Pesan Komunikasi Antarpribadi yang Diberikan Pengajar kepada Santri

yang awalnya hanya ikut-ikutan atau terbawa arus niatnya akan terpicu oleh kondisi lingkungan. Lingkungan yang dipenuhi oleh santri-santri yang memiliki semangat dan minat menghafal tinggi akan memunculkan iklim positif. Mereka yang semangat dan memiliki minat tinggi dalam menghafal secara tidak langsung mempengaruhi santri lain untuk memiliki semangat yang sama, bahkan melebihi. Minat santri tunanetra dalam menghafal ditimbulkan karena dari firman Allah SWT ataupun hadits-hadits yang menerangkan tentang keistimewaan orang menghafal al- Qur’an, salahsatunya surga merindukan empat golongan salahsatu golongan tersebut adalah golongan orang yang hafal al- Qur’an. 3 Minat dari santri yayasan Rudlatul Makfufin dalam menghafal al-Quran pada umumnya juga dikarenakan hal baru yang mereka temukan, yaitu kemampuan membaca dan menghafal. Para santri sangat tertarik ketika mereka menemukan komunitas tunanetra seperti mereka yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk menghafal al-Quran. Hal yang sangat berbeda jauh dengan anggapan awal mereka bahwa seorang tunanetra memiliki kesempatan yang sangat kecil untuk dapat melakukan hal tersebut. Mulai dari sini lah santri mulai tertarik dengan komunitas penghafal al-Quran di yayasan Raudlatul Makfufin. Terlebih lagi keunikan tersendiri dari yayasan Raudlatul Makfufin yang membuat dan mencetak sendiri al-Quran braille, menjadi magnet tersendiri bagi mereka yang menumbuhkan minat untuk bergabung dengan program tahfidz al-Quran di yayasan Raudlatul Makfufin. Dan yayasan Raudlatul Makfufin tidak membebankan biaya kepada santri tunanetra, bagi santri tunanetra yang mukim sudah terjamin kebutuhannya karena sudah ditanggung oleh para donatur yayasan 3 Wawancara Pribadi dengan Mutaqin Santri Tunanetra Mukim. Tangerang, 12 Agustus 2015 di yayasan Raudlatul Makfufin. Raudlatul Makfufin dan bagi santri tunanetra nonmukim akan diberikan uang transpot pengganti dari yayasan bagi yang hadir. Dan pengajar juga menjadi suritauladan untuk membuat santri tunanetra tertarik dalam menghafal karena pengajar secara tidak langsung memotivasi santri tunanetra walau memiliki keterbatasan tapi mampu membimbing santri tunanetra dalam menghafal. Program tahfidz al-Quran belum lama diadakan di yayasan Raudlatul Makfufin tepatnya mulai dilaksanakan pada bulan September 2014. Santri-santri yang mengikuti program ini pun tergolong pemula dan ada beberapa yang sudah berpengalaman dibidang tahfidz Qur’an baik itu dalam perlombaan atau banyaknya juz yang sudah dihafal dan ada yang tidak. Dari hal tersebut santri tunanetra yang perkembangnya lebih cepat dapat menjadi contoh kepada santri tunanetra yang masih tergolong pemula lainnya dalam menghafal al- Qur’an serta tetap menstabilkan minatnya atau bahkan meningkatkan minatnya dalam menghafal al- Qur’an walau dalam keadaan yang memiliki kekurangan fisik karena pada umumnya dalam menghafal membutuhkan keselarasan antara indera pengelihatan untuk melihat ayat-ayat yang akan dihafal guna untuk menghindari kesalahan ayat dan indera pendengaran karena susuatu hal yang sering didengar berulang kali akan dengan sendirinya menjadi hafal. Walau program tahfidz masih belum lama dilaksanakan oleh yayasan Raudlatul Makfufin. Para santri begitu antusias untuk menghafal al- Qur’an. Faktor yang membuat santri ingin menghafal hingga bertahan sampai saat ini karena penasaran dan baru setengah jalan, jadi rasa penasaran mereka semakin menjadi karena sulit untuk berhenti ditengah jalan atau putus asa tanpa menghasilkan apa-apa. Karena semakin banyak rintangan justru semakin membuat santri penasaran untuk terus maju, sekuat apa rintangan yang menghalangi para santri sehingga santri semakin penasaran. 