Skenario Kebijakan HASIL DAN PEMBAHASAN

bagaimana melakukan uji emisi atau pengawasan terhadap setiap kendaraan untuk memastikan bahwa BME yang ditetapkan telah dilaksanakan. Pengawasan atau monitoring emisi kendaraan baru agar memenuhi BME dapat dilakukan dengan pengecekan tingkat emisi kendaraan pada produsen otomotif yang ada. Pelaksanaan dari kegiatan ini dapat dilakukan dengan mudah karena terkonsentrasi pada beberapa industri otomotif yang ada. Namun pengawasan terhadap kendaraan yang menggunakan PCE agar memenuhi BME yang ditetapkan tidak mudah. Pengawasan terhadap emisi setiap kendaraan atau dari sumber bergerak tidak mungkin dilakukan karena membutuhkan teknologi yang dapat melakukan kontrol terhadap emisi kendaraan yang pada saat ini belum tersedia Fullerton Gan 2005. Di samping itu pengawasan dan pencatatan emisi dari setiap kendaraan merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan sumberdaya manusia yang siap dari sisi pengoperasian peralatan dan prosedur pelaksanaan pekerjaan serta pendanaan kegiatan yang besar. Beberapa negara menggunakan instrumen insentif yang bertujuan untuk merubah perilaku pemilik kendaraan sehingga reduksi emisi kendaraan dapat dilakukan melalui pengurangan jumlah perjalan.

6.3 Skenario Kebijakan

Reduksi Emisi Menggunakan Prime Hasil analisis berbagai skenario yang dibangun menunjukkan adanya reduksi emisi dengan berbagai tingkat efektivitasnya terhadap kondisi BAU. Namun variabel institusi yang terdiri atas pengelolaan dan pendanaan belum dimasukan sebagai pertimbangan dalam simulasi dinamis. Variabel institusi sangat menentukan berjalan atau tidaknya suatu kebijakan. Karena itu, untuk melihat pengaruh variabel institusi pada masing-masing kebijakan di atas, maka hasil simulasi dinamis digunakan sebagai masukan bagi analisis kebijakan menggunakan MCDA yang diberikan dalam bentuk matrik keputusan pada Tabel 36. Pembobotan yang diberikan untuk variabel institusi yaitu pengelolaan dan pendanaan untuk mencapai tujuan masing-masing kebijakan didasarkan besarnya pengelolaan yang dinyatakan dalam keterlibatan berbagai institusi. Nilai yang digunakan pada Tabel 36 adalah nilai-nilai hasil simulasi euro2-2, diesel-2 dan volume-2. Tabel 36 Matrik Keputusan Alternatif Kebijakan Reduksi Emisi PM 10 Kebijakan Reduksi Emisi PM 10 KriteriaAtribut BAU Euro2 Diesel Volume Lingkungan Emisi Kendaraan 20 13 14 11 Konsentrasi 190 132 143 120 Sosial Morbiditas 27 15 17 12 Mortalitas 45 25 29 21 Biaya Degradasi 20 11 12 9 Ekonomi Manfaat Bersih 217 226 224 227 Nilai NPV 168 174 173 175 Institusi Manajemen mudah sedang sulit sangat sulit Pendanaan kecil sedang besar Sangat besar Kebijakan penetapan standar emisi Euro2 dan Diesel dari sisi pengelolaan akan lebih mudah dan pendanaan akan lebih kecil dibandingkan dengan kebijakan penurunan penggunaan kendaraan pribadi. Asumsi yang diambil adalah bahwa kegiatan monitoring emisi kendaraan tidak dapat dimasukan sebagai bagian dari kebijakan tersebut Field Field, 2002. Perbedaan pembobotan antara standar Euro2 dan diesel, disebabkan penggunaan BME kendaraan diesel sama dengan BME kendaraan bensin membutuhkan pengembangan teknologi tersendiri. Sedangkan, kebijakan penurunan penggunaan kendaraan pribadi untuk suatu wilayah membutuhkan pengawasan dan ketersediaan sarana transportasi publik, atau membutuhkan koordinasi antara instansi yang lebih luas sehingga membutuhkan pendanaan lebih besar. Hasil pembobotan dan preferensi diberikan dalam bentuk value tree pada Tabel 37. Analisis Prime untuk pembobotan dari masing-masing kriteria serta preferensi yang diberikan untuk masing-masing kriteria diberikan dalam bentuk weight-value