Estimasi Tingkat Pencemaran Estimasi Dampak Kesehatan

Sumber emisi industri diestimasi berdasarkan besar emisi pada tahun 1995 dan perbandingan PDRB pada tahun t dan PDRB pada tahun 1995. Demikian pula dengan estimasi emisi dari sumber domestik pada tahun ke t mengacu pada emisi pada tahun 1995 dan jumlah penduduk pada tahun t. Emisi kendaraan bermotor pada dasarnya dipengaruhi oleh jumlah kendaraan, rata-rata kilometer perjalanan dan faktor emisi Field Field , 2002; Purwanto, 2001. Volume kendaraan dalam hal ini menggunakan matrik OD yang telah dikembangkan oleh peneliti sebelumnya. Dalam penelitian sebelumnya OD 1995 kategori kendaraan masih mengacu pada tiga jenis, yaitu kendaraan penumpang dan sepeda motor dijadikan dalam satu kelompok, kelompok truk dan kelompok bis Lampiran 2. Dengan melakukan kalkulasi matematika sederhana, kelompok ini dijadikan menjadi 4 kelompok kategori kendaraan, yaitu kendaraan penumpang, truk, bis, dan sepeda motor, sesuai dengan kategori kendaraan yang ditetapkan oleh Ditlantas Polda Metro Jaya Lampiran 7. Masing-masing kelompok ini kemudian dibagi atas jenis kendaraan dan bahan bakar yang digunakan oleh masing-masing jenis kendaraan tersebut. Pembagian jenis kendaraan ini mengacu pada fraksi jenis kendaraan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya Lampiran 3. Faktor emisi adalah suatu nilai rata-rata statistik besarnya suatu polutan yang terlepas ke atmosfir sebagai hasil suatu kegiatan, termasuk transportasi Pirngadie 2001. Faktor emisi atau BME yang digunakan untuk menganalisis besarnya emisi adalah faktor emisi tidak terkontrol dan faktor emisi Euro2. Nilai faktor emisi untuk masing-masing kategori kendaraan diperoleh dari penelitian sebelumnya dan diberikan diberikan pada Lampiran 3.

3.4.2 Estimasi Tingkat Pencemaran

Model dispersi digunakan untuk menentukan konsentrasi polutan. Penelitian ini menggunakan model dispersi Gaussian untuk kasus khusus yang dikembangkan untuk wilayah perkotaan yaitu, sumber emisi pada permukaan H = 0, receptor pada level permukaan, dan konsentrasi pada titik pusat centerline concentrations atau y = 0. Konsentrasi polutan diestimasi untuk masing-masing grid menggunakan persamaan berikut: 1 2 1 2 1 b a x C a b u π − = − Q 3.1 di mana C adalah estimasi konsentrasi ambien polutan PM 10 µgrm3. u adalah kecepatan angin rata-rata ms. a Q adalah emisi per satuan luas tonm2. a dan b adalah parameter koefisien dispersi vertikal.

3.4.3 Estimasi Dampak Kesehatan

Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dan nilai ekonomi dari kasus kesehatan diestimasi menggunakan fungsi dose-response yang dikembangkan untuk Jakarta oleh Ostro, 1994. Baku mutu udara ambien BMA PM 10 menggunakan BMA tahunan dari US-EPA. Data penduduk yang beresiko terkena serangan asma di olah dari data kependudukan BPS dan DepKes. Biaya kesehatan atau cost of illness COI diperoleh dengan menggunakan hasil survei Syahril et al. 2002, dengan penyesuaian tingkat inflasi. Estimasi nilai ekonomi prematur mortalitas menggunakan value of statistic Life VSL hasil penelitian Susandi, 2004, dengan penyesuaian tingkat inflasi. Angka kematian kasar Jakarta diperoleh dari data proyeksi penduduk Jakarta. Biaya non-kesehatan diestimasi dari total nilai kerusakan lingkungan dan biaya sosial, menggunakan perbandingan antara biaya sosial, kerasakan non-kesehatan, dan total biaya kerusakan lingkungan yang dihasilkan dari penelitian oleh Lvovsky et al. 2000. Fungsi dose-response dikembangkan oleh Ostro, 1994, untuk estimasi kasus kesehatan akibat polutan PM 10 diberikan sebagai berikut: dHi = bi Pi dA 3.2 di mana: dHi jumlah kasus masalah kesehatan i, bi kemiringan fungsi dose-response, Pi masyarakat yang memiliki resiko kesehatan dampak dari i, dA perubahan level udara ambien untuk polutan tertentu di atas ketentuan WHO. Sedangkan, untuk kasus prematur mortalitas akibat polutan PM 10 , mengacu pada persamaan estimasi tingkat kasus kematian diberikan sebagai berikut: dHi = bi Pi dA CM 3.3 di mana, CM adalah crude mortality rate angka kematian kasar yang datanya diperoleh dari BPS. Kemiringan fungsi dose-response merupakan indikasi peningkatan masalah kesehatan yang disebabkan oleh meningkatnya satu unit dari polusi udara diatas ketentuan WHO atau BMA yang ada.

3.4.4 Estimasi Biaya Sosial dan Biaya Degradasi