1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kreativitas siswa pada pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Kreativitas
siswa pada pembelajaran yang dimaksud seperti siswa yang memiliki dorongan drive yang tinggi dalam belajar, memiliki keterlibatan yang tinggi, memiliki
rasa ingin tahu yang besar, memiliki ketekunan yang tinggi, memiliki kemandirian yang tinggi dalam belajar, tertarik pada hal-hal yang kompleks
dalam pelajaran, dan lain-lain Asrori, 2009: 72.Siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi pada pembelajaran, cenderung memiliki kemandirian yang lebih
tinggi dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang kreatif. Kreativitas peserta didik sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Semakin tinggi krativitas siswa, maka semakin tinggi juga tingkat stimulasi berpikirnya sehingga hal ini akan berdampak pada meningkatnya kegairahan
dalam belajar. Meningkatnya kreativitas siswa dalam belajar, maka semakin banyak permasalahan yang dapat terpecahkan pada pembelajaran tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa keterlibatan peserta didik pada pembelajaran sangat mempengaruhi perkembangan perilaku dan pemikirannya dalam proses belajar.
Pemahaman materi yang disampaikan oleh guru dapat maksimal apabila peserta didik ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran salah satunya dengan
memiliki kreativitas yang tinggi. Untuk meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran tersebut,
terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat atau sesuai sehingga dapat
2
merangsang kreativitas siswa dalam belajar. Pemilihan metode yang tepat dapat merasang peserta didik untuk berfikir kreatif. Artinya, pemilihan metode
pembelajaran yang sesuai, dapat menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar. Hal ini memperlihatkan bahwa metode pembelajaran sangat diperlukan dalam
proses belajar-mengajar. Metode pembelajaran yang sesuai, siswa akan lebih menyukai mata pelajaran serta materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Sementara pembelajaran dengan menggunakan metode yang kurang sesuai seperti metode yang tersentral pada guru, akan membuat peserta didik merasa
jenuh, menimbulkan rasa bosan, sikap apatis tidak mau tahu atau kurang peduli dalam diri siswa. Metode pembelajaran yang kurang disukai, juga menyebabkan
kreativitas siswa dalam belajar pun akan cenderung rendah Zuhairni, 2007: 110. Bloom seperti dikutip Munandar 2012: 22 mengemukakan bahwa
kreativitas merupakan produk pada level berpikir tertinggi. Dalam teorinya, Bloom menempatkan to create atau berkreasi menjadi bagian penting
penyempurnaannya sehingga ranah kognitif tidak diakhiri dengan evaluasi, melainkan kreasi. Mengacu pada teori ini, dapat dikatakan bahwa kreativitas pada
pembelajaran merupakan level tertinggi dalam diri siswa untuk menentukan hasil belajarnya.
Hal senada dikemukakan Arief Rachman 2013: 4 selaku praktisi pendidikan bahwa pemilihan metode yang tepat dapat mempermudah
pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Selain dapat mempermudah pemahaman materi penggunaan metode juga mampu mengembangkan
kreativitasnya pada saat proses pembelajaran. Bertambahnya pemahaman para peserta didik akan meningkatkan kreativitas dan keaktifan dalam mengikuti
pembelajaran. Kreativitas yang dimaksud dalam hal ini bukan dari materi-materi
3
kurikulum, tetapi bagaimana guru dalam menyampaikan materi pelajaran menciptakan proses pembelajaran di dalam kelas agar anak didik atau peserta
didik senang bertanya, suka meneliti, dan senang menciptakan Tempo, Kamis, 4 Juli 2013.
Guru berperan menjadikan peserta didik berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki andil besar dalam
mengembangkan daya kreativitas siswa melalui proses pembelajaran. Guru dalam hal ini merupakan agen pembelajaran. Guru mempunyai peran pada pembelajaran
sebagai fasilitator, motivator, dan memberi inspirasi kepada peserta didik. Pembelajaran berhasil apabila guru mampu menerapkan metode pembelajaran
yang tepat dengan mengikutsertakan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Melalui penerapan metode pembelajaran yang tepat, maka akan dapat
menciptakan pembelajaran yang interaktif sehingga membuat peserta didik lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan guru.