yang diberikan pada Gambar 28. Hasil weight-value ini memberikan gambaran pemberian bobot masing-masing kriteria untuk menghasilkan kebijakan terbaik. Kriteria lingkungan merupakan acuan dari analisis kebijakan ini, sehingga bobot tertinggi diberikan bagi kriteria tersebut. Tabel 37 Value Tree Reduksi Emisi Kendaraan Hasil model dinamis menunjukkan bahwa kerugian sosial akibat pencemaran merupakan aspek penting dalam menetapkan kebijakan lingkungan, sehingga aspek sosial merupakan kriteria penting bagi keberhasilan suatu kebijakan lingkungan. Sekalipun aspek institusi sangat menentukan keterlaksanaan suatu kebijakan namun aspek ekonomi akan lebih diprioritaskan sehingga bobot untuk kriteria dari aspek ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan aspek institusi. Weights: Reduksi Emisi Kendaraan Values 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 Suba tt ri bu te s Institusi Ekonomi Lingkungan Sosial 0.151 ... 0.185 0.19 ... 0.211 0.266 ... 0.289 0.34 ... 0.37 Gambar 28 Interval Bobot Atribut Pengendalian Pencemaran PM 10 Analisis kebijakan melalui Prime menghasilkan value interval. Nilai value interval ditentukan oleh bobot yang diberikan untuk masing-masing alternatif kebijakan. Berdasarkan bobot dan kriteria yang ditentukan akan diperoleh dua interval berdekatan tidak saling overlap Gambar 29. Hasil value interval menunjukkan bahwa kebijakan volume merupakan kebijakan dengan nilai interval tertinggi dan mendominasi kebijakan lainnya secara absolute. Kebijakan Euro2 dari hasil analisis prime memiliki nilai interval yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebijakan diesel, namun kedua kebijakan ini saling overlap atau dominasi kebijakan Euro2 tidak absolut terhadap kebijakan diesel. Saling bertindihan antara kebijakan Euro2 dan diesel karena hasil analisis dinamik menunjukkan nilai-nilai yang saling berdekatan antara kedua kebijakan tersebut. Value Intervals: Reduksi Emisi Kendaraan Value 0.85 0.8 0.75 0.7 0.65 0.6 0.55 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 A lt er n a ti ves Diesel BAU Euro2 Volume 0.013 ... 0.765 0.151 ... 0.185 0.454 ... 0.796 0.815 ... 0.849 Gambar 29 Value Interval Reduksi Emisi Kendaraan Analisis prime memberikan keputusan terbaik melalui decision rules yang diberikan pada Gambar 30. Gambar 30 memperlihatkan bahwa kebijakan pembatasan volume kendaraan merupakan kebijakan dengan tingkat kegagalan terkecil. Kebijakan Euro2 merupakan alternatif kebijakan yang memiliki tingkat kegagalan terkecil setelah kebijakan pembatasan volume kendaraan. Faktor pendanaan dan pengelolaan kebijakan diesel merupakan penyebab kebijakan diesel memiliki tingkat kegagalan yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi BAU Tabel 36. Gambar 30 Decision Rules Kebijakan Reduksi Emisi Kendaraan Hasil analisis kebijakan yang dilakukan di atas menyimpulkan bahwa kebijakan pembatasan volume kendaraan merupakan alternatif kebijakan terbaik. Namun kebijakan pembatasan volume kendaraan membutuhkan kesiapan perbaikan sistem transportasi umum sebagai alternatif sarana transportasi bagi masyarakat. Penyediaan sarana transportasi ini tidak hanya didasarkan pada penyediaan jumlah sarana transportasi yang memadai namun juga kualitas sarana transportasi umum yang memadai. Ditinjau dari sisi pengelolaan kebijakan pembatasan volume kendaraan merupakan kebijakan yang paling sulit dilaksanakan. Terkait dengan tingkat kesulitan pengelolaan dan penyediaan sarana transportasi umum yang memadai, maka kebijakan pembatasan volume juga merupakan kebijakan dengan pendanaan yang paling besar dibandingkan dengan kebijakan lainnya. Jadi, apabila kebijakan untuk