Perbedaan Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping Dan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) Dalam Meningkatkan Kreativitas Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan.

(1)

i

KELAS VIII SMP NEGERI 3 PAJANGAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogakarta Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Retno Widyastuti

11416244008

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Retno Widyastuti

NIM : 11416244008

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Ilmu Sosial

Judul Skripsi : Perbedaan Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping dan Metode Problem Solving (pemecahan masalah) dalam Meningkatkan Kreativitas pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang pengetahuan peneliti, tidak terdapat karya maupun pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku. Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli peneliti siap ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Bantul, 16 Maret 2016 Yang Menyatakan

Retno Widyastuti NIM 11416244008


(5)

v

 Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Dan orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan

Mario Teguh

 Tak perlu malu melakukan kesalahan, sebab kesalahan akan membuatmu lebih bijak dari sebelumnya


(6)

vi Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

 Kedua orang tua, Ibunda tercinta Windarti dan Ayah Agung Wijoyo, yang telah memberikan dukungan, perhatian, doa, dan membangkitkan semangat dalam penulisan skripsi.

 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta


(7)

vii

KELAS VII SMP NEGERI 3 PAJANGAN

Oleh: Retno Widyastuti NIM 11416244008

ABSTRAK

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru masih cenderung menggunakan metode pembelajaran yang konvensional seperti metode ceramah dan diskusi sehingga kreativitas siswa pada pembelajaran IPS masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas penggunaan metode Mind Mapping dan Metode Problem Solving (pemecahan masalah) dalam meningkatkan kreativitas pada pembelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan.

Penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Sampel penelitian diambil menggunakan teknik simple random sampling dari sebagian populasi yang terdiri dari kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan,yang masing-masing kelas berjumlah 30 siswa. Kelas VIIID sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas VIIIC sebagai kelas eksperimen 2. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket dan observasi. Analisis data menggunakan analisis independent t-test untuk perhitungan angket akhir dan gain score angket (selisih antara angket awal dan angket akhir).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penerapan metode Mind Mapping dan metode Problem Solving dalam meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa penerapan metode Problem Solving lebih efektif meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS dibandingkan dengan metode Mind Mapping. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai gain score angket kreativitas siswa thitung > ttabel (3,387 > 2,000) dan dilihat dari nilai probabilitas (sig) 0,003 < 0,05.

Kata kunci: metode Mind Mapping, metode Problem Solving, kreativitas siswa, pembelajaran IPS


(8)

viii

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping dan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Meningkatkan Kreativitas pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan”. Skripsi ini merupakan sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan izin penelitian.

2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak Drs. Saliman M.Pd., dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan serta saran sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Sudrajat, M.Pd., narasumber yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.


(9)

ix kelengkapan administrasi skripsi ini.

7. Ibu Martinah M.Pd., Kepala SMP Negeri 3 Pajangan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian

8. Ibu Muntiah S.Si., guru IPS yang telah berkenan membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

9. Siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan yang membantu jalannya penelitian. 10.Keluarga yang telah memberikan semangat dan perhatian dalam penulisan

skripsi ini.

11.Bapak Philipus Siswanta dan Ibu Yovita D Pramusinta yang telah memberikan semangat dan perhatian dalam penulisan skripsi.

12.Sahabat-sahabat Trisna Yulianti, Isnaeni, Fika Dyah, Aryanti dan Beta Kurnia yang selalu memberikan semangat dan masukan dalam penulisan skripsi ini. 13.Teman-teman Pendidikan IPS 2011 B yang telah memberikan masukan dalam

penulisan skripsi ini.

14.Serta pihak lain yang tidak dapat penelitisebutkan satu persatu.

Peneliti berharap agar bantuan yang diberikan dapat menjadi amal baik. Semoga skripsi ini dapat memberiakan manfaat bagi peneliti maupun pembaca

Bantul,16 Maret 2016 Peneliti


(10)

xi

Halaman ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR….. ... DAFTAR ISI…. ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... B.Identifikasi Masalah ... C.Pembatasan Masalah ... D.Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teori ... 1. Kreativitas Siswa pada Pembelajaran... 2. Metode Pembelajaran... 3. Metode Mind Mapping... 4. Metode Problem Solving... 5. Pembelajaran IPS... B.Penelitian yang Relevan ... C.Kerangka Pikir ... D.Hipotesis Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian ... B.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... D.Populasi dan Sampel Penelitian ...

vii viii x xi xiii xiv 1 9 10 10 10 10 12 12 22 26 28 31 32 34 37 38 39 40 40


(11)

xii

H.Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Tempat Penelitian ... 1. Kondisi Fisik SMP Negeri 3 Pajangan ... 2. Kondis Nonfisik SMP Negeri 3 Pajangan ... 3. Prestasi Sekolah ... B.Pelaksanaan Penelitian ... C.Deskripsi Data Penelitian ... D.Pengujian Prasyarat Analisis ... E. Pengujian Hipotesis ... F. Pembahasan Hasil Penelitian ... G.Pokok-pokok Temuan Penelitian ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... B.Implikasi ... C.Keterbatasan Penelitian ... D.Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... 49 50 50 51 53 55 56 71 73 76 80 82 82 83 83 84 87


(12)

xiii

Halaman Tabel 1 Hasil Observasi mengenai Kreativitas Siswa pada Pembelajaran

di Kelas VII SMP Negeri 3 Pajangan ... 5

Tabel 2 Tahap-tahap Metode Problem Solving ... 32

Tabel 3 Desain Penelitian ... 41

Tabel 4 Jumlah Populasi... ... 43

Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS ... 46

Tabel 6 Alternatif Jawaban Skala Likert ... 46

Tabel 7 Kisi-kisis Lembar Observasi Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS ... 47

Tabel 8 Lembar Observasi kegiatan Guru Kelas Eksperimen 1 (Metode Mind Mapping) ... 48

Tabel 9 Kisi-kisi Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen (metode Problem Solving) ... 49

Tabel 10 Hasil Uji Validitas ... 50

Tabel 11 Fasilitas di SMP Negeri 3 Pajangan ... 53

Tabel 12 Keadaan Guru di SMP Negeri 3 Pajangan ... 55

Tabel 13 Jumlah Siswa di SMP Negeri 3 Pajangan ... 55

Tabel 14 Jumlah Pendaftar di SMP Negeri 3 Pajangan selama 3 Tahun Pelajaran 2013/2014 – 2015/2016 ... 56

Tabel 15 Tingkat Nilai Rata-rata Siswa ... 57

Tabel 16 Prestasi SMP Negeri 3 Pajangan di Bidang Akademik ... 57

Tabel 17 Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Kelas Eksperimen ... 59

Tabel 18 Data Observasi Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS ... 60

Tabel 19 Distribusi Frekuensi Observasi 1 Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 1 ... 61

Tabel 20 Dsiribusi Frekuensi Observasi 1 Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 2 ... 62

Tabel 21 Distribusi Frekuensi Observasi 2 Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 1 ... 64

Tabel 22 Dsiribusi Frekuensi Observasi 2 Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 2 ... 65

Tabel 23 Data Hasil Angket Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 2 ... 66

Tabel 24 Distribusi Frekuensi Angket Awal Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 1 ... 67

Tabel 25 Distribusi Frekuensi Angket Awal Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 2 ... 69

Tabel 26 Distribusi Frekuensi Angket Akhir Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 1 ... 70

Tabel 27 Distribusi Frekuensi Angket Akhir Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 2 ... 71

Tabel 28 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen 1 ... 73

Tabel 29 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen 2 ... 73

Tabel 30 Hasil Uji Homogenity of Variance ... 74

Tabel 31 Hasil Analisis Independent t-test Skor Angket Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS ... 76


(13)

xiv

Gambar 1 Aspek Kreativitas Seseorang ... 17 Gambar 2 Bagan Kerangka Pikir Penelitian ... 39 Gambar 3 Diagram Batang Observasi 1 Kreativitas Siswa pada

Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 1 ... 62 Gambar 4 Diagram Batang Observasi 1 Kreativitas Siswa pada

Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 2 ... 63 Gambar 5 Diagram Batang Observasi 2 Kreativitas Siswa pada

Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 1 ... 64 Gambar 6 Diagram Batang Observasi 2 Kreativitas Siswa pada

Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 2 ... 66 Gambar 7 Diagram Batang Angket Awal Kreativitas Siswa pada

Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 1 ... 68 Gambar 8 Diagram Batang Angket Awal Kreativitas Siswa pada

Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 2 ... 69 Gambar 9 Diagram Batang Angket Akhir Kreativitas Siswa pada

Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 1 ... 71 Gambar 10 Diagram Batang Angket Akhir Kreativitas Siswa pada


