Karakteristik Petani Responden Integrasi padi-sapi potong pada sistem usahatani di lahan sawah: studi kasus di Kabupaten Cianjur.

52 Tabel 16 Sebaran responden berdasarkan kelompok umur No Kelompok Umur Jumlah orang Persentase 1 20 - 30 8 6.67 2 31 - 40 25 20.83 3 41- 50 69 57.50 4 51- 60 13 10.83 5 61 5 4.17 Jumlah 120 100 Tingkat Pendidikan Penerapan cara berusahatani tidak terlepas dari pengetahuan petani responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi pula produktivitasnya karena semakin cepat dalam penerimaan teknologi baru dan lebih berani mengambil resiko dalam usahataninya. Tingkat pendidikan dan pengetahuan petani sangat berperan dalam rangka kemajuan berusahatani. Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah orang Persentase 1 Tidak sekolah 5 4,17 2 SD 67 72,50 3 SLTP 20 16,67 4 SLTA 8 6,67 Jumlah 120 100 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden hanya tamatan SD sebesar 72,50 87 orang, diikuti SLTP 16,67 20 orang, dan 6,67 8 orang mencapai SLTA. Petani responden pernah mengikuti pendidikan formal, namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh petani masih rendah, bahkan responden tidak pernah menempuh pendidikan formal sama sekali sebesar 4,17 persen 5 orang, seperti disajikan di Tabel 17. Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga dapat merupakan penunjang usahatani yang sedang dilaksanakan, akan tetapi di sisi lain dapat juga menjadi beban keluarga yang 53 hanya mengandalkan hasil usahatani yang tidak ditunjang tenaga kerja produktif. Jumlah anggota keluarga rata-rata 5,04 jiwa 5 orang per kepala keluarga dengan variasi 1 – 8 orang.. Anggota keluarga merupakan modal tenaga kerja dalam keluarga, namun ketersediaannya belum mencukupi sehingga pada kegiatan- kegiatan tertentu diperlukan tambahan tenaga kerja dari luar keluarga, seperti disajikan pada Gambar 17, terdapat 88 orang 73,33 responden memiliki tanggungan keluarga sebanyak 4–6 orang dengan rata-rata tanggungan keluarga pada petani responden adalah 5 orang. Responden memiliki tanggungan keluarga sebanyak 1–3 orang sebanyak 20 orang 16,67 dan responden memiliki tanggungan keluarga lebih dari 6 orang sebanyak 12 orang 10 Gambar 17 Prosentase jumlah tanggungan keluarga Tanggungan keluarga petani terutama yang usia produktif merupakan potensi atau sumber tenaga kerja keluarga dalam membantu usahatani. Disamping itu dengan memiliki jumlah tanggungan keluarga di atas 3 orang akan semakin menuntut petani untuk bekerja keras meningkatkan pendapatannya. Artinya mata pencaharian dari usahatani yang dilakukan akan lebih ditingkatkan dengan harapan produksinya meningkat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. 54 Pengalaman Usahatani Pengalaman berusahatani dihitung sejak petani pertama kali terjun ke dalam usahatani padi sawah, rata-rata responden di wilayah penelitian telah berusaha tani cukup lama yaitu 27.84 tahun dengan kisaran 5 – 45 tahun. Gambar 18 Prosentase pengalaman usahatani responden Sebagian besar responden yang mempunyai pengalaman berusaha tani kurang dari 10 tahun ada 5 orang 4,17, pengalaman berusaha tani antara 11-20 tahun ada 15 orang 12,50, pengalaman berusaha tani antara 21-30 tahun ada 51 orang 42,50, pengalaman berusaha tani antara 21-25 tahun ada 59 orang 49.17 dan pengalaman berusaha tani lebih dari 40 tahun ada 2 orang 1.67. Distribusi petani berdasarkan pengalaman dalam berusahatani pada Gambar 18. Pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung keberhasilan usahatani. Pengalaman yang tinggi khususnya dalam usahatani padi sawah apabila ada introduksi teknologi maka petani akan lebih mudah menerapkan teknologi tersebut sehingga produksi yang dihasilkan akan lebih tinggi lagi. Secara umum, pengalaman usahatani diduga akan berpengaruh terhadap keterampilan dan produksi yang dihasilkan. 55 Pekerjaan Responden Tabel 19 menyatakan karakteristik rumah tangga petani bahwa usahatani padi sawah merupakan pekerjaan utama bagi 92 persen responden, dan sisanya 8 persen responden lainnya mempunyai pekerjaan non pertanian sebagai pedagang dan pensiunan. Hal ini menunjukkan pentingnya sektor pertanian sebagai lapangan kerja di luar sektor industri dan jasa. Gambar 19. Prosentase pekerjaan pokok responden Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan status usahatani Status Usaha SIPT Reguler Total Utama Padi 74 62 36 30 110 92 Sampingan 6 5 4 3 10 8 Jumlah 80 40 120 Sebagian besar pekerjaan pokok responden bermata pencaharian di bidang pertanian 110 orang 91.67, beternak 5 orang 4.17 dan non pertanian 5 orang 4.17 yang terdiri atas pensiunan 3 orang 2.5, dan pedagang 2 orang 1.67. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk berkaitan erat dengan potensi lahan pertanian dan sangat 56 menggantungkan pada produktivitas lahan pertanian. Prosentase pekerjaan pokok petani responden disajikan di Gambar 19. Luas Areal Usahatani Proporsi pekerjaan tambahan terhadap pekerjaan pokok dalam menyumbang penghasilan keluarga berkisar sebesar 30 - 70 yang tiada lain adalah usaha beternak sapi potong. Responden yang menjadikan usaha beternak sebagai pekerjaan pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga masih sangat kecil persentasenya 5. Bagi petani, usaha beternak merupakan sumber penghasilan tambahan untuk tabungan keluarga. Dengan demikian, beternak sapi potong tidak sekaligus memberikan pendapatan yang meningkat pada total penghasilan keluarga per bulan secara proporsional, meskipun secara nominal meningkat nyata jumlahnya. Prosentase luas lahan usahatani petani responden disajikan di Gambar 20. Gambar 20 Prosentase luas lahan Luas lahan yang dikelola petani responden di lokasi penelitian adalah 0,21 – 1,25 ha, dengan rata-rata 0,32 ha. Rataan luas pemilikan lahan Tabel 4 petani sempit, yaitu 0,32 ha sehingga diasumsikan bahwa responden dengan lahan tersebut tidak akan bisa mencukupi tanggungan rumah tangga per keluarga dengan rata-rata tanggungan 5,04 jiwa bila diusahakan usahatani secara parsial. 57 Status Kepemilikan Lahan Sebagian studi yang dilakukan selama ini sering tidak mengkaji lebih dalam mengenai status kepemilikan atau penguasaan lahan pertanian. Isu penting pembangunan pertanian saat ini adalah menciutnya lahan pertanian akibat tekanan pembangunan sektor lain yang membutuhkan lahan. Jika dilihat dari banyaknya responder yang mengelola lahan milik sendiri 92 orang 77, lahan milik sendiri sekaligus menyewa lahan 8 orang 7, bagi hasil atau menyakap 12 orang 10 dan gadai 8 orang 7. Bila ditelusuri lebih jauh, luas lahan sewa tersebut berkisar 0,30 - 0,40 hektar dan tidak ada yang menyewa lahan ≤ 0,3 hektar, yang berarti petani melakukan efisiensi produksi dengan tidak menyewa lahan yang kurang dari 0,3 hektar. Prosentase status kepemilikan lahan petani responden disajikan di Gambar 21 Gambar 21 Prosentase status kepemilikan lahan