masing-masing skenario dilakukan secara bertahap maka kebijakan Euro2 merupakan kebijakan kedua terbaik dalam mereduksi emisi kendaraan. Kebijakan Euro2 memiliki sistem pengelolaan yang lebih mudah dan pendanaan yang lebih sedikit atau kecil dibandingkan dengan kebijakan lainnya. Penerapan kebijakan BME Euro2 merupakan kebijakan CAC lebih mudah dilaksanakan pada kendaraan baru, karena kontrol terhadap penggunaan BME dapat dilaksanakan melalui industri otomotif atau melalui produsen. Sedangkan bagi kendaraan lama dibutuhkan alat kontrol polusi yang dipasang pada setiap kendaraan sehingga kebijakan reduksi emisi kendaraan dapat lebih efektif seperti yang dihasilkan pada Tabel 32. Agar pemberlakuan BME pada kendaraan baru dan kendaraan yang sedang beroperasi terlaksana sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut, dibutuhkan pengawasan atau monitoring terhadap emisi kendaraan. Jika uji emisi yang dimaksudkan pada Perda Jakarta Nomor 22005 akan dilaksanakan maka kebijakan ini tidak akan efektif dan akan membutuhkan pendanaan yang besar karena tidak mungkin melakukan uji emisi pada setiap kendaraan untuk setiap waktu. Karena itu secara teoritis monitoring emisi total kendaraan tidak dapat dilakukan dengan kebijakan CAC, sehingga dibutuhkan instrumen ekonomi yang dapat berfungsi sebagai alat kontrol emisi kendaraan. Selain itu, suatu kebijakan lingkungan pada dasarnya adalah untuk merubah perilaku masyarakat agar tidak melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang lebih parah lagi. Perubahan perilaku masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan suatu pengawasan yang ketat melalaui kebijakan CAC atau melalui pertimbangan meningkatnya pengeluaran melalui instrumen ekonomi. Dengan pertimbangan tersebut, dikembangkan skenario berikut untuk mengetahui efektivitas kebijakan CAC dan penggunaan instrumen ekonomi IE dalam kebijakan lingkungan yang dapat diterapkan di Jakarta. Simulasi akan dilakukan untuk kondisi BAU, penerapan kebijakan CAC BME Euro2, serta kebijakan instrumen ekonomi. Alternatif kebijakan dan kriteria yang digunakan diberikan dalam bentuk matrik keputusan pada Tabel 38, sedangkan hasil pembobotan dan preferensi yang diberikan pada masing-masing kriteria diberikan dalam bentuk value tree pada Tabel 39. Pembobotan dari masing-masing atribut didasarkan pada hasil model dinamis dan studi literatur yang berhubungan dengan penggunaan berbagai instrumen dalam kebijakan lingkungan. Tabel 38 Matrik Keputusan Alternatif Kebijakan Lingkungan Alternatif Kebijakan Lingkungan KriteriaAtribut BAU CAC IE Lingkungan Emisi Kendaraan besar sedang kecil Konsentrasi besar sedang kecil Sosial Morbiditas besar sedang kecil Mortalitas besar sedang kecil Ekonomi Biaya Degradasi besar sedang kecil Manfaat Bersih kecil sedang besar Institusi Pengelolaan mudah sedang sulit Pendanaan kecil sedang besar Tabel 39 Value Tree Kebijakan Lingkungan Bobot bagi kriteria aspek ekonomi lebih rendah dari aspek sosial didasarkan atas pertimbangan bahwa sekalipun aspek sosial dapat ditentukan nilainya secara ekonomi namun kesehatan akan memiliki nilai yang lebih tinggi. Aspek institusi merupakan aspek penting dalam keberhasilan dari kebijakan lingkungan, namun dalam pemberian bobot untuk kriteria institusi diberikan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan atribut pada kriteria sosial dan ekonomi. Secara pengelolaan kebijakan IE akan jauh lebih sulit dan karena itu akan membutuhkan pendanaan yang lebih besar dibandingkan dengan kebijakan CAC Gambar 31. Gambar 31 memberikan informasi bahwa sebagai kebijakan lingkungan, nilai aspek lingkungan memiliki interval dengan nilai terbaik. Interval aspek sosial dan ekonomi tidak saling lepas memberikan bahwa kedua aspek tersebut saling berkaitan. Weights: Kebijakan Lingkungan Values 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 S uba tt ri bu te s Institusi Ekonomi Sosial Lingkungan 0.172 ... 