(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 87

Lampiran 2 Daftar Hadir Siswa ... 107

Lampiran 3 Instrumen Lembar Observasi Krativitas Siswa ... 109

Lampiran 4 Hasil Observasi Krativitas Siswa Pada Kelas Eksperimen 1 ... 113

Lampiran 5 Hasil Observasi Krativitas Siswa Pada Kelas Eksperimen 2 ... 117

Lampiran 6 Frekuensi Observasi Kreativitas Siswa pada Kelas Eksperimen1 121 Lampiran 7 Frekuensi Observasi Kreativitas Siswa pada Kelas Eksperimen2 . 123 Lampiran 8 Hasil Observasi 1 kegiatan Guru pada Kelas Eksperimen 1 ... 125

Lampiran 9 Hasil Observasi 2 kegiatan Guru pada Kelas Eksperimen 1 ... 127

Lampiran 10 Hasil Observasi 1 kegiatan Guru pada Kelas Eksperimen 2 ... 129

Lampiran 11 Hasil Observasi 2 kegiatan Guru pada Kelas Eksperimen 2 ... 131

Lampiran 12 Angket Ujicoba Kreativitas Siswa ... 133

Lampiran 13 Tabulasi Data Angket Ujicoba Kreativitas Siswa ... 139

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 142

Lampiran 15 Angket Penelitian Kreativitas Siswa ... 146

Lampiran 16 Hasil Angket Awal Kelas Eksperimen 1 ... 152

Lampiran 17 Hasil Angket Akhir Kelas Eksperimen 1 ... 154

Lampiran 18 Hasil Angket Awal Kelas Eksperimen 2 ... 156

Lampiran 19 Hasil Angket Akhir Kelas Eksperimen 2 ... 158

Lampiran 20 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 160

Lampiran 21 Frekuensi Data dan Uji Hipotesis ... 161

Lampiran 22 Foto Pelaksanaan Penelitian ... 166


(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kreativitas siswa pada pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Kreativitas siswa pada pembelajaran yang dimaksud seperti siswa yang memiliki dorongan (drive) yang tinggi dalam belajar, memiliki keterlibatan yang tinggi, memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki ketekunan yang tinggi, memiliki kemandirian yang tinggi dalam belajar, tertarik pada hal-hal yang kompleks dalam pelajaran, dan lain-lain (Asrori, 2009: 72).Siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi pada pembelajaran, cenderung memiliki kemandirian yang lebih tinggi dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang kreatif.

Kreativitas peserta didik sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Semakin tinggi krativitas siswa, maka semakin tinggi juga tingkat stimulasi berpikirnya sehingga hal ini akan berdampak pada meningkatnya kegairahan dalam belajar. Meningkatnya kreativitas siswa dalam belajar, maka semakin banyak permasalahan yang dapat terpecahkan pada pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan peserta didik pada pembelajaran sangat mempengaruhi perkembangan perilaku dan pemikirannya dalam proses belajar. Pemahaman materi yang disampaikan oleh guru dapat maksimal apabila peserta didik ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran salah satunya dengan memiliki kreativitas yang tinggi.

Untuk meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran tersebut, terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat atau sesuai sehingga dapat


(16)

merangsang kreativitas siswa dalam belajar. Pemilihan metode yang tepat dapat merasang peserta didik untuk berfikir kreatif. Artinya, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai, dapat menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar. Hal ini memperlihatkan bahwa metode pembelajaran sangat diperlukan dalam proses belajar-mengajar. Metode pembelajaran yang sesuai, siswa akan lebih menyukai mata pelajaran serta materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sementara pembelajaran dengan menggunakan metode yang kurang sesuai seperti metode yang tersentral pada guru, akan membuat peserta didik merasa jenuh, menimbulkan rasa bosan, sikap apatis (tidak mau tahu atau kurang peduli) dalam diri siswa. Metode pembelajaran yang kurang disukai, juga menyebabkan kreativitas siswa dalam belajar pun akan cenderung rendah (Zuhairni, 2007: 110). Bloom seperti dikutip Munandar (2012: 22) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan produk pada level berpikir tertinggi. Dalam teorinya, Bloom menempatkan to create atau berkreasi menjadi bagian penting penyempurnaannya sehingga ranah kognitif tidak diakhiri dengan evaluasi, melainkan kreasi. Mengacu pada teori ini, dapat dikatakan bahwa kreativitas pada pembelajaran merupakan level tertinggi dalam diri siswa untuk menentukan hasil belajarnya.

Hal senada dikemukakan Arief Rachman (2013: 4) selaku praktisi pendidikan bahwa pemilihan metode yang tepat dapat mempermudah pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Selain dapat mempermudah pemahaman materi penggunaan metode juga mampu mengembangkan kreativitasnya pada saat proses pembelajaran. Bertambahnya pemahaman para peserta didik akan meningkatkan kreativitas dan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran. Kreativitas yang dimaksud dalam hal ini bukan dari materi-materi


(17)

kurikulum, tetapi bagaimana guru dalam menyampaikan materi pelajaran menciptakan proses pembelajaran di dalam kelas agar anak didik atau peserta didik senang bertanya, suka meneliti, dan senang menciptakan (Tempo, Kamis, 4 Juli 2013.

Guru berperan menjadikan peserta didik berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki andil besar dalam mengembangkan daya kreativitas siswa melalui proses pembelajaran. Guru dalam hal ini merupakan agen pembelajaran. Guru mempunyai peran pada pembelajaran sebagai fasilitator, motivator, dan memberi inspirasi kepada peserta didik. Pembelajaran berhasil apabila guru mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat dengan mengikutsertakan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Melalui penerapan metode pembelajaran yang tepat, maka akan dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif sehingga membuat peserta didik lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan guru.

Pentingnya peranan guru untuk menumbuhkan kreativitas siswa pada pembelajaran, karena dalam menghasilkan pembelajaran yang kreatif sangat ditentukan dengan pemikiran-pemikiran kreatif yang dimiliki oleh seorang guru. Guru yang kreatif pada umumnya berpeluang lebih mampu mengembangkan siswa menjadi kreatif pada pembelajaran (Porter dan Hernacki, 2012: 30). Hal ini memperlihatkan bahwa langkah awal dalam merangsang terbentuknya sikap kreatif pada diri siswa pada pembelajaran adalah menyiapkan atau menerapkan metode pembelajaran atau desain pembelajaran yang tepat yang mampu memberi kesepatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengeksplorasi sikap-sikap kreatif siswa dalam belajar. Mengembangkan kreativitas siswa pada pembelajaran


(18)

berarti mengembangkan kompetensi memenuhi standar proses atau produk belajar yang selalu terbarukan.

Meskipun guru pada umumnya telah memahami pentingnya perannya sebagai agen pembelajaran, namun dalam praktiknya tidak sedikit guru yang masih menerapkan metode pembelajaran konvensional sebagai andalannya dalam menyampaikan materi. Pengetahuan dan kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga mampu membuat peserta didik ikut terlibat pada pembelajaran masih tergolong rendah. Hal itu ditunjukkan dengan kebanyakan guru masih menggunakan metode konvensional seperti metode ceramah dan menulis yang selama ini masih paling banyak digunakan sehingga membuat peserta didik jenuh mengikuti pembelajaran.

Hasil observasi yang dilakukan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 3 Pajangan pada tanggal 1 September 2015 memperlihatkan bahwa guru masih menerapkan metode konvensional pada pembelajaran yakni metode ceramah dan menulis. Selama pembelajaran berlangsung, dapat dilihat bahwa seluruh pembelajaran masih terfokus pada guru yang menjelaskan, sementara siswa tampak sangat pasif. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran telah dibantu dengan buku paket dan media powerpoint. Akan tetapi, respon atau tanggapan siswa selama pembelajaran sangat rendah. Tampak bahwa kreativitas siswa selama pembelajaran sangat rendah. Dengan menggunakan metode konvensional tersebut, siswa dikondisikan menjadi siswa yang pasif, tidak memiliki keinginan untuk bertanya. Observasi yang dialkukan kembali pada tanggal 8 September 2015 pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Pajangan, juga menunjukkan hasil yang kurang lebih sama dengan obeservasi sebelumnya.


(19)

Rendahnya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran menyebabkan kurangnya kreativitas yang muncul dalam proses pembelajaran. Kreativitas siswa yang masih rendah ditunjukkan dari beberapa hal seperti inisiatif siswa yang rendah, rasa ingin tahu yang rendah, rendahnya pengetahuan baru, keberanian siswa untuk menyatakan pendapat sendiri, takut membuat kesalahan. Kreativitas siswa yang rendah secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Observasi mengenai Kreativitas Siswa pada Pembelajaran di Kelas VII SMP Negeri 3 Pajangan

Kreativitas Siswa

Hasil Observasi

Inisiatif Sebagian besar siswa sangat pasif selama pembelajaran, siswa tidak berusaha bertanya kepada guru, siswa baru menjawab bila ditanya guru

Rasa ingin tahu

Sebagian besar siswa tidak memiliki rasa ingin tahu mengenai materi pelajaran, siswa hanya mengandalkan penjelasan materi pelajaran yang disampaikan guru, keinginan membaca banyak buku rendah

Pengalaman baru

Ketika guru bertanya kembali mengenai materi yang sudah diajarkan dan menurut pemahaman siswa sendiri, sebagian besar siswa hanya diam, tidak memiliki pengalaman baru mengenai materi yang sudah diajarkan.

