Karakteristik Armada dan Skala Usaha Perikanan

34 komersial. Hal ini dikuatkan oleh Charles 2001, yang berpendapat bahwa pengelompokan skala usaha dalam kegiatan perikanan tangkap harus dibedakan atas dasar perbedaan dari ukuran kapal, daerah penangkapan, yaitu jarak dari pantai ke lokasi penangkapan dan berdasarkan tujuan produksinya. Pengelompokan tersebut dilakukan melalui perbandingan perikanan skala kecil small-scale fisheries dengan perikanan skala besar large-scale fisheries, walaupun diakuinya belum begitu jelas sehingga masih perlu dilihat dari berbagai aspek yang lebih spesifik. Asumsi dari Charles 2001 tersebut, selanjutnya digunakan sebagai acuan oleh Indian Ocean Tuna Commision IOTC 2009 dalam penentuan jenis usaha perikanan tangkap, khsususnya di wilayah Samudera Hindia. Skala usaha kegiatan perikanan tangkap, khususnya yang beropersi di Samudera Hindia dikelompokkan atas tiga kategori, yaitu skala kecil, menengah dan besar, dengan ukuran masing-masing 12 M, 12 - 24 M dan 24 M. Penentuan skala usaha perikanan tangkap di Indonesia, berbeda dengan Malaysia yang membedakan antara bobot kapal, tipe alat tangkap, dan area penangkapan. Sedangkan di Hongkong dan Singapura, pengelompokan tersebut didasarkan kepada wilayah operasi, yaitu inshore dan offshore fisheries, sementara di negara Thailand perbedaannya berdasarkan tipe alat tangkap yang digunakan Smith 1983.

2.5 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Pengelolaan sumberdaya perikanan laut dihadapkan pada tantangan yang timbul karena faktor-faktor yang menyangkut perkembangan penduduk, perkembangan sumberdaya dan lingkungan, perkembangan teknologi dan ruang lingkup internasional. Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang perikanan bahwa yang dimaksud dengan perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Pengelolaan sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan secara optimal dan berlangsung terus menerus, baik melalui kegiatan penangkapan maupun budidaya. Penangkapan ikan didefinisikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di 35 perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah dan mengawetkannya. Pengelolaan perikanan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumber dan implementasinya with enforcement if need, dalam upaya menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan CCRF Guideline No.4. Sedangkan menurut Ditjen Perikanan 1999 pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 sub-sistem, yaitu : 1 Sub-sistem eksplorasi sumberdaya perikanan. Diharapkan akan dapat menjawab keterbatasan informasi, yang terkait dengan besarnya potensi sumberdaya perikanan yang tersedia menurut jenis dan penyebarannya yang dapat dituangkan dalam bentuk peta penyebaran, tata ruang wilayah, kawasan konservasi dan besarnya alokasi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan pada periode waktu dan lokasi tertentu, Penyediaan sarana yang tercakup dalam subsistem eksplorasi diharapkan akan dapat mendukung rencana lokasi pemanfaatan sumberdaya, sejalan dengan penyebaran sumberdaya dan tata ruang wilayah, sehingga diperoleh suatu sistem jaringan prasarana yang memadai dan efisisen. 2 Sub-sistem pemanfaatan sumberdaya dan pembinaan usaha. Penanganan subsistem pemanfaatan sumberdaya perikanan diharapkan dapat mengembangkan usaha pemanfaatan sumberdaya yang produktif, mempunyai nilai tambah yang tinggi dan dapat memberikan jaminan pendapatan bagi para pelakunya, dalam rangka peningkatan kesejahteraan. Pemanfaatan sumberdaya dan pembinaan usaha dilakukan berdasarkan potensi sumberdaya wilayah yang tersedia dan didasarkan pada partisispasi dan keinginan masyarakat setempat sesuai dengan permintaan pasar. 3 Sub-sistem pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya. Penanganan subsistem pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya, diharapkan dapat memberikan jaminan bahwa pemanfaatan sumberdaya dilakukan secara efisien dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Berjalannya subsistem ini akan dapat menekan pemborosan dan kehilangan akan sumberdaya perikanan, serta diharapkan akan dapat memberikan