kegiatan sekolah, terutama kegiatan dalam bidang akademik yang merupakan
bagian besar
dalam sistem
manajemen sekolah
merencanakan suatu kegiatan akademik, yang mana rencana tersebut kemudian dituangkan dalam suatu dokumen yang disebut kurikulum.
6. Pengembangan Kurikulum Pesantren
Pengembangan kurikulum pesantren pada dasarnya tidak terlepas dari visi pembangunan nasional yang berupaya menyelamatkan dan
memperbaiki kehidupan nasional yang tertera dalam garis besar hukum Negara. Oleh karena itu pengembangan tersebut hendaknya
mengakomodasi tuntutan-tuntutan sistematik Depdiknas, Depag. Secara konseptual, sebenarnya lembaga pesantren potimis akan
mampu memenuhi tuntutan reformasi pembangunan nasional di atas dapat dibangun melalui perubahan kurikulum pesantren yang berusaha
membekali peserta didik untuk menjadi subjek pembangunan yang mampu menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif dan
profesional pada bidangnya masing-masing. Realitas menunjukan pada saat ini lembaga pesantren telah
berkembang secara bervariasi baik dilihat dari segi isi kurikulum dan bentukmanajemenstruktur organisasi. Hasan Basri Dalam Nata,
2001:120-121 mengembangkan lembaga non formatif ini kedalam lima pola, yakni: 1 pesantren yang hanya terdiri dari masjid dan rumah kiai;
2 pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, dan asrama atau pondok; 3 pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok, dan
madrasah; 4 pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok, madrasah dan tempat keterampilan; dan 5 pesantren yang terdiri dari
masjid, rumah kiai, pondok, madrasah, tempat keterampilan, universitas, gedung pertemuan, tempat olahraga dan sekolah umum.
33
Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka rung lingkup studi dikembangkan manajemen kurikulum dalam
33
Sulthon Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren,Op. Cit., h. 74
tulisan ini, terdiri pada: 1 Manajemen perencanaan dan pengembangan kurikulum, 2 Manajemen pelaksanaan kurikulum, 3 Supervisi
pelaksanaan kurikulum, 4 Pemamtauan dan penilaian kurikulum, 5 Perbaikan kurikulum, 6 Disentralisasi dan sentralisasi pengembangan
kurikulum.
34
Sebenarnya tidak terhitung prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, tetapi prinsip-prinsip tersebut dapat
dikelompokkan dua jenis, yaitu prisip umum dan khusus. Prinsip pengembangan kurikulum secara umum antara lain adalah: 1 Prinsip
berorientasi kepada tujuan dan kompetensi, 2 Relevensi, 3 Efisiansi, 4 Keefektifan, 5 Fleksibilitan, 6 Integritas, 7 Kontinuitas, 8
Sinkronitas, 9 Objektivitas, 10 Demokrasi. Adapun prinsip pengembangan kurikulum secara khusus antara lain adalah: 1 Prinsip
tujuan kurikulum, 2 Isi kurikulum, 3 Ditaktik-metodik, 4 Media dan sumber belajar, 5 Evaluasi.
35
Dari keterangan tersebut dampak sangat jelas sekali bahwa ruang lingkup manajemen kurikulum itu ada prinsip dari proses manajemen
itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses pelaksanaan kurikulum mempunyai titik kesamaan dalam prinsip proses manajemen, sehingga
di dalam pelaksanaan kurikulum harus mengadakan pendekatan dengan ilmu manajemen.
34
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Op. Cit., h. 21
35
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Op. Cit., h. 31-38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan, sedangkan untuk waktu penelitiannya
mulai pada bulan Mei sampai bulan Juni 2016 dengan guna waktunya satu bulan.
B. Sumber Data
Penelitian ini yang menjadi sumber data adalah pimpinan pesantren, ketua bidang kurikulum, ustadz-ustadz dan sumber lain
seperti dokumen-dokumen dan peristiwa yang terjadi di pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, pemikiran orang secara individual
maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.
Penelitian kualitatif
bersifat induktif:
peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari data untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi
dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.
Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengukapkan to describe and explore dan kedua
menggambarkan dan menjelaskan to describe and explain. Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Bebrapa penelitian
36
memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks dan arah bagi penelitian selanjutnya.
36
D. Teknik Pengambilan Data dan Instrutmen
Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan dengan tiknik pengambilam data yang menggunakan adalah
teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari teknik pengambilan data tersebut penjelasannya dideskripsikan sebagai
berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara yang dilakukan untuk menggali informasi secara langsung dari informansumber informasi. Dengan
mengadakan tanya jawab antara peneliti dengan pimpinan pesantren, ketua bidang kurikulum dan ustadz-ustadz, dalam
penelitian ini peneliti wawancara langsung dengan pimpinan pesantren, ketua bidang kurikulum dan ustadz-ustadz. Untuk
memperoleh informasi secara langsung dari pihak yang bersangkutan
dan hasilnya
digunakan untuk
melengkapi pembahasan. Karena wawancara adalah teknik yang sangat primer
dalam metode penelitian pendekatan kualitatif. Tabel 3.1
Instrutmen Wawancara No
Butir Kajian
1 Sejarah berdiri pesantren
2 Keberadaan siswa dan guru
3 Keberadaan sarana prasarana
4 Keberadaan pesantren
5 Kurikulum pesantren
36
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet. IX h. 54
2. Obeservasipengamatan
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak menggunakan perkataan atau tidak disertai dengan komunikasi
lisan. Pada umumnya teknik observasi melibatkan panca indra penglihatan terhadap data visual, ataupun panca indra lain seperti
pendengaran, sentuhan, serta penciuman.
37
Dalam pengamatan penelitian ini berjenis non-partisipatif yaitu peneliti tidak
melibatkan diri dalam kondisi objek yang diamati. Setelah instrument observasi dibuat, peneliti mulai datang ke lokasi
penelitian untuk melihat fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi tersebut.
Tabel 3.2 Instrutmen Observasi
No Objek Observasi
1 Kegiatan pembelajaran
2 Tata bangunan pesantren
3 Sarana dan fasilitas pesantren
4 Situasi dan dondisi pesantren
5 Kegiatan ekstra kurikuler
3. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah cara untuk mencari informasi dari data- data yang sudah berlalu untuk menguatkan hasil dari observasi dan
pengamatan. Bentuk dokumen bisa berupa gambar, catatan tertulis baik yang diarsipkan oleh Pondok Pesantren Madinatunnajah
Jombang Tangerang Selatan sendiri, atau dari media cetak dan dari internet. Setelah instrumen dokumentasi dibuat, maka peneliti
datang ke lokasi penelitian untuk melakukan pencatatan data
37
Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 199