Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

para santri, sehingga lulusannya dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luas negeri. Manajemen kurikulum dengan sistem Tar biyatul Mu‟alimin wal Mu‟alimat Al-Islamiyah TMI harus bisa merubah cara pandang masyarakat yang keliru, hal ini juga harus didukung dengan prestasi yang dikuasai para santri, sehingga pandangan masyarakat terhadap pendidikan yang diterapkan di pondok pesatren pada akhirnya bisa memberi kontribusi besar kepada masyarakat. Dari gambaran di atas tentunya tidak terlepas dengan peran seorang pimpinan atau tim penyusun kurikulum pesantren dalam manajemen kurikulum yang sangat berpengaruh bagi kemajuan lembaganya serta mempunyai kebijakan strategis untuk mendukung program pemerintah dalam hal mencerdaskan anak bangsa agar mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia. Hal yang perlu dipertimbangkan atau yang menjadi tolak ukur dalam menyusun kurikulum diantaranya adalah; guru, siswa santri, sarana prasarana, dan tenaga kependidikan. Perpaduan kurikulum pemerintah Kementerian Agama dengan kurikulum pendidikan pesantren pasti akan mempengaruhi proses pembelajaran yang berlangsung selama 24 dua puluh empat jam baik kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler, diantara progam ekstra kurikuler adalah sperti program Praktik Pengabdian Masyarakat PPM, Keterampilan Wirausaha Koperasi, Tahfiz al- qur‟an dan Pidato Tiga Bahasa Arab, Inggeris dan Indonesai dll, agar terbentuk karakter kepemimpinan, mental, dan kecekapan hidup kepada setiap santri. Proses pembelajaran yang efektif, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaulasi pembelajaran, karena pembelajaran yang dikelola dengan manajemen yang efektif diharapkan dapat mengembangkan potensi santri sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang terlekat pada santri dan dapat 5 membantu santri untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dari uraian di atas, manajemen dan kurikulum yang baik sangat penting dilakukan oleh pondok pesantren, maka peneliti merasa tertarik dan terpanggil untuk melakukan penelitian dengan judul “Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Manajemen kurikulum dan sistem pembelajaran pondok pesantren kurang efektif. 2. Banyaknya mata pelajaran yang harus diambil oleh peserta didik. 3. Sarana dan prasarana kurang menunjang kegiatan pembelajaran. 4. Masih adanya masyarakat yang belum mengakui pendidikan pesantren.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, banyak variabel yang memengaruhi menejemen kurikulum pesantren. Namun keterbatasan pada waktu, biaya, tenaga dan sebagainya maka penelitian ini penulis membatasi pada masalah Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana manajemen kurikulum pondok pesantren madinatunnajah jombang tangerang selatan.? 6 2. Faktor apa saja sebagai pendukung dan penghambat dalam manajemen kurikulum pondok pesantren madinatunnajah jombang tangerang selatan.?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui bagaimana manajemen kurikulum pondok pesantren madinatunnajah jombang tangerang selatan. b. Mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan faktor pengambat dalam manajemen kurikulum pondok pesantren madinatunnajah jombang tangerang selatan. 2. Manfaat Penelitian a. Akademis 1. Penelitian ini diharapakan dapat menjadi salah satu bahan kajian dalam upaya untuk mendalami manajemen kurikulum di suatu lembaga pendidikan, khususnya di Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan. 2. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui manajemen kurikulum pondok pesantren mu‟adalah, khusunya Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan. 3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar studi perbandingan bagi penelitian lain yang sejenis. b. Praktis 1. Sebagai bahan masukan kepada pengelola madrasah di Pondok pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan, khususnya manajemen kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan tolak ukur untuk mengetahui dengan jelas berhasil tidaknya dalam melaksanakan manajemen kurikulum pondok pesantren. 2. Untuk memperbanyak tetang teori dan konsep manajemen kurikulum di pondok pesantren. Disamping itu agar dapat dijadikan suatu perbaikan bila dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan. 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pesantren yang berasal dan kata santri dengan mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, yang artinya tempat tinggal para santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya, istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengajar. Sumber lain menyebut bahwa kata itu berasal dari kata India Chasti dari akar kata Shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang lmu pengetahuan. 6 Istilah pesantren sering disebut dalam bahasa sehari-hari dengan tambahan kata “pondok” menjadi “pondok pesantren”. Dari segi bahasa, kata pondok dengan kata pesantren tidak ada perbedaan yang mendasar karena kata pondok berasal dari bahasa Arab Funduq yang artinya hotel atau pesantren. Dalam pemahaman masyarakat Indonesia dapat diartikan sebagai tempat berlangsungnya suatu pendidikan agama Islam yang telah melembaga sejak zaman dahulu, jadi pada hakikatnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama Islam. 7 Dalam buku berjudul Pedoman Pembina Pondok Pesantren yang di keluar oleh Departemen Agama mendefinisikan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non-klasikal di mana seorang kiai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan para santri biasanya tinggal dalam pondok pesantren tersebut. 8 6 Iskandar Engku, M.A Siti Zubaidah, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam, Bandung: PT Rosdakarya, 2012, Cet. I, h. 172 7 Ibid., h. 172 8 Ibid., h. 172 9 Secara umum pesantren dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu pesantren salaf tradisional dan pesantren khalaf atau modern. Pesantren salaf adalah pendidikannya semata-mata berdasarkan pada pola pengajaran klasikal atau lama, yakni berupa pengajian kitab kuning dengan metode klasikal serta belum dikombinasikan dengan pola pendidikan modern, jenis pesantren ini pun bisa meningkat dengan membuat kurikulum tersendiri. Pesantren khalaf adalah pesantren yang disamping tetap dilestarikan unsur-unsur utama pesantren, juga memasukan kedalamnya unsur-unsur modern yang ditadai dengan sistem klasikal atau sekolah yang adanya ilmu-ilmu umum yang digabung dengan pola pedidikan pesantren klasikal. Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan yang diperbarui pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah. Pesantren ini menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan dan kegiatan pendidikan formal, baik itu jalur umum SD, SMP dan SMA maupun jalur berciri khas agama Islam MI, MTs, MA, MAK. Biasanya kegiatan pembelajaran kepesantrenan pada pondok pesantren yang ini memiliki kurikulum pondok pesantren yang klasikal dan berjenjang. 9 Dengan demikian dapat dikatakan, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang mempunyai kekhasan tersendiri, dimana seorang kiai sebagai figure pemimpin dan santri sebagai objek yang diberikan ilmu agama dan asrama sebagi tempat tinggal para santri.

2. Tipologi Pondok Pesantren

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalamai perkembangan bentuk sesuia dengan perubahan zaman, terutama adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang telah 9 Ibid., h. 173