Kitab Kuning Tujuan Pondok Pesantren

kegiatan intra-kurikuler maunpun ekstra-kurikuler, dan bisa melibakan disamping aktivitas yang diperankan santri juga diperankan kiai. 17 Dengan variasinya kurikulum, maka ada lembaga pendidikan pesantren yang lebih mengkhususkan diri pada bidang fikih, ada pula yang mengkhususkan nahwu shoraf dan lain sebagainya. Bahkan pada perkembangan selajutnya terdapat beberapa pesantren yang khusus muncul keahlian tidak hanya dibidang keagamaan, misalnya pertanian, koperasi dan sebagainya. Kurikulum yang dikembangakan di pesantren pada saat ini dapat dibedakan menjadi dua jenis sesuai dengan jenis pola pesantren itu sendiri, yaitu: 1. Pesantren Salaf tradisional Kurikulum pesantren salaf yang statusnya sebagai lembaga pendidikan non-formal hanya mempelajari kitab-kitab klasik yang meliputi: Tauhid, Tafsir, Hadis, Usul Fiqh, Tasawuf, Bahasa Arab Nahwu, Shoraf, Balaghoh Dan Tajuwid, Mantik, Akhlak. Pelaksanaan kurikulum pesantren ini berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab. Jadi ada tingkat awal, menengah, dan lanjutan. Itulah gambaran sekilas isi kurikulum pesantren salafi yang umumnya keilmuan Islam digali dari kitab-kitab klasik dan pemberian keterampilan yang bersifat pragmatis dan sederhana. 2. Pesantren Modern Pesantren jenis ini yang mengkombinasikan antara pesantren salafi dengan medel pendidikan formal dengan mendirikan satuan pendidikan semacam SDMI,SMPMTs, SMASMKMA bahkan sampai pada perguruan tinggi. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum pesantren salaf yang diadaptasikan dengan kurikulum pendidikan Islam yang disponsori oleh pemerintah Kementrian Agama dalam sekolah Madrasah, sedangkan kurikulum khusus 17 Ibid., h. 108 pesantren dialokasikan dalam muatan lokal atau diterapkan malalui kebijaksanaan sendiri. Gambaran kurikulum lainnya adalah pada pembagian waktu belajar, yaitu mareka belajar keilmuan sesuai dengan kurikulum yang ada di perguruan tinggi madrasah pada waktu kuliah, sedangkan waktu selebihnya dengan jam pelajaran yang dapat dari pagi sampai malam untuk mengkaji keilmuan Islam khas pesantren pengajian kitab klasik. 18 Kurikulum pondok pesantren yang setara mu‟adalah dengan pemerintah penulis akan uraikan sebagai mana berikut:

a. Landasan Filosofi

Kurikulum Satuan Pendidikan Mu‟adalah dikembangkan dengan landasan filosofi yang berdasarkan nilai-nilai kepesantrenan untuk mengembangkan memberikan dasar bagi upaya mengembangkan kapasitas peserta didik menjadi manusia muslim Indonesia yang berkualitas yang mengenai ilmu-ilmu agama Islam dan mampu berkontribusi dalam kehidupan sosial. Landasan filosofi yang dijadikan pijakan dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah seperti berikut: 1 Pendidikan Mu‟adalah berakar pada tradisi pesantren dalam rangka membentuk manusia seutuhnya yang mampu menjalankan peran kekhalifahan di muka bumi dan sekaligus sebagai hamba Allah yang harus mengabdikan dirinya semata-mata kepada Allah dalam menjalankan peran tersebut. 2 Kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dikembangkan dalam rangka dasar yang menempatkan peserta didik sebagai subjek pengetahuan. Kurikulum diarahkan untuk dapat mengembangkan kapasitas peserta didik sebagai pribadi yang bukan hanya sekadar mendapatkan pengetahuan keagamaan dari kyai atau ustad, tetapi 18 Ridwan Abawihda, Kurikulum Pendidikan Pesantren dan Tentangan Perubahan Global, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2012, h. 117 juga dapat memperoleh dan mengembang pengetahuan melalui interaksi dengan sesama santri, masyarakat atau sumber belajar lain.

b. Landasan Sosiologi

Kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dikembangkan atas dasar pengakuan adanya praktik pendidikan yang sangat baik yang berlangsung di pesantren dalam rangka mengembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggujawab sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Praktik pendidikan yang sangat baik ini mengkristal pada tradiri kultural yang ada di pesantren. Pendidikan di pesantren tidak bertujuan untuk mengajar materi, kekuasaan dan keagungan duniawi, tetapi dilakukan semata-mata merupakan pengamalan atas kewajiban dan pengabdian kepada Allah SWT. Pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan mu‟adalah juga didasarkan atas tradisi yang berorientasi pada pengauasaan kitab kuning yang merupakan salah satu karakteristik pesantren di tanah air dalam upaya mencetak kader ulama yang mutafaqqih fid din yang bertumpu pada nilai-nilai kultural yang mederat tasamuh. Kegiatan penguasaan kitab kuning ini dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di luar kelas, dengan masjid sebagai sentral berbagai kegiatan pesantren.

c. Landasan Psikopedagogis

Kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dikembangkan atas dasar tradisi epistemologi Islam yang meyakini bahwa ilmu tidak hanya diperoleh melalui kajian eksperimen yang dikalukan secara rasional, tetapi juga merupakan nur Allah yang terpacar kedalam hati manusia yang meniscayakan adanya kesucian. Seiring dengan itu maka pembelajaran dalam kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dipahami bukan sekadar sebagai proses capaian rasional secara kasbi, tetapi juga