Kepercayaan terhadap diri sendiri

Ketika memberikan jawaban terhadap pertanyaan guru, siswa kelihatan ragu-ragu terhadap jawabannya, padahal jawaban yang disampaikan ternyata benar, keraguan siswa tersebut membuat siswa jarang bertanya

Berani mengambil risiko

Siswa sebagian besar tidak mau mengambil risiko, atau salah dalam memberi jawaban

Keberanian menyatakan pendapat

Siswa memiliki keberanian yang rendah dalam menyampaikan pendapat di muka umum atau di depan teman-temannya.


(20)

Hasil observasi tersebut memperlihatkan bahwa kreativitas siswa pada pembelajaran yang dilihat dari inisiatif, rasa ingin tahu, pengalaman baru, keperayaan terhadap diri sendiri, keberanian mengambil risiko, dan keberanian menyatakan pendapat tergolong masih rendah. Sehubungan dengan itu, perubahan cara pandang guru terhadap perlunya metode pembelajaran yang tepat menjadi sangat penting. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar karena saat ini telah banyak yang menjadi sumber belajar lain bagi peserta didik seperti internet, buku-buku terbaru yang tersaji di internet, dan lain-lain.

Terkait dengan itu, salah satu hal yang penting dan sangat dibutuhkan peserta didik saat ini adalah penerapan metode pembelajaran yang tepat yang dapat menumbuhkan kreativitas siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Melalui metode pembelajaran yang tepat, daya kreativitas siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) harus dimunculkan sehingga setiap peserta didik memiliki semangat, gairah, dan ide-ide kreatif dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran yang tepat dapat menghindarkan siswa dari rasa jenuh, bosan dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Melalui metode pembelajaran yang tepat juga akan mengkondisikan siswa sebagai pusat atau sentral dari seluruh kegiatan pembelajaran tersebut. Penerapan metode pembelajaran yang tepat akan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk ikut sepenuhnya terlibat pada pembelajaran. Dengan demikian peserta didik dapat mengemukakan ide-ide, pendapat dan peserta didik dapat berfikir secara kreatif. Metode pembelajaran yang mengikut sertakan


(21)

peserta akan lebih menarik, karena peserta didik diajak untuk mengikuti proses pembelajaran, tidak hanya secara mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar menjadi lebih maksimal (Hisyam Zaini, 2008: XIV).

Beberapa metode yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving (pemecahan masalah). Dalam metode pembelajaran Mind Mapping setiap kelompok diminta untuk menuangkan ide-ide dan kemudian mengembangkan kreativitasnya melalui peta konsep. Metode Mind Mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan, seorang Psikolog dari Inggris (Buzan, 2008: 3). Mind Mapping dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung dari cara kerja koneksi-koneksi di dalam otak. Mind Mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Mind Mapping mengembangkan cara berpikir kesegala arah dan berpikir kreatif. Mind Mapping yang sering disebut dengan peta konsep adalah alat berpikir organisasional yang sangat hebat yang juga merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan (Buzan, 2008:4).


(22)

Melalui metode Mind Mapping daya kreativitas peserta didik dapat dirangsang sesuai dengan materi pelajaran yang diterimanya. Konsep kegiatan berpikir ke segala arah seperti yang menjadi esensi dari metode pembelajaran Mind Mapping, maka dorongan atau rangsangan untuk berpikir kreatif dalam diri setiap peserta didik akan terus mengalami peningkatan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan Yumi Hartanti (2012) bahwa penerapan metode Mind Mapping terbukti mampu meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa melalui metode Mind Mapping kreativitas siswa kelas VII C SMP Negeri 4 Wonosari pada pembelajaran IPS meningkat.

Salah satu metode pembelajaran lainnya yang dapat meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran adalah metode Problem Solving (pemecahan masalah). Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan (Syaiful Bahri Djamara, 2006: 103). Melalui metode pembelajaran Problem Solving (pemecahan masalah), peserta didik terlibat aktif dalam kelompok untuk membuat proyek yang nyata.


(23)

Kedua metode pembelajaran ini dapat menumbuhkan dan menggembangkan kreativitas dan berfikir kritis peserta didik. Melalui metode ini, peserta didik dituntut terlibat secara aktif dalam kelompok selama pembelajaran berlangsung. Akan tetapi, penerapan kedua metode pembelajaran ini bisa jadi memiliki keefektifan yang berbeda dalam menumbuhkan kreativitas siswa pada pembelajaran. Terkait dengan itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Perbedaan Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping dan Metode Problem Solving (pemecahan masalah) dalam Meningkatkan Kreativitas pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang diterapkan guru pada pembelajaran IPS selama ini kurang sesuai atau kurang tepat.

2. Metode pembelajaran yang diterapkan guru pada pembelajaran IPS selama ini masih kurang bervariasi.

3. Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat pada pembelajaran IPS selama ini masih rendah.

4. Partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS masih rendah. 5. Interaksi antara guru dan siswa pada pembelajaran IPS masih rendah. 6. Kreativitas siswa pada pembelajaran IPS selama ini masih rendah.


(24)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, batasan masalah dalam penelitian ini yaitu kreativitas siswa yang masih rendah dalam pembelajaran IPS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah “Adakah perbedan efektivitas penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving (pemecahan masalah) dalam meningkatkan kreativitas pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Pajangan?”

E. Tujuan Penelitain

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah

“untuk mengetahui perbedaaan efektifitas penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dan metode Problem Solving (pemecahan masalah) dalam meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Pajangan.”

F. Mafaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi ilmu pengetahuan khusunya pada peningkatan kreativitas peserta didik dalam mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving (pemecahan masalah).


(25)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengalaman wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving (pemecahan masalah) pada pembelajaran IPS guna meningkatkan kreativitas peserta didik.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru IPS dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta mengembangkan keterampilan guru dalam penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving (pemecahan masalah) pada pembelajaran IPS guna meningkatkan kreativitas peserta didik.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong peserta didik terbiasa dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta mengasah kreativitas peserta didik.


(26)

12

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Kreativitas (creativity) diartikan sebagai sebuah daya cipta, kreatif (creative) yang berarti bersifat memiliki daya cipta, kreasi (creation) yang artinya ciptaan, dan kreator (creator) yang artinya pencipta (Shadily, 2010: 98). Sejumlah ahli lainnya memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai kreativitas. Revans (2009: 67) mengartikan kreativitas sebagai keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat perspektif baru, dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran. Santrock (2008: 15) mengartikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memikirkan tentang sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasanya serta untuk mendapatkan solusi-solusi yang unik.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, kreativitas dapat diartikan sebagai suatu pemikiran atau ide kreatif, kemudian melakukan kegiatan kreatif, sehingga tercipta hasil yang kreatif. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru atau relatif baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.


(27)

Menurut pendapat Sandiawan (2009: 67) kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sementara Widayatun (2008: 45) mengartikan kreativitas sebagai suatu kemampuan untuk memecahkan masalah yang memberikan individu mampu menciptakan ide-ide asli adaptif untuk berkembang.

Mengacu pada pengertian tersebut, kreativitas siswa pada pembelajaran dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam menciptakan ide-ide baru atau relatif baru, baik berupa gagasan berkaitan dengan pembelajaran. Kreativitas siswa pada pembelajaran mencakup kemampuan siswa dalam menemukan berbagai cara atau solusi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran.

b. Ciri-ciri siswa Kreatif

Siswa kreatif pada pembelajaran ditunjukkan dari berbagai hal yang dimiliki terutama selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa ahli mengemukakan ciri-ciri siswa kreatif pada pembelajaran. Asrori (2009: 89) mengemukakan bahwa siswa kreatif memiliki beberapa ciri diantaranya 1) Memiliki daya imajinasi yang kuat

2) Memiliki inisiatif

3) Memiliki minat yang luas

4) Bebas dalam berpikir (tidak kaku atau terhambat) 5) Bersifat ingin tahu


(28)

7) Percaya pada diri sendiri

8) Berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan)

9) Berani menyatakan pendapat meskipun mendapat kritik dan berani mempertahankannya.

