Sumber Domestik Sumber Kendaraan Bermotor

berpenghasilan rendah, maka dampak secara sosial-ekonomi paling banyak dirasakan oleh penduduk di wilayah tersebut.

4.4.2 Sumber Domestik

Emisi dari sumber domestik ditentukan oleh jumlah penduduk di suatu wilayah. Pada model yang dibangun emisi sumber domestik ditentukan oleh jumlah penduduk Jakarta. Sedangkan emisi domestik per gridnya dipengaruhi oleh luas wilayah grid tersebut terhadap luas total Jakarta. Dengan kata lain, meningkatnya emisi domestik lebih dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk Jakarta.

4.4.3 Sumber Kendaraan Bermotor

Emisi dari sumber kendaraan bermotor ditentukan oleh populasi kendaraan bermotor dan kegiatan masyarakat yang memanfaatkan kendaraan bermotor yang menentukan meningkatnya perjalanan vehicle kilometer travel = VKT. Meningkatnya pertumbuhan kendaraan bermotor tersebut terutama karena meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang tidak dapat diakomodasi oleh transportasi publik yang ada. Gambar 12 memperlihatkan pertumbuhan kendaraan bermotor di Jakarta dalam kurun waktu 1995 sampai dengan 2004. Populasi Kendaraan Bermotor di Jakarta Tahun 1995-2004 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun juta Mobil Penumpang Bis Truk Motor Gambar 12 Populasi Kendaraan Bermotor di Jakarta Dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan kendaraan yang terjadi pada kurun waktu 1995-2004, maka rasio antara penduduk dan kendaraan di Jakarta akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Gambar 13 memberikan tren penurunan rasio tersebut yang cenderung akan menuju ke nilai 1 satu. Jika hal tersebut terjadi, maka dapat dikatakan bahwa setiap penduduk Jakarta memiliki satu kendaraan bermotor. Rasio Penduduk dan Kendaraan Tahun 1995-2004 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 1995 1996 1997 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun jiw a ke nda ra an Rasio penddkkend Gambar 13 Rasio Penduduk-Kendaraan Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor berhubungan erat dengan meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak BBM yang digunakan pada sektor transportasi. Gambar 14 memberikan pertumbuhan konsumsi BBM premium dan solar antara tahun 2000-2004. Konsumsi bahan bakar untuk sektor transportasi per kapita adalah 740 liter untuk bensin dan 440 liter solar per tahun. Perbandingan konsumsi bahan bakar per kapita yang sama telah diteliti di Bangkok pada tahun 1993, yang menghasilkan kerugian sosial dari penggunaan bahan bakar sebesar 68 persen dari total biaya kerusakan Lvovsky et al. 2000. Konsumsi BBM solar untuk sektor transportasi tahun 2004 sebesar 53.8 persen sedangkan sektor industri sebesar 32.78 persen dari total konsumsi solar di Jakarta. Data ini juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penggunaan kendaraan bermesin diesel di Jakarta, yang akan berdampak pada tingginya emisi PM 10 yang berasal dari sektor transportasi. Berbagai negara telah membatasi penggunaan kendaraan bermesin diesel ini baik melalui pelarangan impor mobil bermesin diesel terutama bagi kendaraan kecil seperti di Beirut atau melalui kebijakan standar teknologi seperti Amerika Serikat El-Fadel et al. 2004. Kebijakan standar yang diterapkan oleh Amerika Serikat adalah dengan menetapkan bahwa standar emisi kendaraan diesel sama dengan kendaraan bensin. Sedangkan, kebijakan standar emisi di Indonesia yang ada standar emisi euro2 kendaraan penumpang diesel memiliki faktor emisi lebih besar sekitar 15 lima belas kali dibandingkan kendaraan penumpang besin. Dengan demikian, pembatasan penggunaan kendaraan bermesin diesel perlu dilakukan melalui kebijakan lain, seperti penetapan pajak yang lebih yang lebih tinggi untuk jenis kendaraan ini. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Jakarta Tahun 2000-2004 2,000 4,000 6,000 8,000 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun Jt L it er Premium Solar Gambar 14 Konsumsi BBM Sektor Transportasi Tahun 2000-2004

4.5 Kualitas Udara