Ukuran Ikan dan Ikan Matang Gonad yang Tertangkap

96 Ukuran Madidihang pada Tabel 13, selanjutnya diukur panjang tubuhnya Fork length. Dari 136 ekor yang dijadikan contoh Lampiran 3 diperoleh panjang antara 35-45 cm untuk yang berukuran 1-2 kg, 46-82 cm berukuran 2- 9 kg, 86-115 cm, 10-20 kg, dan 115-172 untuk berukuran 20-70.4 kg. Hubungan antara panjang beratnya di sajikan pada Gambar 24, yaitu mengikuti persamaan garis linier Y= 32.94+0.53X dengan nilai R 2 =0.87. Gambar 24 Hubungan panjang-berat Madidihang di Sendang Biru. Madidihang di daerah tropis pertama kali bertelur atau matang gonad untuk yang betina, berlangsung pada ikan yang berumur 2.8 tahun dengan panjang FL 105 cm dan berat sekitar 25 kg. Durasi bertelur dari ikan tersebut selama 6 bulantahunnya pada suhu 18°C. Siklus hidupnya selama 7.5 tahun dengan panjang tubuh 170 cm dan berat 176 kg Fromentin dan Fonteneau 2001. Apabila berpatokan kepada pendapat tersebut, maka nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru hampir 57 berukuran 1-20 kg menangkap ikan yang belum matang gonad. Namun demikian, ukuran Madidihang yang tertangkap oleh nelayan sekoci dari tahun ke tahun mengalami perubahan, yaitu seiring dengan naiknya biaya operasional, nelayan cenderung menangkap ikan target yang berukuran besar. Hasil perubahan pola tangkap ukuran Madidihang tersebut disajikan pada Gambar 25. Pada Gambar 25 dapat dilihat bahwa pada tahun 2003 ikan yang dominan ditangkap adalah yang berukuran kecil, yaitu 87 berukuran 1-9 kg, sedangkan yang berukuran besar 10 kg hanya 13, sebaliknya pada tahun 2010 ikan yang berukuran kecil 1-9 kg hanya 41 dan berukuran besar di 97 Gambar 25 Perubahan ukuran ikan yang di tangkap 8 tahun terakhir. atas 10 kg 59. Hal ini berarti, bahwa populasi Madidihang di fishing ground keberadaannya masih baik, karena menurut Pitcher dan Preikshot 2001, apabila terjadi perubahan kearah penangkapan ikan yang berukuran kecil mengindikasikan bahwa populasi ikan tersebut kondisinya menurun. Hal ini memperkuat estmasi dari indikator CPUE, karena menurut Hoggarth 2006 untuk menilai kondisi atau status stok dari Madidihang selain dapat diestimasi dengan menggunakan indikator hasil tangkapan, upaya tangkap dan CPUE, juga dapat diestimasi dengan melihat perubahan ukuran ikan stok size. Apabila ukuran ikan yang ditangkap mengalami perubahan ukuran kearah yang lebih kecil, maka kondisi stok tersebut mengalami mature, sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan maka kondisi status stok dalam keadaan undeveloped. Oleh karena ukuran Madidihang yang ditangkap nelayan sekoci Gambar 25 pada kurun waktu tahun 2003 hingga 2010 tidak mengalami perubahan penurunan kearah ukuran yang lebih kecil, bahkan sebaliknya, maka kondisi atau status stok dari Madidihang yang ada di WPP 573 masih berada dalam kondisi yang baik undeveloped. Hal ini menguatkan kembali bahwa estimasi yang dilakukan IOTC 2011 tersebut untuk kondisi ikan Madidihang di perairan Samudera Hindia, tidak tepat apabila digeneralisasi sudah mengalami overexploited. 98

