Analisis Usahatani Metode Pengolahan Data

34 ini menunjukkan nilai yang ”buruk” di satu ujung dan nilai ”baik” di ujung yang lain. Nilai buruk mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi usahatani pola SIPT. Sebaiknya nilai baik mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan. Diantara dua ekstrem nilai ini terdapat satu atau lebih nilai antara, tergantung dari jumlah peringkat pada setiap atribut Jumlah peringkat pada setiap atribut akan ditentukan oleh tersedia tidaknya literatur yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah peringkat. Sebagai contoh untuk menentukan tingkat pemanfataan limbah ternak sapi potong masih belum jelas kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan, oleh karena itu akan ditentukan berdasarkan scientific judgement dari pembuat skor. Dalam penelitian dibuat empat peringkat yaitu tidak dimanfaatkan, sedikit dimanfaatkan, sebagian besar dimanfaatkan, dan seluruhnya dimanfaatkan. Atribut agroklimat hanya terdiri atas tiga peringkat sesuai dengan type iklim yang ada di Indonesia, yaitu : ”agroklimat kering” ”agroklimat sedang” dan ”agroklimat basah”. Pada dimensi ekonomi, misalnya atribut kelayakan finansial terdiri dari tiga atribut yaitu ”layak” ”break even point”; dan ”tidak layak”. Berdasarkan hasil analisis finansial kegiatan usahatani pola SIPT layak untuk dilakukan. Nilai skor dari masing-masing atribut selanjutnya dianalisis secara multi dimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan SIPT yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik good dan titik buruk bad. Pada Tabel 4, disajikan atribut-atribut dan skor yang akan digunakan untuk menilai keberlanjutan SIPT pada setiap dimensi. Ilustrasi hasil ordinasi yang menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dari sistem yang dikaji pada Gambar 10. 0 75 100 Gambar 10 Ilustrasi indeks keberlanjutan SIPT di Kabupaten Cianjur Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis akan mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut, misalnya dimensi ekologi. Jika analisis setiap dimensi telah dilakukan maka analisis 35 perbandingan keberlanjutan antar dimensi dapat dilakukan dan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram disajikan pada Gambar 11. Gambar 11 Ilustrasi indeks keberlanjutan setiap dimensi usaha tani pola SIPT Skala indeks keberlanjutan usaha tani pola SIPT mempunyai selang 0 sampai dengan 100 . Jika usahatani pola SIPT yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 50 50 , maka usahatani pola SIPT tersebut sustainable, dan sebaliknya jika kurang dari 50 50 , maka SIPT belum sustainable, Penulis mencoba membuat empat kategori status keberlanjutan berdasarkan skala dasar tersebut,, disajikan pada Tabel 7. Indeks keberlanjutan SIPT akan disebut sebagai lkB-SIPT, yang merupakan singkatan dari Indeks Keberlanjutan SIPT. Tabel 7 Kategori status keberlanjutan SIPT berdasarkan nilai indeks hasil analisis RAP-SIPT Nilai Indeks Kategori 0 - 25 Sangat Buruk 26 - 50 Buruk 51 - 75 Cukup 76 - 100 Sangat Baik Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap IkB-SIPT. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan ”root mean square” RMS ordinasi, khususnya pada sumbu-x atau skala sustainable. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu maka semakin besar pula peranan