4.3. Keragaan Usaha Penggemukan Sapi Potong

Jenis ternak yang telah dikembangkan di Kabupaten Cianjur yaitu sapi potong, sapi perah kerbau, domba dan lainnya, disajikan pada Tabel 19. Jumlah populasi ternak cenderung yang meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir secara nasional populasi sapi potong mengalami peningkatan dari 10,532.889 ekor pada tahun 2006 menjadi 11,869.000 ekor 58 pada tahun 2010. Hal serupa juga terjadi pada tingkat provinsi Jawa Barat dengan populasi sapi potong mengalami peningkatan dari 236.948 ekor pada tahun 2006 menjadi 327.750 ekor di tahun 2010. Tabel 19 Jumlah populasi ternak berdasarkan komoditas 2006-2010 Jenis Usaha Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Sapi Potong 22.272 23.721 24.415 27.040 27,263 Sapi Perah 1.867 1.905 2.249 2.864 3,652 Kerbau 13.807 14.107 13.824 12.816 10,286 Domba 258.603 264.530 236.914 277.308 354,459 Kambing 86.262 87.690 89.221 96.113 101,345 Ayam Ras Petelur 1.076.250 1.108.537 1.140.718 1.180.831 1,238,997 Ayam Ras Pedaging 2.855.567 2.941.234 3.014.764 3.112.437 5,565,825 Sumber : Dinas Peternakan Cianjur 2010 Gambar 22 Grafik jumlah populasi sapi potong nasional pada tahun 2006 - 2010. Sumber: Diolah dari Statistik Dinas Peternakan 2010 Tabel 20 Jumlah populasi sapi potong di wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dan nasional pada tahun 2006– 2010 No Wilayah Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 1 Cianjur 22.272 23.721 24.415 27.040 27.263 2 Jabar 234.948 254.243 272.264 295.554 327.750 3 Nasional 10.569.312 10.875.125 1 1.514.871 11.719.000 11.869.000 Sumber: Dinas Peternakan 2009 dan Disperta Cianjur 2010 59 Demikian juga di Kabupaten Cianjur, populasi sapi potong dari 22.272 ekor pada tahun 2006 meningkat menjadi 27.263 ekor pada tahun 2010 meskipun dengan laju yang rendah, disajikan pada Tabel 20 dan Gambar 22 dan Gambar 23 Statistik Peternakan 2010; Dinas Peternakan Cianjur 2010. Gambar 23 Grafik jumlah populasi sapi potong di wilayah Kabupaten Cianjur dan provinsi Jawa Barat, 2006 - 2010. Sumber: Diolah dari Statistik Peternakan 2010 dan Disperta Cianjur 2010 Sistem pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh petani dalam beternak lebih dari 60 bersifat tradisional. Ternak dilepas pada siang hari, dan sore harinya dimasukkan ke kandang. Akibatnya produktivitas ternak rendah, kotoran sapi tercecer dimana-mana dan mengganggu kebersihan dan keindahan lingkungan dan tidak dapat diolah menjadi pupuk organik. Oleh karena itu perlu diubah menjadi cara pemeliharaan yang dikandangkan semi intensif atau bahkan secara intensif. Jenis pakan ternak sapi potong yang dipelihara adalah rumput alamlebih dari 80 dan sisanya 20 yang disabitkan. Keadaan ini menjadi kendala yang serius untuk pengembangan sapi di kabupaten Cianjur jika hanya mengandalkan pakan dari rumput alam. Menurut Dinas Peternakan Cianjur 2009, potensi hijauan pakan ternak yang berasal dari limbah pertanian sangat tinggi. Potensi pakan ternak tersebut sebagaimana disajikan pada Tabel 21, dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi untuk pengembangan populasi sapi potong sebanyak 90.897 ekor sapi potong. Jumlah pakan 542.653 tontahun diperoleh dari