Pengertian Pembiayaan Bermasalah Penyebab Pembiayaan Bermasalah

26 1998, Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Dalam mengantisipasi terjadinya risiko kerugian atas berbagai investasi dalam aktiva produktif maka ditentukan Pembentukan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP dengan ketentuan sebagai berikut: a. Cadangan umum yang sekurang-kurangnya sebesar 1 dari total aktiva produktif; b. Cadangan khusus untuk kredit atau pembiayaan yang diberikan sekurang- kurangnya sebesar 5 dari pembiayaan Dalam Perhatian Khusus DPK, 15 dari pembiayaan yang digolongkan Kurang Lancar KL, 50 dari pembiayaan yang digolongkan Diragukan D, 100 dari pembiayaan Macet M. Masing-masing setelah dikurangi nilai agunan tunai berupa giro, deposito, atau tabungan yang diblokir bank.Apabila jumlah PPAP lebih kecil dari seharusnya dibentuk maka jumlah kekurangan tersebut diperhitungkan sebagai pengurang modal inti perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM.

B. PEMBIAYAAN BERMASALAH

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana debitur mengingkari janji mereka membayar keuntungan dan atau kredit induk yang telah 27 jatuh tempo sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. 12 Sedangkan menurut Arifin pembiayaan dikatakan bermasalah jika bank benar-benar tidak mampu menghadapi risiko yang ditimbulkan oleh pembiayaan tersebut berupa pengembalian cicilan pokok dan keuntungan dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukannya. 13 Dalam bank syariah alat ukur dari besaran tingkat pembiayaan bermasalah adalah melalui Non Performing Finance. Dimana NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. NPF

2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah dapat terjadi karena ketidakmampuan debitur dalam mengembalikan pembiayaan yang diberikan oleh bank. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, NPF dapat dikategorikan menjadi pembiayaan kurang lancar KL, diragukan D dan macet M 14 . Sedangkan dua lainnya dalam kategori Performing Finance adalah golongan lancar L, dan dalam perhatian khusus DPK. 12 Sutojo Siswanto. Management Kredit Bermasalah Konsep dan Kasus, Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka, 2008, hlm.13 13 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Azkia Publisher, 2009, hlm.263. 14 Surat Edaran Bank Indonesia No. 821PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif. Hlm.18 28 Sebagaimana terlihat dalam tabel berikut: Table 2.1. Klasifikasi NPF berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah dalam Bank Syariah Jenis Pembiayaan Kategori yang diperhitungkan dalam NPF Kurang Lancar Diragukan Macet Murabaha, Istishna’, Ijarah, Qard Tunggakan lebih dari 90 hari s.d 180 hari Tunggakan lebih dari 180 hari s.d 270 hari Tunggakan lebih dari 270 hari Salam Telah jatuh tempo s.d 60 hari Telah jatuh tempo s.d 90 hari Lebih dari 90 hari Mudharabah, Musyarakah Tunggakan s.d 90 hari realisasi bagi hasil diatas 30 s.d 90 dari proyek pendapatan Tunggakan lebih dari 90 s.d 180 hari; realisasi bagi hasil kurang dari 30 Tunggakan lebih 180 hari; realisasi pendapatan kurang dari 30 dari proyeksi pendapatan lebih dari 3 periode pembayaran Lebih lanjut faktor penyebab pembiayaan bermasalah menurut Sutojo Siswanto terbagi menjadi: 15 c. Faktor Internal Bank 15 Sutojo Siswanto. Management Kredit Bermasalah Konsep dan Kasus, Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka, 2008, hlm.18 29 1. Rendahnya kemampuan atau ketajaman bank melakukan analisis kelayakan permintaan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur. 2. Lemahnya sistem administrasi pembiayaan serta administrasi bank. 3. Campur tangan yang berlebihan dari para pemegang saham. 4. Pengikatan jaminan pembiayaan yang kurang sempurna. d. Faktor Debitur PerusahaanPerorangan 1. Salah urus missmanagement 2. Kurangnya pengalaman dan pengetahuan pemilik dalam bidang usaha yang dijalani. 3. Penipuan e. Faktor Eksternal 1. Perkembangan kondisi ekonomi atau bidang usaha yang merugikan 2. Bencana alam 3. Kebijakan Pemerintah

3. Dampak Pembiayaan Bermasalah

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN VARIABEL SEKTOR PERBANKAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTOINDONESIA

0 3 24

Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan Pembiayaan, dan Ukuran Bank terhadap Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode Tahun 2009-2012)

0 4 146

Pengaruh perubahan variabel ekonomi makro terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur

0 11 126

Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Periode 2003-2012.

0 3 52

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA (Periode 2006-2013)

0 3 96

PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL BANK TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PASCA KRISIS EKONOMI GLOBAL

0 2 125

PENGARUH VARIABEL MAKRO DAN MIKRO EKONOMI TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011-2015)

8 29 153

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013.

0 2 17

PENGARUH ALOKASI PEMBIAYAAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI OLEH PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TIMUR : PERIODE TRIWULANAN TAHUN 2010-2015.

3 7 133

PENGARUH PEMBIAYAAN SEKTOR EKONOMI TERHADAP NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2015 (MARET) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 18