4.2.3 Discard by Catch

Pengertian tentang by-catch terminologinya banyak variasinya, namun yang umum digunakan adalah definisi yang dikemukan oleh McCaugran 1992 pada saat workshop di Newport, Oregon bulan Februari 1992 dalam Alverson et al. 1996. Adapun yang dimaksud dengan by-catch adalah hasil tangkapan yang terbuang discard catch seperti penyu, burung dan incidental catch hasil tangkapan spesies non target seperti ikan lumba-lumba dan hiu. Nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru dalam kegiatan penangkapannya, yang menjadi ikan target adalah jenis ikan tuna, yaitu Madidihang, Cakalang, Bigeye tuna. Namun ada spesies lain yang tertangkap yaitu ikan Marlin Tetrapturus angustirostris , Tompek dan Hiu. Proporsinya kecil, maka jarang dicatat. Berdasarkan asumsi tersebut, maka discard bycatch, nelayan sekoci Sendang Biru relatif kecil, bahkan untuk yang terbuang discard tidak ada karena semua hasil tangkapannya laku dijual. Oleh karena by-catch yang dihasilkan tidak ada, maka alat tangkap yang digunakan oleh nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan. 4.2.4 Estimasi Keterkaitan antara Kondisi Hidro-oseanografis Perairan Fishing Ground dengan Keberadaan Ikan Hasil Tangkapan Ukuran Madidihang yang tertangkap di rumpon oleh nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru, paling dominan adalah dengan ukuran berat 2-9 kg 52, di atas 20 kg 27, 10-20 kg 17 dan 1-2 kg 4. Hasil tangkapan tersebut di peroleh dari metode memancing, yaitu metode tonda, copping, tomba dan layang-layang Tabel 14. Tabel 14 Metode pemancingan dan ukuran Madidihang tahun 2003-2010 Alat Tangkap Ukuran Ikan kg Keda- laman Umpan waktu 1-2 2-9 10-20 20 Tonda 23 612 315 559.5 permukaan benang, kain pagi dan sore Copping 23 612 315 559.5 205 850 608 265.0 30-100 m sendok, CD Siang hari Tomba 66 467.4 40-50 m umpan hidup Siang hari Layang- layang 99 701.1 permukaan ikan sintetis pagi, seiang dan sore Sumber:Hasil analisis data primer. 99 Dari Tabel 14 diperoleh gambaran bahwa metode pemancingan yang yang efektif untuk menangkap Madidihang di rumpon adalah metode coping. Berdasarkan sebaran suhu menegak maka posisi tersebut berada di lapisan campuran hingga termoklin, karena suhu sebaran menegak di fishing ground untuk lapisan campuran adalah pada kedalaman 0-29 m pada musim peralihan ke-2 hingga musim barat Oktober-Februari, sedangkan pada musim timur pada kedalaman 0-49 m, sedangkan untuk lapisan termoklin pada musim peralihan ke-2 hingga musim barat, terjadi pada kedalaman 30-149 m dan 50- 199. Metode copping menjadi efektif karena umpan dan mata pancing berada di lingkungan yang disukai ikan yaitu di lapisan termoklin tempat ikan besar berkumpul . Dari total hasil tangkapan empat metode yang digunakan, metode copping menghasilkan 100 ikan berukuran 10-20 kg dan 30 yang berukuran di atas 20 kg. Bedasarkan hasil tangkapan tersebut dapat diestimasi bahwa ikan Madidihang memiliki preferensi lingkungan yang sesuai dengan kondisi hidro- oseanografi dari fishing ground rumpon. Adanya kesesuaian antara lingkungan dengan ikan tersebut, dapat di lihat dari hasil tangkapan dengan menggunakan metode coping. Metode coping adalah metode memancing dengan menarik dan mengulur-ulur line dengan tangan, kedalaman mata pancing mencapai 30-100 m. Hal ini berarti pemancingan dilakukan pada lapisan campuran hingga termoklin. Menurut Weng et al. 2009 Madidihang 93.4 dalam fase hidupnya berada di lapisan campuran dan termoklin dengan kedalaman 200 m. Dari waktu tersebut 93.4 selama 72.0 berada dalam lapisan campuran pada kedalaman sampai 50 m mixed layer, pada malam hari: 84.9- 46 dan siang hari 59.3-6.1 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di lapisan campuran hingga kedalaman 100 m pada lapisan termoklin di fishing ground merupakan tempat yang optimal untuk melakukan kegiatan pemancingan. Pada kedalaman antara 30-100 m tersebut suhu berkisar antara 14 hingga 28°C, dengan DO kisaran 2.47-4.47 mgl merupakan kondisi yang cocok untuk tuna berukuran kecil maupun besar. Kondisi ini sesuai dengan pendapat dari Mohri dan Nishida 2000 yang mengatakan bahwa Madidihang dewasa di Samudera Hindia