0.215 0.227 ... 0.254 0.242 ... 0.27 0.299 ... 0.323 Gambar 31 Interval Bobot Atribut Kebijakan Lingkungan Analisis prime menghasilkan value interval yang diberikan pada Gambar 32 dan struktur dominan pada Gambar 33. Value interval memperlihatkan bahwa kebijakan instrumen ekonomi memiliki nilai interval yang lebih tinggi. Sedangkan struktur dominan memberikan informasi bahwa secara vertikal maupun horizontal kebijakan instrumen ekonomi mendominasi kedua kebijakan lainnya. Value Intervals: Kebijakan Lingkungan Value 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 A lt e rn at ives BAU CAC IE 0.172 ... 0.215 0.3 ... 0.462 0.817 ... 0.868 Gambar 32 Value Interval Kebijakan Lingkungan Kesimpulan yang dihasilkan dari analisis model Prime pada Gambar 32 dan Gambar 33 diperkuat dengan penilaian kemungkinan kegagalan akan pelaksanaan dari masing-masing kebijakan tersebut Gambar 34. Hasil analisis model Prime untuk penerapan kebijakan lingkungan menyimpulkan bahwa kebijakan instrumen ekonomi merupakan kebijakan dengan tingkat kegagalan terkecil untuk mengatasi pencemaran udara yang terjadi di Jakarta, dengan rendahnya nilai possible loss pada kebijakan IE Instrumen Ekonomi dibandingkan dengan kebijakan CAC. Gambar 33 Struktur Dominan Kebijakan Lingkungan Gambar 34 Decision Rules Kebijakan Lingkungan

BAB VII ANALISIS KEBIJAKAN

Sebagian besar dari kerusakan lingkungan disebabkan oleh aktivitas manusia atau bersifat antropogenik. Karena itu, pada dasarnya kebijakan lingkungan bertujuan untuk mengubah perilaku manusia agar aktivitas yang dilakukan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan atau meminimalkan kerusakan lingkungan. Kebijakan pengendalikan pencemaran pada umumnya menggunakan instrumen yang berbasis pasar market-based atau berupa perintah dan pengendalian command and controCAC. CAC dilakukan menggunakan pengaturan administratif dan perundang-undangan yang terkait langsung dengan jumlah pencemaran yang diperbolehkan dan dengan teknologi yang digunakan oleh industri. Ditinjau dari tujuan kebijakan lingkungan kedua jenis kebijakan tersebut bermaksud untuk mengubah perilaku manusia atau masyarakat untuk melakukan aktivitas yang dapat meminimumkan kerusakan lingkungan. Perbedaan terletak pada cara kedua kebijakan tersebut dalam mencapai tujuannya. Kebijakan CAC melakukan perubahan perilaku masyarakat menggunakan sistem pengawasan yang ketat dan adanya sanksi hukum agar kebijakan dapat dipatuhi oleh masyarakat. Sedangkan kebijakan instrumen ekonomi mengubah perilaku masyarakat menggunakan penerapan nilai ekonomi di mana masyarakat akan mengubah perilakunya sesuai dengan pertimbangan meningkatnya pengeluaran akibat aktivitas yang dilakukannya. Dengan demikian apabila pengawasan pelaksanaan kebijakan tidak dapat atau sulit dilakukan dan atau tidak adanya sanksi hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan maka suatu kebijakan CAC tidak dapat melakukan fungsinya sesuai dengan tujuan dari kebijakan lingkungan tersebut. Karena itu pada umumnya kedua kebijakan tersebut diberlakukan bersamaan. Misalnya dalam mengatasi pencemaran dari kendaraan bermotor kebijakan CAC dapat diterapkan pada industri otomotif dan perusahaan atau penyedia bahan bakar minyak yang digunakan untuk kendaraan bermotor, karena pengawasan lebih mudah dilakukan. Namun pengawasan terhadap emisi total dari kendaraan sulit untuk dilakukan