Sementara menurut Guilford (dalam Kuncoro, 2012: 94) ciri-ciri siswa kreatif dapat dilihat dari aspek berpikir, dan aspek dorongan atau motivasi. Aspek berpikir kreatif ditunjukkan oleh sifat-sifat kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan penguraian (elaboration). Sementara aspek dorongan atau motivasi ditunjukkan oleh sifat-sifat karakter, seperti sikap, percaya diri, tidak konversional.

Menurut Semiawan (2008: 212) beberapa ciri siswa kreatif pada pembelajaran ditunjukkan beberapa hal, seperti: siswa mampu berkonsentrasi, memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang kompleks , memiliki rasa ingin tahu, memiliki keinginan untuk selalu berbagi ide, selalu berusaha memperbaiki kekacauan atau ketidakteraturan.

c. Aspek-aspek Kreativitas

Sejumlah ahli mengemukakan aspek-aspek kreativitas siswa pada pembelajaran. DeGraff dan Khaterine (2010: 79) mengemukakan terdapat empat aspek kreativitas siswa yakni:

1) Imajinatif (imagine)

Imajinatif (imagine) merupakan salah satu aspek dari kreativitas siswa. Individu imajinatif mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru, membangun pelayanan baru,


(29)

memecahkan masalah dengan cara-cara baru. Potensinya akan berkembang jika didukung dengan kultur lingkungan yang menghargai dengan baik percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide baru, bahkan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya (DeGraff dan Khaterine, 2010: 79).

Individu imajinatif (imagine) memiliki kompetensi dalam mengembangkan kreativitas bersumber dari daya imajinasinya. Setiap individu memiliki kemampuan menghayal, namun individu imajinatif mampu mewujudkan hayalannya dalam ide dan karya yang unik. hasil akhir dari hayalnya adalah berkarya (DeGraff dan Khaterine, 2010: 79). 2) Penanam modal(invest)

Profil individu penanam modal (invest) menunjukkan daya kompetisi yang kuat, memiliki kesungguhan dalam berjuang serta intensif dalam mewujudkan keunggulan. Tipe pribadi ini berani kalah dan siap menang dan siap menanggung resiko. Kepribadian investor mengembangkan kreasi dengan cepat sebelum kopetitor dapat melakukannya. Pribadi yang cerdas dan pekerja keras, pikirannya fokus pada kebaikan yang yang akan diraihnya. Karena itu ia memiliki motivasi yang kuat untuk mewujudkan keberhasilan. Kelebihannya ditunjukkan dengan kemampuan merespon dengan cepat tiap perubahan (DeGraff dan Khaterine, 2010: 82).


(30)

3) Pembaharu (improve)

Profil individu pembaharu (improve)ditandai dengan karakter yang kreativitasnya yang tak pernah surut. Aktivitas meniru sesuatu yang ada, memodifikasi, dan menyempurnakannya dan merekayasa sesuatu menjadi baru atau lebih baik, hingga membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Profil individu pembaharu, seperti julukannya, memiliki karakter sangat kompleks, tak pernah kehabisan ide, pejuang sejati, dan selalu berusaha keras tidak gagal (DeGraff dan Khaterine, 2010: 85).

Keunggulannya bemodalkan keunggulan berpikir yang sistematik, berhati-hati, dan selalu memperbaharui idenya dengan cepat serta dapat menapilkannya sebagai ide dan karya nyata. Orang seperti ini akan bekembang optimal jika tumbuh pada kultur yang berorientasi pada masa depan, fokus pada rencana, mengkreasi sistem dan proses, Lebih dari itu, konsisten terhadap standar dan peraturan yang dijadikan dasar pijakan.

4) Pengeram (incubate)

Profil pengeram (incubate) adalah orang yang mematangkan atau mengeram ide-ide inovatif dalam dirinya sebelum gagasan direalisasikan. Karakter pribadinya selalu mendapat tempat dalam kegiatan belajarnya maupun dalam pekerjaannya (DeGraff dan Khaterine, 2010: 86). Profil penggagas memiliki komitmen yang kuat


(31)

terhadap komunitasnya, fokus membangun kekuatan yang menghargai ide bersama, menjunjung kebersamaan dan efektif berkomunikasi. Kekuatannya didukung pula dengan kebiasaannya tak pernah berhenti belajar, tumbuh kuat dalam kebersamaan, kompeten dalam membangun dukungan, memahami bagaimana belajar dan membangun kekuatan, memahami baik situasi dan kondisi, dan memilih tindakan yang tepat tanpa harus menunggu keputusan yang terlalu lama (DeGraff dan Khaterine, 2010: 86).

Keempat aspek kreativitas siswa pada pembelajaran ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Aspek Kreativitas Seseorang


(32)

Berdasarkan Gambar 1 tersebut, aspek kreativitas individu dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Imajinatif (imagine) aspek kreativitas yang mementingkan pencapain tujuan inovasi dan pertumbuhan. Karakter siswa yang memiliki aspek imajinatif adalah generalis, senang bereksplorasi, menyukai perubahan, dan menyukai keragaman.

2) Penanam Modal (invest) aspek kreativitas yang mementingkan kecepatan dan keuntungan. Karakter siswa yang memiliki aspek penanaman modal adalah berorientasi pada kinerja, mengandalkan daya pikir, disiplin, dan menyukai tantangan.

3) Pembaharu (improve), aspek kreativitas yang mementingkan kualitas dan optimalisasi. Karakter sistematik, menyukai teknik, praktis, dan memiliki perhatian terhadap proses.

4) Penggagas (Incubate), aspek kreativitas yang mementingkan peran minat dan keluasan ide-ide. Karakter siswa yang memiliki penggagas yang menyukai saluran ide, berorientasi pada kekuatan komunikasi, bersifat komunikatif dan menyukai belajar.

Kreativitas siswa pada pembelajaran ditunjukkan dari aspek imajinatif, invest, improve, dan incubate yang dimiliki individu siswa. Pembelajaran kreatif membuat siswa mengembangkan kreativitasnya. Itu berarti bahwa pembelajaran kreatif itu membuat siswa aktif membangkitkan kreativitasnya sendiri. Mengembangkan kreativitas siswa pada pembelajaran berarti mengembangkan kompetensi


(33)

memenuhi standar proses atau produk belajar yang selalu terbarukan. Keempat aspek kreativitas yakni imajinatif, invest, improve, dan incubate membuat siswa menjadi kreatif pada pembelajaran.

d. Tahap-tahap Kreativitas

Semiawan (2008: 79) mengemukakan terdapat empat tahapan kreativitas siswa pada pembelajaran. Keempat tahap tersebut seperti berikut:

1) Tahap persiapan (preparation)

Tahap persiapan (preparation) merupakan tahap pertama dimana pada tahap ini ide datang dan timbul dari berbagai kemungkinan. Namun biasanya ide itu berlangsung dengan hadirnya suatu keterampilan, keahlian, atau ilmu pengetahuan tertentu sebagai latar belakang atau sumber dari mana ide itu lahir (Semiawan, 2008: 80).

2) Tahap inkubasi (incubation)

Tahap inkubasi (incubation) yakni tahap kedua dimana dalam pengembangan kreativitas pada tahap ini diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide yang timbul. Berbagai teknik dalam menyegarkan dan meningkatkan kesadaran itu, seperti meditasi, latihan peningkatan kreativitas, dapat dilangsungkan untuk memudahkan “perembetan”, perluasan, dan pendalaman ide (Semiawan, 2008: 80).


(34)

Tahap iluminasi (illumination) yaitu tahap ketiga dimana pada tahap ini terjadi komunikasi terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan bagi penemu, sehingga hasil yang telah dicapai dapat lebih disempurnakan lagi (Semiawan, 2008: 80).

4) Tahap verifikasi (verification)

Tahap verifikasi (verification) merupakan tahap akhir dari proses ini. Dimensi dari perwujudan karya kreatif untuk diteruskan kepada masyarakat yang lebih luas setelah perbaikan dan penyempurnaan terhadap karyanya berlangsung (Semiawan, 2008: 84).

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Menurut Mulyasa (2009: 123) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas siswa pada pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Metode pembelajaran

Metode pembelajaran yang diterapkan guru merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas siswa pada pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kreativitas, keterlibatan, interaksi siswa pada pembelajaran. Sehubungan dengan itu, Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang desain pembelajaran yang berpotensi mengembangkan kreatifitas siswa adalah sebagai berikut:

a) proses pembelajaran dirancang untuk membangun pengalaman belajar yang baru bagi siswa.

b) proses pembelajaran dirancang agar siswa memperoleh informasi terbaru.


(35)

c) proses belajar dirancang sehingga siswa dapat mengembangkan pikiran atau ide-ide baru.

d) proses belajar dapat mengasilkan produk belajar yang berbeda dari produk sebelumnya.

e) produk belajar diekspersikan dan dikomunikasi melalui media yang kreatif.