4 Pengajar melakukan beberapa cara untuk memotivasi para santri tunanetra agar lebih maksimal dalam menghafal al- Qur’an, beberapa metode untuk memotivasi menghafal al- Qur’an santri tnanetra sebagai berikut: 1. Memberikan nasehat Pengajar sering memberikan nasehat untuk memotivasi santri tunanetra dalam menghafal al- Qur’an, seperti kemuliaan orang penghafal al-Qur’an yang jasadnya terjaga didalam kubur karena hafal al- Qur’an, hadits-hadits yang menerangkan bahwa surga rindu terhadap empat golongan salah satunya ialah golongan orang yang hafal al- Qur’an, dan juga pernyataan dari pengajar kepada santri tunanetra “…kamu itu di dunia sudah terlahir dalam keadaan buta, nanti jangan sampai di akhirat kamu dibangkitkan juga dalam keadaan buta seperti ini…”. 5 Makna nasehat yang disampaikan tersebut adalah supaya santri tunanetra terus semangat dalam menghafal walaupun sulit tapi harus terus berusaha. Respon santri terhadap nasehat tersebut adalah mereka semakin termotivasi karena dengan adanya nasehat beliau bisa memotivasi santri yang berbeda latar belakang, sikap, usia dan lain sebagainya. Pengajar yang selalu memberikan semangat dan meyakinkan santri bahwa mereka memiliki kemampuan yang sama dengan manusia normal, mampu membaca dan mengingatnya. Tanpa motivasi dari beliau para santri tidak bisa sampai seperti 4 Wawancara Pribadi dengan Mutaqin Santri Tunanetra Mukim. Tangerang, 21 Agustus 2015 di yayasan Raudlatul Makfufin. 5 Wawancara Pribadi dengan Mutaqin Santri Tunanetra Mukim. Tangerang, 12 Agustus 2015 di yayasan Raudlatul Makfufin. sekarang ini. Sekarang muncul santri-santri yang telah memiliki kepercayaan diri dan sampai ada yang memiliki hafalan 15 juz hingga 30 juz. “Begitu besar jasa pengajar untuk bisa memotivasi santri dimulai dari kata-kata yang lembut sampai kata- kata yang kasar sekalipun, namun dengan tujuan yang baik”. 6 2. Memberikan soal ayat Pada dasarnya dalam menghafal membutuhkan keselarasan antara indera pengelihatan dan inder pendengaran, untuk melihat ayat-ayat yang akan dihafal guna menghindari kesalahan ayat. Tanpa indera pengelihatan tunanetra menajamkan hafalannya dengan memaksimalkan kemampuan pendengaran yang mereka. Salah satu yang diberikan oleh pengajar untuk memperkuat ketajaman menghafal santri tunanetra adalah dengan melakukan pengulangan hafalan santir tunanetra dalam sebuah evaluasi. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara memberikan soal berupa potongan ayat dan santri diharuskan melanjutkan ayat yang didengarnya dari pengajar. Kegiatan ini dilakukan setiap pertemuan. Soal merupakan bahan evaluasi yang biasa diberikan pengajar, dengan diadakannya soal santri tunanetra akan lebih giat dalam menghafalnya karena akan mempersiapkan soal yang akan ditanyakan pengajar. Supaya pengajar bisa mengetahui sejauh mana kemampuan setiap santri tunanetra. 3. Memberikan bimbingan secara pribadi Dalam setiap individu santri tunanetra memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghafal al- Qur’an ataupun diluar menghafal al-Qur’an seperti masalah pribadi yang mempengaruhi semangatnya dalam menghafal al- 6 Wawancara Pribadi dengan Juanda Saputra Santri Tunanetra Nonmukim. Tangerang, 20 Agustus 2015 di yayasan Raudlatul Makfufin.