tunanetra.
10
Sehingga santri tunanetra merasa diperhatikan lebih oleh pengajar dan memicu semangatnya untuk terus berusaha sesuai kemampuannya.
4. Hambatan dari lingkungan
Kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada proses menghafal al- Qur’an.
11
Minimnya lokal yang ada di yayasan Raudlatul Makfufin membuat keadaan tidak kondusif saat menghafal al-
Qur’an. Terlebih lagi komunikasi keseharian sesama penyandang tunanetra yang mukim ini mengandalkan suara
yang keras, karena tidak akan terdengar jika berbicara dengan volume suara yang kecil.
Dalam menghafal al- Qur’an membutuhkan konsentrasi yang cukup
sehingga ada santri tunanetra yang memilih menghafal al- Qur’an di malam hari
disaat yang lain tidur, maka santri tunanetra ini memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
5. Belum bisa membaca al-Qur’an braille
Masih banyak santri tunanetra yang belum bisa membaca al- Qur’an
braille. Sehingga santri tunanetra harus terlebih dahulu mempelajari huruf latin braille, kemudian belajar huruf arab braille barulah belajar membaca al-
Qur’an braille.
12
10
Wawancara Pribadi dengan Diah Rahmawati Santri Tunanetra Nonmukim. Tangerang, 23 Agustus 2015 di yayasan Raudlatul Makfufin.
11
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hayi Pengajar Tahfidz. Tangerang, 11 Agustus 2015 di Rumah Pribadi Bapak Abdul Hayi.
12
Wawancara Pribadi dengan Ade Ismail Ketua Dewan Pengurus. Tangerang, 28 Juli 2015 di yayasan Raudlatul Makfufin.
69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan temuan maka penulis menyimpulkan tentang komunikasi antrapribadi pengajar dan santri tunanetra dalam memotivasi
menghafal al- Qur’an, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk pesan komunikasi antarpribadi yang diberikan pengajar kepada santri
tunanetra dalam memotivasi menghafal al- Qur’an:
a. Pesan komunikasi verbal
Pesan verbal seperti teguran berupa perbaikan lafadz ayat teguran berupa ataupun kesalahan disaat proses menghafal atau pada saat setoran hafalan.
b. Pesan komunikasi nonverbal
Pesan non verbal seperti volume pengajar ditinggikan untuk memberikan penegasan berupa sindiran kepada santri tunanetra yang lama tidak
menyetorkan hafalan. 2.
Upaya yang dilakukan pengajar kepada santri tunanetra dalam memotivasi menghafal al-
Qur’an a.
Memberikan nasehat b.
Memberikan soal ayat c.
Memberikan bimbingan secara pribadi 3.
Santri tunanetra menemukan motivasi untuk menghafal al-Quran melalui proses disonansi kognitif yang membuat santri memutuskan untuk menghafal
al- Qur’an.
4. Faktor pendukung dan faktor penghambat komunikasi antarpribadi pengajar
dan santri tunanetra dalam memotivasi menghafal al- Qur’an
a. Faktor pendukung diantaranya ialah:
1 Motivasi pengajar.
2 Sharing antara pengajar dengan santri tunanetra.
b. Faktor penghambat diantarnya ialah:
1 Kejenuhan santri tunanetra.
2 Kurang meprioritaskan setoran hafalan al-Qur’an
3 Sulit dalam menghafal al-Qur’an
4 Hambatan dari lingkungan
5 Belum bisa membaca al-Qur’an braille
B. Saran
Berdasarkan pada hasil temuan tersebut, terdapat beberapa saran yang penulis ajukan kepada santri, pengurus serta pengajar di yayasan Raudlatul
Makfufin, dan semoga saran ini bisa bermanfaat, antara lain:
1. Kepada Santri
Saran ini lebih peneliti tujukan pada santri penghafal al- Qur’an untuk
memperkuat motivasi sebagai faktor penentu keberhasilan dalam menghafal al- Qur’an. Berdasarkan hasil penelitian ini minat yang tinggi mampu memotivasi
dalam menghafal al- Qur’an, sehingga harapan untuk menghafalkan 30 juz
dapat terealisasikan dengan baik dan berjalan seiring dengan kegiatan lainnya selain kegiatan menghafal al-
Qur’an. Adapun cara meningkatkan minat dalam menghafal al-
Qur’an diantaranya yaitu dengan menanamkan nilai keagungan al-
Qur’an dalam diri
masing-masing individu yang menghafal al- Qur’an, memahami keutamaan dari
membaca, mempelajari dan menghafal al- Qur’an, mengkaji sejarah ataupun
riwayat para penghafal al- Qur’an seperti imam As-sudais yang merupakan
imam besar masjidil haram, mengikuti kegiatan seperti Musabaqoh Tilawatil Qur’an MTQ cabang tahfidzul Qur’an untuk mengasah kemampuan dan
meraih prestasi dalam menghafal al- Qur’an, mengikuti sima’an al-Qur’an serta
menghadiri setiap ada kegiatan di majlis-majlis tahfidz. Selain itu juga disarankan untuk tidak cepat puas dengan apa yang sudah diperoleh, teruslah
belajar dan menuntut ilmu hingga akhir hayat. Bagi yang sudah khatam hafalan al-
Qur’annya hingga 30 juz, diharapkan mampu mengamalkan ilmunya kepada penyandang tunanetra yang lain dan juga kepada selain penyandang tunanetra.
Kemudian memperdalam ilmu pengetahuan dibidang tafsir al- Qur’an serta
mempelajari Qira’atus Sab’ah Qira’at tujuh dari para tujuh imam yang
terkemuka.
2. Kepada Pengurus
Disarankan bagi pengurus yayasan Raudlatul Makfufin untuk menciptakan iklim yang bisa menumbuhkan motivasi menghafal al-
Qur’an pada santri tunanetra. Adapun cara yang bisa dikembangkan diantaranya adalah
dengan mengembangkan metode-metode menghafal yang bervariasi dan menarik untuk meminimalisir kejenuhan santri, mengadakan acara
sima’an yang semi formal sebulan sekali atau pun kapan saja asalkan dirutinkan untuk
melatih mental dan melancarkan hafalan, mengadakan studi banding ke yayasan tunanetra yang memiliki program tahfidz agar memperkaya metode
yang tepat bagi santri tunanetra dalam menghafal al- Qur’an, menciptakan
lingkungan asrama yang kondusif.
3. Kepada pengajar
Disarankan pengajar memberikan hadiah atau beasiswa bagi santri yang mampu menghafal sesuai target atau yang memiliki hafalan terbanyak, hal
tersebut bertujuan untuk lebih memotivasi para santri untuk menghafal. Kemudian pengajar memberikan trik-trik khusus agar para santri yang belajar
latin atau arab braille dapat dengan mudah menghafal kode braille tersebut. Berikut adalah pola-pola khusus dalam huruf braille yang dapat diajarkan
oleh pengajar kepada santri agar mudah untuk dihafalkannya. 1
Bila diperhatikan, antara huruf A sampai E, akan membentuk pola seperti orang sedang sholat dan terakhir ada garis miring.
2 Sementara untuk huruf F sampai J akan membentuk tulisan rOLIJ.
3 Kesimpulan yang dapat diambil dari pola huruf A sampai J adalah seperti
urutan orang rukuk sholat dan membentuk pola rOLIJ.
4 Pola huruf K sampai O mirip dengan pola huruf A sampai E. hanya
menambahi satu titik di kiri bawah.
5 Pola huruf P sampai T juga mengikuti pola F sampai J, dengan
menambahkan satu titik di kiri bawah.
6 Pola huruf U, V, X, Y, Z merupakan modifikasi dari pola berturut-turut
dari K, L, M, N, O, dengan hanya menambahkan satu titik di kanan bawah.