Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

38 keberlangsungan ketersediaan sumberdaya sebagaimana tujuan pembangunan berkelanjutan yakni pembangunan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini tanpa menurunkan atau menghancurkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya WCED 1987 in Dahuri 2003. Selanjutnya bahwa atas dasar definisi dari tujuan tersebut, pembangunan berkelanjutan mengandung tiga unsur dimensi utama yang meliputi dimensi ekonomi, ekologis dan sosial Harris and Goodwin 2002 in Dahuri 2003. Prasyarat utama pembangunan berkelanjutan adalah tersedianya sumber daya input secara berkelanjutan. Menurut Heal 1998 in Fauzi 2004, konsep keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi: Pertama adalah dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa mendatang. Kedua adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumberdaya alam dan lingkungan. Untuk memenuhi ketersediaan sumberdaya input secara terus menerus, maka perhitungan-perhitungan lingkungan environmental accounting harus dimasukkan sebagai instrumen kebijakan. Dengan demikian maka pembangunan berkelanjutan dapat terwujud, sebagaimana yang dikatakan oleh Todaro and Smith 2003, bahwa suatu proses pembangunan baru dapat dikatakan berkesinambungan apabila total stok modal jumlahnya tetap atau meningkat dari waktu ke waktu . Hal penting yang terkandung secara implisit dalam pernyataan tersebut adalah kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi di masa mendatang dan kualitas kehidupan umat manusia secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup yang ada pada saat ini. Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi, khususnya di negara- negara berkembang seperti Indonesia. Selain sebagai sumber protein utama bagi kurang lebih 230 juta penduduk Indonesia, sektor perikanan dan kelautan juga merupakan sumber penghasilan dan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar masyarakat. Sektor perikanan dan kelautan juga berperan penting dalam penerimaan devisa melalui perdagangan internasional global trade. Sutikno dan Maryunani 2006, menyatakan sumberdaya perikanan sebagai salah satu sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui 39 renewable, dalam hal pengelolaannya memerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati. Disamping itu, model pengusahaan sumberdaya perikanan selama ini dikenal dengan open access yang memberikan anggapan bahwa sumberdaya perikanan laut tidak bertuan, sehingga dengan demikian siapa saja, kapan saja serta berapapun jumlah yang manpu dieksploitasi itulah menjadi hak mereka. Kondisi yang demikian akan mengarah pada rezim pengolaan tanpa kepemilikan open acces. Menurut FAO 1999 bahwa pengelolaan perikanan sangat penting memperhatikan aspek-aspek ekologis lingkungan seperti perikanan tangkap ramah lingkungan friendly fishing method, model pembudidayaan ikan dan udang yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan sebagaimana yang disyaratkan dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF . Aspek-aspek keberlanjutan tersebut menjadi sangat penting terutama ketika dikaitkan dengan dampak yang ditimbulkan dari model pengelolaan unsustainable seperti tangkap lebih overfishing, sebagai akibat dari tidak adanya regulasi penangkapan ikan seperti batas jumlah tangkapan qouta, hak kepemilikan property rights yang tidak jelas serta minimnya pengawasan. Metode penangkapan ikan dengan bom dan cyanida, serta metode pembukaan lahan budidaya melalui konversi hutan mangrove adalah model-model pengelolaan yang kurang mengedepankan aspek-aspek keberlanjutan. Selain itu aktivitas ekonomi di darat upland, pengeboran minyak dan pengerukan pasir laut serta laut menjadi jalur transportasi yang padat, akan berpotensi untuk memberikan tekanan yang semakin besar kepada laut, sehingga dampak tersebut berakibat terhadap terjadinya degradasi dan depresiasi sumberdaya alam. Model-model pengelolaan perikanan dan kelautan yang diterapkan kemudian menjadi sangat penting. Pengalokasian sumberdaya yang jelas efisien dan merata serta sustain akan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan. Indikator-indikator pengelolaan serta alat-alat evaluasi tools analysis yang digunakan akan menentukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh masyarakat nelayan baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen. 40 Pengambilan kebijakan terhadap pengelolaan sumberdaya, dengan prinsip keberpihakan terhadap masyarakat nelayan adalah hal yang utama. Pengaturan dan pengalokasian sumber daya secara efisien dan merata akan sangat menentukan keberhasilan program. Pengaturan property rights hak kepemilikan, adalah salah satu upaya dalam optimalisasi potensi sumber daya yang berkelanjutan. Selain itu eksternalitas dan masalah terhadap lingkungan juga perlu dimasukkan dalam perhitungan ekonomi sumberdaya perikanan berkelanjutan. Pengaturan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan perlu dilakukan, mengingat sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya public goods barang- barang publik, sehingga dalam pengelolaannya menjadi open access dan milik bersama common property. Pengelolaan