3. Jenis Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
a. Motivasi primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
Dimyati mengutip pendapat Mc. Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai
kepuasan, contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya. b.
Motivasi sekunder Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini
dikaitkan dengan motif sosial, seikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif, dan kurasif, sehingga
motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar.
22
4. Sifat Motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi menghafal tidak hanya timbul dari dalam diri santri tunanetra tetapi juga berasal dari luar, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik, sebagai berikut: a.
Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam pribadi
individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. b.
Motivasi ekstrinsik
22
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Depdikbud, 2005, h.86.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh
atau rangsangan dari luar, contoh ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi santri tunanetra dalam proses menghafal, dengan timbulnya motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik dapat menimbulkan semangat menghafal yang tinggi.
23
E. Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Kata dasar dari menghafal ialah hafal yang berarti bisa mengucapkan diluar kepala tanpa melihat. Sedangkan arti dari menghafal ialah berusaha
mengingat.
24
Sedangkan al- Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, yang apabila membacanya dinilai ibadah. Membaca atau mendengarkan al-
Qur’an saja bernilai ibadah, apalagi sampai bisa hafal al-
Qur’an karena Allah memuliakan serta menjamin jasad para hafidz a-
Qur’an akan terjaga dari binatang tanah. Jadi, menghafal al-
Qur’an adalah berusaha mengingat ayat-ayat al- Qur’an yang sudah dihafal diluar kepala. Menghafal al-Qur’an bisa disebut
juga dengan tahfidz al- Qur’an, kata tahfidz merupakan bentuk masdar ghoir
mim dari kata ظَفح
– ظفحي
- اًظيفحت
berarti menghafalkan.
25
2. Metode Menghafal Al-Qur’an
23
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, h. 90.
24
Qonita Alya, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Indah Jaya Adipratama, 2011, h.252.
25
Zaini Maki , “Keutamaan-Keutamaan Menghafal Al-Qur’an,” artikel diakses pada 28
Januari 2015 dari http:keutamaan-keutamaanmenghafalalquran.blogspot.com