ilustrasi hasil ordinasi yang menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dari sistem yang dikaji pada Gambar 10. 0 75 100 Gambar 10 Ilustrasi indeks keberlanjutan SIPT di Kabupaten Cianjur Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis akan mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut, misalnya dimensi ekologi. Jika analisis setiap dimensi telah dilakukan maka analisis