2) Pembelajaran yang berpusat pada siswa

Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat meningkatkan kreativitas siswa. Kreatifitas siswa akan lebih terasah jika guru senantiasa membiasakan siswa lebih aktif menggali informasi dan membangun pemahamannya sendiri dari sumber-sumber belajar yang telah disiapkan, baik secara mandiri maupun secara kelompok. Sebaliknya, jika setiap informasi yang dipelajari semuanya tersampaikan oleh paparan ceramah guru di depan kelas maka niscaya akan sulit mengembangkan sikap kreatif pada diri siswa.

3) Memperbanyak diskusi

Memperbanyak upaya penggalian gagasan dari siswa melalui kegiatan diskusi atau tanya jawab dengan tujuan membiasakan dan melatih keberanian siswa mengeksplor lebih banyak lagi ide, gagasan atau pemahaman siswa tentang suatu konsep atau materi.

4) Belajar kelompok

Membiasakan aktifitas siswa belajar dalam kelompok untuk membuka kesempatan interaksi yang lebih banyak di antara siswa sehingga peluang penemuan gagasan baru lebih terbuka. Dalam


(36)

interaksi antar individu, kadangkala terjadi upaya saling melengkapi sehingga alur pemikiran siswa dapat berkembang.

5) Memfasilitasi siswa belajar menggunakan bahan mentah

Memfasilitasi siswa belajar dan bekerja dengan memanfaatkan berbagai bahan mentah dan mengurangi penggunaan media jadi. Tujuannya membelajarkan kemandirian pada diri siswa untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri dan menghasilkan produk belajar yang beragam

6) Membiasakan menggunakan pembelajaran alternatif

Membiasakan siswa menggunakan media pembelajaran alternatif dan beragam. Dalam hal ini dibutuhkan kreatifitas guru dalam menciptakan media-media alternatif. Langkah ini bertujuan memberikan gambaran sebuah kreatifitas memiliki nilai dan manfaat. 7) Membudayakan memberi penghargaan

Mebiasakan memberikan penghargaan pada setiap ide, gagasan, dan karya-karya yang dihasilkan oleh siswa bagaimanapun buruknya. Sebab hal tersebut dapat terus memacu keberlangsungan daya cipta siswa dalam waktu yang panjang.

2. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Pembelajaran terdiri dari dua karakter yakni karakter pertama belajar yang memiliki arti mengakumulasikan pengetahuan. Karakter kedua adalah mempraktikkan terus-menerus (Arends, 2008: 81). Dari kedua karakter yakni belajar dan mempraktikkan terus-menerus,


(37)

pembelajaran memiliki arti penguasaan cara pengembangan diri (Senge et.al, 2012: 60-61). Senge et.al (2012: 59) mendefinisikan pembelajaran merupakan pengujian pengalaman secara terus-menerus dan pengubahan pengalaman itu menjadi pengetahuan yang dapat diakses oleh seluruh anggota organisasi, dan relevan dengan tujuan utamanya.

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Menurut Surya (2004: 24) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara menurut Knirk dan Gustafson (2005: 67) pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seorang siswa untuk mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

Dalam Undang-Undang SISDIKNAS Tahun 2003 dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar, yang telah dirancang oleh guru dalam sebuah proses interaksi yang sistematis untuk membantu seseorang dalam mempelajari suatu hal baru di dalam suatu lingkungan (Sardiman, 2006:


(38)

69). Pada pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televisi, atau media lainnya (Dhajiri, 2005: 56). Pengertian tersebut memperlihatkan bahwa ciri utama pembelajaran adalah meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa. Hal ini menunjukkan unsur kesengajaan dari pihak di luar individu yang melakukan proses belajar (Kusnin, 2008: 2).

Menurut Suprijono (2009: 23) pembelajaran menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih menekankan pada tumbuhnya kebutuhan peserta didik terhadap kesadaran dalam memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya. Peserta atau siswa pada pembelajaran ditempatkan sebagai pusat perhatian, siswa memiliki kesadaran betapa pentingnya menjalin sebuah hubungan yang timbalbalik dengan lingkungan dan hal tersebut merupakan sebuah kebutuhan dalam rangka meningkatkan potensi yang dimikinya (Suprijono, 2009: 23).

Hakekat pembelajaran yaitu membekali siswa untuk bisa hidup mandiri kelak setelah dirinya dewasa tanpa tergantung pada orang lain, karena dirinya telah memiliki kompetensi, kecakapan hidup (Suyatno, 2009: 123). Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya sampai mengetahui dan memahami. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu sama lain.


(39)

Komponen tersebut meliputi tujuan/kompetensi, materi, metode, dan evaluasi (Suherman, 2008: 2).

Metode merupakan salah satu yang penting diperhatikan guru pada pembelajaran (Rusman, 2008: 1). Untuk melakukan proses belajar-mengajar perlu dipikirkan metode yang tepat karena dengan menggunakan metode yang tepat maka pembelajaran itu akan berhasil (Adi, 2010: 75). Hal senada juga dikemukakan Jamalus (2011: 28), bahwa “dalam proses belajar-mengajar ada beberapa komponen yang memegang peranan, yaitu guru, siswa, tujuan, materi, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran serta evaluasi.” Kesesuaian antara metode dan materi pelajaran sangat terkait karena akan dapat mempermudah atau memperlancar penerimaan materi bila metode yang dipilih sesuai dengan materi yang sedang diajarkan.

Menurut Jamalus (2011: 30) metode pembelajaran dalam proses belajar-mengajar adalah “seperangkat upaya yang direncanakan dan disusun dengan tujuan menciptakan suasana belajar-mengajar yang saling menguntungkan”. Pendapat ini didukung oleh Moeslichatoen (2009: 7) bahwa “metode merupakan bagian dari strategi kegiatan”, sehingga yang dimaksud dengan metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran ialah cara kerja yang bersistem dan direncanakan serta disusun guna mencapai tujuan pembelajaran yang saling menguntungkan dalam proses belajar-mengajar.


(40)

3. Metode Mind Mapping

a. Pengertian Metode Mind Mapping

Tony Buzan dalam bukunya berjudul Buku Pintar Mind Mapping (2008) tidak menyatakan pengertian Mind Mapping secara jelas, namun Mind Mapping dihasilkan dari Asosiasi Basic Ordering Ideas (BOIs) dan kategori yang semuanya dihasilkan dari keterampilan kulit otak (Tony Buzan, 2008: 123-124). Dalam bentuk yang sederhana, suatu peta konsep (Mind Mapping) hanya terdiri dari dua konsep yang dihubungkan dengan kata penghubung untuk membentuk proposisi. Proposisi merupakan dua kata atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit sistematik (Slameto, 2010: 123). Sehingga dalam menyusun peta konsep selalu menggunakan kata penghubung sebagai pembentukan proporsisi yang akan memberikan makna hubungan antar konsep terebut.

Mind mapping dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya, sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung dari cara kerja koneksi-koneksi di dalam otak. Mind mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Mind mapping mengembangkan cara berpikir divergen dan berpikir kreatif. Mind mapping yang sering disebut dengan peta konsep adalah alat berpikir organisasional yang sangat hebat yang juga merupakan cara termudah untuk menempatkan


(41)

informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan (Tony Buzan, 2008: 4).

Menurut Tony Buzan (2009: 78), Mind Mapping dapat membantu siswa untuk banyak hal seperti : merencanakan, berkomunikasi, menjadi lebih kreatif, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan baik, belajar lebih cepat dan efisien serta melatih gambar keseluruhan.

b. Kelebihan metode Mind Mapping

Kelebihan metode Mind Mapping menurut Tony Buzan (2009: 8), terdapat beberapa kelebihan saat menggunakan mind mapping pada pembelajaran yaitu:

1) Mind Mapping merupakan cara yang cepat digunakan

2) Mind mapping dapat digunakan utuk mengorganisasi ide-ide yang muncul dikepala peserta didik

3) Proses menggambar diagram pada hasil mind mapping bisa memunculkan ide-ide yang lain

4) Diagram mind mapping yang sudah terbentuk bisa menjadi paduan untuk menulis

Alat berpikir yang mengasikkkan karena membantu berpikir dua kali lebih, dua kali lebih cepat, dua kali lebih jernih, dan dengan lebih menyenangkan.

c. Langkah-Langkah Metode Mind Mapping

Langkah membuat mind mapping berdasarkan buku pintar Mind mapping (Tony Buzan, 2005: 15-19) menjelaskan sebagai berikut:


(42)

1) Mulai dari tengah dengan kertas kosong yang pasangannya diletakkan mendatar.

2) Pergunakan gambar /foto untuk ide sentarl. 3) Pergunakan warna.

4) Menghubungkan cabang utama ke gambar pusat dan menghubungkan cabang antar tingkat dan seterusnya.

5) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. 6) Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis

7) Menggunakan gambar.

4. Metode Problem Solving

a. Pengerian Metode Problem Solving

Menurut Buchari Alma (2008: 155) metode pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Nana Sudjana dan Wari Suwariyah (2011: 67) menjelaskan bahwa “metode mengajar pemecahan masalah merupakan metode mengajar yana memiliki aktivitas yang sangat tinggi, dan metode ini sangat tepat untuk mengajarkan sebuah konsep dan prinsip.” Gulo (2012: 113) menjelaskan bahwa “Strategi pemecahan masalah adalah strategi pembelajaran yang


(43)

merupakan sebuah proses pemikiran dan mencari jalan keluar bagi sebuah permasalahan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulan bahwa pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah sebuah kegiatan pembelajaran dimana proses pembelajarannya diawali dengan pemaparan masalah-masalah oleh guru yang berkaitan. Menurut Munandar. 2012: 126) Problem Solving memberikan beberapa manfaat yakni: Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan mandiri, Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah, Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif , Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok.

b. Keunggulan Metode Problem Solving

Menurut Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah (2012: 104) kelebihan problem solving adalah sebagai berikut:

1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan, khususnya dunia kerja

2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat menbiasakan diri para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil,


(44)

apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga dan bekerja kelak, kelebihan yang bermakna bagi kehidupan manusia. 3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa

secara aktif, kreatif, dan menyeluruh, karena dalam proses belajaranya siswa banyak melakukan aktivitas mental dengan menyoroti permasalahan berbagai segi dalam rangka mencari permasalahannya. c. Kekurangan dalam Metode Pembelajaran Problem Solving

Menurut Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah (2012: 104) yang menjadi kekurangan dari metode problem solving adalah sebagai berikut: 1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan

tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berfikir anak.

2) Proses belajar mengajar dengan metode ini sering memerlukan waktu yang banyak sehingga terpaksa mengambil waktu pembelajaran lain. 3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima

informasi dari guru menjadi belajar berfikir memecahkan masalah sendiri atau kelompok, yang kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupkan kesulitan tersendiri bagi siswa.


(45)

d. Langkah-Langkah Metode Problem Solving

Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Jhon Dawey seperti yang dikutip Gulo (2012: 115) meliputi beberapa tahapan sebagai berikut: Tabel 2. Tahap-tahap Metode Problem Solving

Tahap- tahap Kemampuan yang diperlukan 1. Perumusan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas

2. Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut

3. Merumuskan hipotesis

Berimajinasi dan menghayati ruanglingkup, sebab akibat dan alternatif pemecahan masalah.

4. Mengumpulkan, mengelompokkan data sebagai bukti hipotesis

Kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam bentuk diagram, tabel

5. Pembuktian hipotesis

Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubungkan dan menghitung, keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan

6. Menentukan pilihan penyelesaian

Kelengkapan membuat alternatif penyelesaian, kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

Sumber : John Dawey dalam Gulo (2012: 115)

5. Pembelajaran IPS

Menurut Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merpakan integrasi dari beberapa cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial.

Adapun menurut Supardi (2010: 8), IPS adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan tingkat sekolah, yang dikembangkan secara terintegrasi dengan mengambil konsep-konsep insensial dari ilmu-ilmu humaniora.


(46)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, menjelaskan bahwa pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Keterpaduan ini dimaksudkan agar peserta didik lebih paham dan dapat memaknai pelajaran dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga terwujud warga negara yang baik.

IPS menurut National Council for Social studies (NCSS) dalam Sapriya (2011: 10) juga menyebutkan:

“Social studies are the integrated study of the social scienced and

humanities to promote civic competence.within the school program, social study drawing upon such disciplines as antropology, archaelogy, economic, geography, history, law, philosophy, political science,, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from

the humanities, mathematics, and the natural sciences”.

Pengertian IPS menurut NCSS tersebut pada intinya menjelaskan bahwa pendidikan IPS merupakan integrasi dari ilmu sosial dan humaniora meliputi disiplin ilmu sosial, antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, psikologi, politik, agama, dan lain-lain yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi masyarakat.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai efektivitas penggunaan metode Mind Mapping dan metode Problem Solving sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti terdahulu seperti diuraikan berikut.

1. Penelitian Septiaji Adi Nugroho (2013) dengan judul “Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Minat Belajar dan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Kelas XI IPS I SMA N 2 Wonosari Tahun Ajaran


(47)

2012/2013”. Penelitian ini ditulis dalam Jurnal Penelitian Pendidikan, II, edisi I, Tahun 2013, hal 1-8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan minat belajar dan kreativitas pada setiap siklusnya.

Dalam kesimpulan kajian teori pada penelitian dijelaskan Mind Mapping dapat meningkatkan kreativitas siswa. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Septiaji Nugroho. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa metode Mind Mapping meningkatkan aktivitas siswa pada siklus I presentase kreativitas siswa 32,25% dan prestasi minat belajar 22,58% untuk rata-rata belajar kelas mencapai 66,03% dan rata-rata kreativitas kelas 70,90%. Pada siklus II kreativitas meningkat menjadi 58,08% dan minat belajar siswa meningkat menjadi 58,06% rata-rata kreativitas kelas 75,03 dan rata-rata minat belajar kelas mencapai 75,06. Pada siklus III kreativitas siswa meningkat menjadi 83,87% dan minat belajar siswa mencapai 80,64% dan rata-rata kreativitas kelas 77,32 dan rata-rata minat belajar kelas 77,29. Melihat hal tersebut penelitian yang dilakukan oleh Septiaji Adi Nugroho ini mendukung penelitian yang akan dilakukan karena menunjuk bahwa metode Mind Mapping dapat meningkatkan kreativitas siswa dan keberlngsungan penelitian ini.

2. Penelitian Kholishotul Laili (2013) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas VIIA Tahun Ajaran 2012/2013 di SMP N 2 Sewon. Penelitian ini ditulis dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Social Studies II, edisi I, Tahun 2013, hal 1-8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas pada setiap siklusnya. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kreativitas siswa pada setiap siklusnya. Mulai dari siklus I sampai ke siklus III yakni pada siklus I rata-rata indikator


(48)

kreativitasnya hanya sebesar 74,07% naik menjadi 77,31% dengan aspek mencari pengalaman baru yang semula hanya dilakukan oleh 19 orang siswa naik menjadi 22 siswa yang melakukan di siklus ke II, dan mengalami peningkatan hingga 90,03% disiklus ke III dengan aspek berani mengambil resiko yang semula hanya dilakukan oleh 16 siswa naik menjadi 24 siswa di siklus ke III. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kreativitas siswa. Melihat hal tersebut penelitian yang dilakukan Kholishotul Laili sangat mendukung keberlangsungan untuk penelitian ini.

C. Kerangka Pikir

Metode pembelajaran yang masih konvensial dan kreativitas siswa yang masih sangat rendah, hal ini merupakan tanggung jawab seorang guru dalam bidang pendidikan. Seorang guru sangat berperan dalam proses pembelajaran dan membantu peserta didiknya untuk mengembangkan kreativitas. Namun yang terjadi pada kenyataanya guru belum mampu berperan sepenuhnya dalam meningkatkan kreativitas peserta didiknya. Metode yang diberikan kepada pesera didik masih metode konvensiaonal, sehingga kurang bervariasi pada pembelajaran yang mengakibatkan jenuhnya para pesera didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Keadaan seperti di atas juga terjadi di kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan. Pembelajaran yang masih didominasi oleh guru, selain itu metode yang digunakan saat proses belajar mengajar juga kurang bervariasi dengan ceramah yang mengakibatkan peserta didik kurang terlibat pada pembelajaran. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi kreativitas peserta didik, karena peserta didik tidak bisa


(49)

mengeluarkan ide-ide mereka. Disamping peserta didik tidak bisa mengemukakan ide maupun pendapat mereka, yang mengakibatkan peserta didik tidak terbisa untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi yang tepat. Dengan kondisi seperti ini perlu dicari solusi yang tepat untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat pada pembelajaran IPS untuk membantu meningkatkan kreativitas peserta didik.

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kreativitas peserta didik, seperti metode Mind Mapping dan ProblemSolving yang diharapkan bisa meningkatkan kreativitas peserta didik. Upaya yang dapat meningkatkan kreativtas peserta didik dapat dilakukan dengan penggunaan metode pembelajaran Mind Mapping dan Problem Solving. Dalam Mind Mapping peserta didik dituntut untuk berkreasi dan menciptakan ide-ide yang kemudian dituangkan dalam sebuah konsep bergambar. Sementara dengan Pemecahan Masalah peserta didik dihadapkan pada sebuah masalahan sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengetahui pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam aktivitas secara nyata.


(50)

Berdasarkan pejelasan tersebut, kerangaka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.