Pentingnya peranan guru untuk menumbuhkan kreativitas siswa pada pembelajaran, karena dalam menghasilkan pembelajaran yang kreatif sangat
ditentukan dengan pemikiran-pemikiran kreatif yang dimiliki oleh seorang guru. Guru yang kreatif pada umumnya berpeluang lebih mampu mengembangkan
siswa menjadi kreatif pada pembelajaran Porter dan Hernacki, 2012: 30. Hal ini memperlihatkan bahwa langkah awal dalam merangsang terbentuknya sikap
kreatif pada diri siswa pada pembelajaran adalah menyiapkan atau menerapkan metode pembelajaran atau desain pembelajaran yang tepat yang mampu memberi
kesepatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengeksplorasi sikap-sikap kreatif siswa dalam belajar. Mengembangkan kreativitas siswa pada pembelajaran
4
berarti mengembangkan kompetensi memenuhi standar proses atau produk belajar yang selalu terbarukan.
Meskipun guru pada umumnya telah memahami pentingnya perannya sebagai agen pembelajaran, namun dalam praktiknya tidak sedikit guru yang
masih menerapkan metode pembelajaran konvensional sebagai andalannya dalam menyampaikan materi. Pengetahuan dan kemampuan guru dalam memilih dan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga mampu membuat peserta didik ikut terlibat pada pembelajaran masih tergolong rendah. Hal itu
ditunjukkan dengan kebanyakan guru masih menggunakan metode konvensional seperti metode ceramah dan menulis yang selama ini masih paling banyak
digunakan sehingga membuat peserta didik jenuh mengikuti pembelajaran. Hasil observasi yang dilakukan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial IPS di SMP Negeri 3 Pajangan pada tanggal 1 September 2015 memperlihatkan bahwa guru masih menerapkan metode konvensional pada
pembelajaran yakni metode ceramah dan menulis. Selama pembelajaran berlangsung, dapat dilihat bahwa seluruh pembelajaran masih terfokus pada guru
yang menjelaskan, sementara siswa tampak sangat pasif. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran telah dibantu dengan buku paket dan media
powerpoint. Akan tetapi, respon atau tanggapan siswa selama pembelajaran sangat rendah. Tampak bahwa kreativitas siswa selama pembelajaran sangat
rendah. Dengan menggunakan metode konvensional tersebut, siswa dikondisikan menjadi siswa yang pasif, tidak memiliki keinginan untuk bertanya. Observasi
yang dialkukan kembali pada tanggal 8 September 2015 pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Pajangan, juga menunjukkan hasil yang kurang lebih sama
dengan obeservasi sebelumnya.
5
Rendahnya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran menyebabkan kurangnya kreativitas yang muncul dalam proses pembelajaran.
Kreativitas siswa yang masih rendah ditunjukkan dari beberapa hal seperti inisiatif siswa yang rendah, rasa ingin tahu yang rendah, rendahnya pengetahuan
baru, keberanian siswa untuk menyatakan pendapat sendiri, takut membuat kesalahan. Kreativitas siswa yang rendah secara lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Observasi mengenai Kreativitas Siswa pada Pembelajaran di Kelas VII SMP Negeri 3 Pajangan
Kreativitas Siswa
Hasil Observasi
Inisiatif Sebagian besar siswa sangat pasif selama pembelajaran, siswa
tidak berusaha bertanya kepada guru, siswa baru menjawab bila ditanya guru
Rasa ingin
tahu Sebagian besar siswa tidak memiliki rasa ingin tahu mengenai
materi pelajaran, siswa hanya mengandalkan penjelasan materi pelajaran yang disampaikan guru, keinginan membaca
banyak buku rendah
Pengalaman baru
Ketika guru bertanya kembali mengenai materi yang sudah diajarkan dan menurut pemahaman siswa sendiri, sebagian
besar siswa hanya diam, tidak memiliki pengalaman baru mengenai materi yang sudah diajarkan.
Kepercayaan terhadap diri
sendiri Ketika memberikan jawaban terhadap pertanyaan guru, siswa
kelihatan ragu-ragu terhadap jawabannya, padahal jawaban yang disampaikan ternyata benar, keraguan siswa tersebut
membuat siswa jarang bertanya
Berani mengambil
risiko Siswa sebagian besar tidak mau mengambil risiko, atau salah
dalam memberi jawaban
Keberanian menyatakan
pendapat Siswa
memiliki keberanian
yang rendah
dalam menyampaikan pendapat di muka umum atau di depan teman-
temannya. Sumber : Hasil Observasi tanggal 8 September 2015
6
Hasil observasi tersebut memperlihatkan bahwa kreativitas siswa pada pembelajaran yang dilihat dari inisiatif, rasa ingin tahu, pengalaman baru,
keperayaan terhadap diri sendiri, keberanian mengambil risiko, dan keberanian menyatakan pendapat tergolong masih rendah. Sehubungan dengan itu,
perubahan cara pandang guru terhadap perlunya metode pembelajaran yang tepat menjadi sangat penting. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar
karena saat ini telah banyak yang menjadi sumber belajar lain bagi peserta didik seperti internet, buku-buku terbaru yang tersaji di internet, dan lain-lain.