sumberdaya yang demikian oleh Garret Hardin akan mengarah pada the tragedy of commons, tragedi milik bersama. Selain itu sifat sumberdaya perikanan yang meskipun dapat pulih renewable akan tetapi sangat bergantung pada daya dukung lingkungan carrying capacity, sehingga memerlukan ketelitian dalam pengelolaannya. Menurut Gordon 1954 in Fauzi 2004 bahwa sumberdaya ikan pada umumnya bersifat open access. Tidak seperti sumberdaya alam lainnya, seperti pertanian dan peternakan yang sifat kepemilikannya jelas, sumberdaya ikan relatif bersifat terbuka. Gordon selanjutnya menyatakan bahwa tangkap lebih secara ekonomi economic overfishing akan terjadi pada perikanan yang tidak terkontrol ini. Mengacu pada contoh dua tipe akses yang berbeda, yakni akses terbuka open access dan akses terbatas limited access. Konsep keberlanjutan paling tidak mengandung dua dimensi: Pertama, adalah dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa mendatang. Kedua, adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi, sumber daya alam dan lingkungan Heal 1998 in Fauzi 2004. Perikanan tangkap merupakan aktivitas ekonomi yang unik bila dibandingkan dengan aktivitas lain. Hal ini berkaitan dengan kondisi sumberdaya ikan dan laut itu sendiri, yang seringkali dianggap sebagai common pool resources . Selain itu, perikanan tangkap ini biasanya dikelola pada kondisi open access , yang menyebabkan sulitnya pengendalian faktor input, sehingga akhirnya 41 sulit untuk mengukur seberapa besar kapasitas perikanan yang dialokasikan di suatu wilayah perairan. Dalam kondisi ini, sulit bagi kita untuk mengetahui apakah perikanan dalam keadaan kelebihan kapasitas over capacity, atau di bawah kapasitas under capacity atau telah efisien? Kegagalan dalam pengukuran kapasitas perikanan inilah yang menyebabkan kita kesulitan mengatasi masalah eksternalitas Fauzi dan Anna 2005. Selain itu, pengelolaan sumber daya perikanan secara berkelanjutan harus pula memperhatikan keterkaitan aspek ekologis, aspek ekonomi dan aspek sosial. Ketiga aspek tersebut saling terkait. Aspek ekologis merupakan pendekatan kelestarian ekologi dan menurut Keraf 2002 disebut ekologi berkelanjutan bila memiliki sasaran mempertahankan dan melestarikan ekologi dan seluruh kekayaan bentuk bentuk kehidupan didalamnya. Pembangunan perikanan berkelanjutan juga harus memperhatikan kompleksitas dalam pengelolaannya. Bagaimana suatu aktivitas pembangunan akan berdampak terhadap lingkungan. Konsep keberlanjutan kemudian akan menjadi sangat penting. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia tidak rusak. Dalam kaitannya dengan aktivitas pembangunan perikanan dan konsep keberlanjutan, menurut Bengen 2004 bahwa akan terdapat tiga opsi yakni: 1 aktivitas pembangunan yang tidak berdampak negatif sama sekali terhadap lingkungan, 2 aktivitas yang hanya sedikit dampak negatifnya dan 3 aktivitas yang menimbulkan perubahan besar terhadap lingkungan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada April 2008 sampai bulan Desember 2010 di di wilayah perairan ZEEI Samudera Hindia Selatan Jawa Timur dengan titik koordinat 9-12º LS, 110-115º BT dan wilayah pesisir Sendang Biru Desa Tambak Rejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Peta lokasi sebaran rumpon penelitian dan posisi Sendang Biru Desa Tambak Rejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang disajikan dalam Gambar 3. Gambar 3 Peta lokasi sebaran rumpon sampel penelitian Sumber: Peta dasar dari Bakosurtanal. Posisi rumpon yang dikaji dalam penelitian ini merupakan rumpon laut dalam dan permanen yang dipasang oleh nelayan sekoci Sendang Biru Kabupaten Malang dengan fishing ground yang bertepatan di wilayah pengelolaan perikanan WPP 573 Republik Indonesia Gambar 4. Hasil tangkapan yang dikaji adalah hasil tangkapan nelayan sekoci setiap trip yang dilakukan di 18 rumpon sampel dari tahun 2003 hingga tahun 2010. 42 Gambar 4 Wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia Sumber: KKP 2011.

3.2 Tahapan Penelitian

Penelitian Desain Pengelolaan Perikanan Madidihang Thunnus albacares di Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Samudera Hindia Selatan Jawa Timur, dirancang ke dalam 7 tujuh tahapan untuk memudahkan pencapaian tujuan penelitian. Adapun ke-7 tahapan penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Identifikasi kondisi atribut pemanfaatan yang terdapat pada dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, teknologi dan kelembagaan perikanan tuna nelayan sekoci di perairan ZEEI Samudera Hindia Selatan Jawa Timur 2. Analisis hidro-oseanografis yang terdiri atas sebaran spasial suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a perairan ZEEI Samudera Hindia Selatan Jawa Timur. 3. Analisis stok biomas Madidihang Thunnus albacares berdasarkan Catch per Unit Effort CPUE Madidihang hasil tangkapan nelayan sekoci di perairan ZEEI Samudera Hindia Selatan Jawa Timur. 4. Analisis hubungan antara kondisi biofisik perairan dengan kondisi stok biomassa Madidihang di perairan ZEEI Samudera Hindia Selatan Jawa Timur. 5. Analisis indikator kelayakan usaha perikanan Madidihang dengan kapal sekoci di perairan ZEEI Samudera Hindia Selatan Jawa Timur.