(51)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir penelitian, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang signifikan antara kreativitas siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan yang menggunakan metode problem solving dibandingkan dengan menggunakan metode mind mapping.

2. Metode Problem Solving efektif terhadap kreativitas siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan dibandingkan dengan metode Mind Mapping


(52)

38

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian ini dikatakan semu karena penelitian tidak mengontrol semua variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas metode Mind Mapping dan Pemecahan Masalah dalam meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan.

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan Randomized Subject, Pretest-Posttest Group Design.

Tabel 3. Desain Penelitian

Kelompok Awal Perlakuan

(Treatment)

Akhir

KE1 Y1 Ta Y2

KE2 Y1 Tb Y2

Sumber: Ali Akbar, 2011: 58 Keterangan:

KE1 = Kelas Eksperimen 1 KE2 = Kelas Eksperimen 2

Y1 = Pemberian angket dan observasi awal Ta = Perlakuan dengan metode Mind Mapping Tb = Perlakuan dengan metode Problem Solving Y2 = Pemberian angket dan observasi akhir


(53)

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kreativitas siswa

Kreativitas siswa pada pembelajaran adalah segala upaya dan tindakan yang dilakukan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan yang ditunjukkan dalam empat aspek yakni: imagine, invest, improve, dan incubate selama pada pembelajaran IPS berlangsung.

2. Penggunaan Metode Mind Mapping

Metode Mind Mapping adalah penerapan metode pembelajaran pada mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan dengan cara cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut pandang pelajaran yang dapat membantu siswa untuk banyak hal seperti: merencanakan, berkomunikasi, menjadi lebih kreatif, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan baik, belajar lebih cepat dan efisien serta melatih gambar keseluruhan terkait dengan materi pelajaran IPS yang diterima.

3. Penggunaan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode problem solving adalah penerapan metode pembelajaran yakni penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama pada mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan


(54)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Pajangan. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena di sekolah ini metode pembelajaran yang digunakan untuk mata pelajaran IPS masih belum bervariasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 yang diawali dengan penyusunan proposal skripsi kemudian, pada bulan November 2015 dilakukan penelitian di sekolah. D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Pajangan tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari empat (4) kelas paralel dengan jumlah 122 orang siswa, setiap kelas terdiri dari 30 siswa.

Tabel 3. Jumlah Populasi

Kelas Jumlah siswa

VIII A 32

VIII B 30

VIII C 30

VIII D 30

Jumlah 122

2. Sampel

Sampel penelitian ini diambil dari sebagian populasi yang terdiri dari peserta didik kelas VIII SMP N 3 Pajangan pada tahun ajaran 2015/2016 yakni kelas VIII C dan VIII D SMP N 3 Pajangan dengan jumlah 60 siswa. Penentuan sampel penelitian didasarkan secara sederhana dengan memilih salah dua kelas yang memiliki kendala dalam pembelajaran IPS, penentuan kelas juga sesuai pertimbangan guru pengampu mata pelajaran IPS kelas VIII.


(55)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan dalam suatu penelitian untuk mendapatkan keterangan yang berhubungan dengan penelitian untuk memperoleh data. Pengumpulan data merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010 : 265-266). Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kreativitas siswa sebelum diberi perlakukan dan kreativitas siswa setelah diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah metode Mind Mapping untuk kelas eksperimen1 dan metode Problem Solving untuk kelas eksperimen 2.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2010:199). Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui terlaksananya pembelajaran. Dilakukan dengan observasi kreativitas siswa pada pembelajaran IPS baik menggunakan metode Mind Mapping maupun metode Problem Solving. Observasi juga dilakukan kepada guru mengenai langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru baik menggunakan metode Mind Mapping maupun metode Problem Solving. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu 2 (dua) orang observer yang sudah dipilih dan ditentukan oleh peneliti sendiri. Pengambilan data dari lembar observasi


(56)

dilakukan pada saat penerapan perlakuan baik di kelas eksperimen 1 maupun di kelas eksperimen 2. Hasil observasi siswa digunakan sebagai data utama melihat kreativitas siswa pada pembelajaran IPS.

2. Angket

Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara membagikan angket secara langsung kepada responden penelitian. Angket dalam penelitian ini merupakan sejumlah pernyataan tertulis yang diberikan kepada siswa untuk memperoleh sejumlah informasi tentang kreativitas siswa pada pembelajaran IPS. Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kreativitas siswa pada pembelajaran IPS berlangsung. Hasil angket sebagai data pendukung kreativitas awal dan akhir siswa pada pembelajaran IPS.

F. Instrumen Penelitian 1. Lembar Angket

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2010: 203). Angket merupakan alat penelitian untuk mengumpulkan data pokok dengan cara membagikan daftar pernyataan kepada responden. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah berupa angket tertutup baik kepada siswa di kelompok eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 dalam rangka mengetahui kreativitas siswa pada pembelajaran IPS.


(57)

Angket tersebut disusun sesuai dengan dimensi-dimensi dari variabel penelitian dengan menggunakan skala Likert (Sugiyono, 2012: 199). Kuesioner disusun dengan menggunakan Skala Likert dengan 5 alternatif jawaban. Adapun kisi-kisi dari instrumen penelitian kreativitas siswa pada pembelajaran IPS secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen kreativitas siswa pada Pembelajaran IPS

Variabel Aspek Nomor Item Jumlah

Item

Kreativitas siswa pada pembelajar

an IPS

Imajinatif (imagine): inovasi dan pertumbuhan

1,2*,3,4,5,6,7 7 Penanaman modal (invest):

Kecepatan dan keuntungan

8,9,10,11,12,13,14* 7 Pembaharu (improve): kualitas

dan optimalisasi

15,16,17,18,19*,20,21 7 Penggagas (incube): minat dan

keluasan ide-ide

22*,23,24,25,26*,27, 28, 29*,30,31,32,33

12

Jumlah 33 33

Keterangan: *Pernyataan negatif

Dalam angket dibuat pernyataan sesuai dengan kisi-kisi tersebut dengan memberikan tanda checklist (√) untuk pernyataan yang sesuai. Skala penskoran tiap butir angket kreativitas siswa pada pembelajaran IPS dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Alternatif Jawaban Skala Likert

No Alternatif Jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1 Sangat Setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4

5 Sangat Tidak Setuju 1 5


(58)

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi kreativitas siswa pada pembelajaran IPS dan keterlaksanaan pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru selama kegiatan belajar-mengajar. Penilaian lembar observasi kreativitas siswa pada

pembelajaran IPS dilakukan dengan memberikan alternatif pilihan ”Ya” atau ”Tidak”. Pada jawaban ”Ya” diberi skor 1 (satu) dan pada jawaban ”Tidak”

diberi skor 0 (nol). Kisi-kisi lembar observasi kreativitas siswa dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Observasi Kreativitas Siswa pada Pembelajaran IPS

No Indikator Butir Kendali

1 Inovasi ide-ide 1,2,3

2 Pertumbuhan dalam berpikir 4,5,6,7

3 Kecepatan merespon 8,9,10,11

4 Keuntungan atau manfaat pembelajaran 12,13,14

5 Kualitas pemahaman 15,16,17,18

6 Optimalisasi pembelajaran siswa 19,20,21 7 Minat atau ketertarikan belajar siswa 22,23,24,25,26,27 8 Keluasan ide-ide siswa 28, 29,30,31,32,33

Selain kisi-kisi lembar observasi kreativitas siswa, juga disajikan kisi-kisi lembar observasi kegiatan guru kelas eksperimen 1 (Metode Mind Mapping) seperti pada Tabel 8.


(59)

Tabel 8. Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen 1 (Metode Mind Mapping)

No Aspek Indikator Butir

Kendali

1 Pendah

uluan

Membuka pelajaran (salam, doa, presensi) 1,2 Melakukan apersepsi dan memberikan motivasi 3,4 Guru menyiapkan materi yang akan diberikan 5 Guru menyiapkan perlengkapan (alat-alat dan

bahan) yang akan digunakan

6 Guru menarik perhatian siswa dengan media

Mind Mapping yang disediakan

7 Guru melibatkan siswa aktif pada pembelajaran 8 Guru menjelaskan langkah-langkah membuat

Mind Mapping dengan jelas dan mudah dipahami siswa

9

2 Kegiata n Inti

Guru membimbing dan membantu siswa untuk mengikuti 7 langkah dalam pembuatan Mind Mapping:

a. Mulai dari tengah dengan kertas kosong yang pasangannya diletakkan mendatar.

10

b. Pergunakan gambar /foto untuk ide sentarl. 11

c. Pergunakan warna. 12

d. Menghubungkan cabang utama ke gambar pusat dan menghubungkan cabang antar tingkat dan seterusnya.

13

e. Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.