Terkait dengan itu, salah satu hal yang penting dan sangat dibutuhkan peserta didik saat ini adalah penerapan metode pembelajaran yang tepat yang
dapat menumbuhkan kreativitas siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS. Melalui metode pembelajaran yang tepat, daya kreativitas siswa
pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS harus dimunculkan sehingga setiap peserta didik memiliki semangat, gairah, dan ide-ide kreatif dalam
memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran yang tepat dapat menghindarkan siswa dari rasa jenuh,
bosan dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS. Melalui metode pembelajaran yang tepat juga akan mengkondisikan
siswa sebagai pusat atau sentral dari seluruh kegiatan pembelajaran tersebut. Penerapan metode pembelajaran yang tepat akan memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk ikut sepenuhnya terlibat pada pembelajaran. Dengan demikian peserta didik dapat mengemukakan ide-ide, pendapat dan peserta didik
dapat berfikir secara kreatif. Metode pembelajaran yang mengikut sertakan
7
peserta akan lebih menarik, karena peserta didik diajak untuk mengikuti proses pembelajaran, tidak hanya secara mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan
cara ini siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar menjadi lebih maksimal Hisyam Zaini, 2008: XIV.
Beberapa metode yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving pemecahan
masalah. Dalam metode pembelajaran Mind Mapping setiap kelompok diminta untuk menuangkan ide-ide dan kemudian mengembangkan kreativitasnya melalui
peta konsep. Metode Mind Mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan, seorang Psikolog dari Inggris Buzan, 2008: 3. Mind Mapping dapat
diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep- konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi
konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya
sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung dari cara kerja koneksi-koneksi di dalam otak. Mind Mapping adalah cara mengembangkan
kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Mind Mapping mengembangkan cara berpikir kesegala arah dan berpikir
kreatif. Mind Mapping yang sering disebut dengan peta konsep adalah alat berpikir organisasional yang sangat hebat yang juga merupakan cara termudah
untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan Buzan, 2008:4.
8
Melalui metode Mind Mapping daya kreativitas peserta didik dapat dirangsang sesuai dengan materi pelajaran yang diterimanya. Konsep kegiatan
berpikir ke segala arah seperti yang menjadi esensi dari metode pembelajaran Mind Mapping, maka dorongan atau rangsangan untuk berpikir kreatif dalam diri
setiap peserta didik akan terus mengalami peningkatan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan
Yumi Hartanti 2012 bahwa penerapan metode Mind Mapping terbukti mampu meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran. Hasil penelitiannya
memperlihatkan bahwa melalui metode Mind Mapping kreativitas siswa kelas VII C SMP Negeri 4 Wonosari pada pembelajaran IPS meningkat.
Salah satu metode pembelajaran lainnya yang dapat meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran adalah metode Problem Solving pemecahan
masalah. Metode pemecahan masalah problem solving adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Metode problem
solving metode pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan Syaiful Bahri Djamara, 2006: 103. Melalui metode
pembelajaran Problem Solving pemecahan masalah, peserta didik terlibat aktif dalam kelompok untuk membuat proyek yang nyata.
9
Kedua metode
pembelajaran ini
dapat menumbuhkan
dan menggembangkan kreativitas dan berfikir kritis peserta didik. Melalui metode ini,
peserta didik dituntut terlibat secara aktif dalam kelompok selama pembelajaran berlangsung. Akan tetapi, penerapan kedua metode pembelajaran ini bisa jadi
memiliki keefektifan yang berbeda dalam menumbuhkan kreativitas siswa pada pembelajaran. Terkait dengan itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Perbedaan Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping dan Metode Problem Solving pemecahan masalah dalam Meningkatkan Kreativitas
pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan.
B. Identifikasi Masalah