14

f. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis

15

g. Menggunakan gambar 16

3 Penutup Guru mereview pembelajaran yang telah disampaikan

17

Sementara kisi-kisis lembar observasi kegiatan guru kelas eksperimen 2 (metode Problem Solving) dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9.


(60)

Tabel 9. Kisi-kisi Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen 2 (metode Problem Solving)

No Aspek Indikator Butir

Kendali 1 Pendahulua

n

Membuka pelajaran (salam, doa, presensi) 1,2 Melakukan apersepsi dan memberikan motivasi 3,4 Guru menyiapkan materi yang akan diberikan 5 Guru menyiapkan perlengkapan (alat-alat dan

bahan) yang akan digunakan

6 Guru menarik perhatian siswa dengan media

Problem Solving yang disediakan

7 Guru melibatkan siswa aktif pada pembelajaran 8 Guru menjelaskan langkah-langkah membuat

Problem Solving dengan jelas dan mudah dipahami siswa

9

2 Guru membimbing dan membantu siswa untuk mengikuti langkah-langkah dalam Problem Solving:

a. Perumusan masalah

10

b. Menelaah masalah 11

c. Merumuskan hipotesis 12

d. Mengumpulkan, mengelompokkan data sebagai bukti hipotesis

13

e. Pembuktian hipotesis 14

f. Menentukan pilihan penyelesaian 15 3 Penutup Guru mereview pembelajaran yang telah

disampaikan

16

G. Uji Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui valid tidaknya butir-butir pertanyaan yang disusun dalam angket atau kuesioner penelitian (Sugiyono, 2012: 106). Sebuah instrumen dikatakan valid atau sahih apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan memberi dukungan yang besar terhadap


(61)

skor total (Suharsimi Arikunto, 2010 : 211). Uji coba (try out) alat ukur dilakukan pada tanggal 10 - 14 November 2015 dengan membagikan skala uji coba kepada 30 siswa SMP Negeri 3 Pajangan kelas VIIIB di luar dari subjek penelitian. Uji coba yang dilakukan adalah untuk pengujian validitas dan reliabilitas terhadap instrument penelitian kreativitas siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 19.0 for Windows xp.

Seleksi item dalam penelitian ini menggunakan parameter indeks daya beda item yang diperoleh dari hasil korelasi antara skor pada masing-masing item dengan skor total item, sehingga dapat ditentukan item yang layak dan tidak layak untuk dimasukkan ke dalam skala penelitian. Batas kritis yang digunakan untuk menilai suatu item valid atau tidak mengacu pada pendapat Singarimbun dan Efendi (1999) bahwa untuk N = 30, maka nilai koefisien validitas adalah mencapai 0.349. Setiap item yang memiliki indeks daya beda item lebih besar atau sama dengan nilai tersebut, layak untuk dimasukkan dalam skala penelitian.

Hasil uji validitas terhadap instrumen penelitian kreativitas siswa pada pembelajaran IPS dengan 33 butir atau item diperoleh 3 item yang guru atau tidak valid seperti pada Tabel 10.


(62)

Tabel 10. Hasil Uji Validitas

Nomor Butir Butir yang Tidak Valid

Keterangan N= 30 Nilai Koefisien

Korelasi dan sig. Butir 8

0.349

r = 0.083 Sig. =0.664

Tidak Valid

Butir 24 r = 0.141

Sig. =0.458

Tidak Valid

Butir 33 r = 0.175

Sig. =0.355

Tidak Valid

Ketiga butir tersebut karena memiliki nilai r < 0.349 (r tabel) dan nilai signifikansi > 0.05, maka ketiganya digugurkan dari instrumen penelitian. Dengan demikian, terdapat 30 butir yang valid yang dapat digunakan untuk mengambil data penelitian (selengkapnya, lihat lampiran 14).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui reliabel tidaknya alat ukur yang sudah disusun. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui reliabel tidaknya instrumen adalah dengan membandingkan nilai koefisien alpha. Suatu instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang rendah jika nilai koefisien alpha Cronbach lebih besar dari 0,70 (Sekaran, 2004: 195). Uji reliabilitas terhadap kedua angket hanya dikenakan pada aitem-aitem yang telah memenuhi syarat validitas. Uji reliabilitas skala penelitian dikoreksi dengan menggunakan koefisien alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS 19 for windows xp.

Berdasaran uji reliabilitas yang dilakukan terhadap instrument angket kreativita ssiswa pada pembelajaran IPS diperoleh nilai koefisien alpha sebesar 0.943. Nilai tersebut lebih besar dari dari 0,70 sehingga angket


(63)

penelitian dikatakan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur pengambilan data penelitian (selengkapnya lihat lampiran 14).

H. Analisis Data 1. Uji Asumsi

Sebelum menggunakan uji statistik, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran dari data yang diperoleh (Ghozali, 2012: 124). Uji homogenitas dilakukan dengan test of homogenity of variance yang bertujuan untuk mengetahui data berasal dari varian yang sama atau tidak.

2. Uji Statistik

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik yakni uji t atau uji beda. Uji beda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penggunaan metode Mind Mapping dan Problem Solving (pemecahan masalah) untuk meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Pajangan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS versi 19.00.

Kriteria penenerimaan atau penolakan H0 pada taraf signifikansi 0,05 adalah jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak, namun jika thitung < ttabel, maka H0 diterima. Penerimaan atau penolakan H0 juga dapat dilihat dari probabilitas (sig) yaitu jika probabilitas (sig) > 0,05 maka H0 diterima, dan jika probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak.


(1)

HASIL T-TEST (INSTRUMEN ANGKET PENELITIAN)

Group Statistics

Kelas_Eksperimen N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Angket_akhir Kelas_Eksperimen_1

Kelas_Eksperimen_2 30 30 54.43 73.64 2.321 5.717 .632 1.006 Gain_Score_Angket Kelas_Eksperimen 1

Kelas_Eksperimen 2 30 30 2.5632 5.6344 1.76597 1.65432 .46432 .44327

Independent Sample Test Levene’s

Test For Equality

of

Variance t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-taile d) Mean Differen ce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Angket_akhir Equal variances assumed Equal variances not assumed

3.650 .205 4.603

4.603 58 52.640 .000 .000 6.634 6.634 2.241 2.241 4.074 4.080 9.037 9.012

Gain_Score_ Equal Angket variances

assumed Equal variances not

assumed

.002 .965 3.387

3.387 58 58.876 .003 .003 3.64300 3.64300 .88917 .88917 2.03027 2.03048 5.33854 5.33820


(2)

Lampiran 22: Foto Pelaksanaan Penelitian

FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN KELAS EKSPERIMEN 1

Siswa kelas eksperimen 1 sedang diberiakan

siswa kelas eksperimen 1 sedang

arahan untuk membuat mind mapping

mengerjakan tugas kelompok

Siswa kelas eksperimen 1 sedang

siswa kelas eksperimen 1 sedang melakukan

menyelesaikan tugas

penyelesaian pewarnaan

Siswa kelas eksperimen 1 sedang diberikan Siswa kelas eksperimen 1


(3)

FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN KELAS EKSPERIMEN 2

Siswa kelas eksperimen 2 sedang diberikan

Siswa kelas ekperimen 2 yang sedang

Materi oleh guru

mengerjakan tugas kelompok

Kelas eksperimen 2 sedang melakukan diskusi

Siswa kelas eksperimen 2 sedang

Kelompok dan diberikan penjelasan oleh guru

mencermati hasil dari diskusi

Siswa kelas eksperimen 2 sedang melakukan

pengisian angket


(4)

Lampiran 23: Surat-Surat Ijin Penelitian


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan pendekatan problem solving dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa terhadap konsep mol dalam stoikiometri (PTK di kelas X SMAN 2 Cisauk-Tangerang

7 44 219

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKASISWA KELAS VIII SMP NEGERI 24 MEDAN.

0 3 26

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Metode Problem Solving (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1

0 2 14

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Metode Problem Solving (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1

0 1 15

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika.

0 0 16

PENGGUNAAN METODE PEMECAHAN MASALAH SISTEMATIS (SYSTEMATIC APPROACH TO PROBLEM SOLVING) UNTUK PENGGUNAAN METODE PEMECAHAN MASALAH SISTEMATIS (SYSTEMATIC APPROACH TO PROBLEM SOLVING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD NEGER

0 1 15

PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas Siswa VIII – F di SMP Negeri 19 Bandung.

0 2 53

STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi

0 7 77

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS IV B MELALUI PENERAPAN METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD NEGERI GEDONGKIWO, YOGYAKARTA.

0 0 143

Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Sistematis (Systematic Approach to Problem Solving) untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran pada Tema Getaran dan Gelombang Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 3 Ngimbang Lamongan ZAMRONI

0 0 9