Pendidikan, Umur dan Pengalaman Nelayan Sekoci
127
Gambar 34 Pendidikan nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru. Dari Gambar 34 menunjukkan bahwa jika dilihat dari tingkat pendidikan
pada umumnya nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dengan lulusan tingkat pendidikan, yaitu
sekitar 53 nelayan lulusan dari SD atau setingkat Sekolah Dasar, 36 lulusan SMP dan hanya 1 lulusan dari SMA.
Nelayan tersebut
pada umumnya 95 suku Bugis berasal dari Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan
dan sisanya berasal dari Jawa dan Madura .
Rendahnya tingkat pendidikan pada nelayan tersebut, disebabkan karena nelayan tidak bisa melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi sebagai
akibat faktor keterbatasan biaya. Sehingga dengan keterbatasan keilmuan tersebut, menangkap ikan sebagai nelayan dijadikan pekerjaan alternatif.
Kisaran umur nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru, adalah berkisar antara 20-25 tahun 59, 26-31 tahun 26, 16-20 tahun 7 dan berusia
di atas 30 tahun berkisar 9, seperti tersaji pada Gambar 35.
Gambar 35 Usia nelayan kapal sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru.
128
Berdasarkan kategori usia produktif, maka nelayan sekoci tersebut termasuk pada golongan usia produktif. Kondisi tersebut, mendukung
pekerjaan sebagai nelayan sekoci yang membutuhkan tenaga yang kuat, karena selain diperlukan untuk kegiatan memancing yang menggunakan hand line,
juga diperlukan dalam mengoperasikan perahu sampai ke tujuan rumpon yang berada di ZEEI Samudera Hindia, dengan arus dan gelombang yang
besar. Keberhasilan kegiatan tangkap selain di tentukan oleh kekuatan fisik dan pengetahuan, juga sangat ditentukan pengalaman nahkoda dalam memandu
ABK untuk memancing ikan. Keterampilan memancing yang dimiliki oleh nelayan sekoci PPP
Pondokdadap Sendang Biru pada umumnya diperoleh dari pengalaman dan kekuatan spiritualnya. Intuisi digunakan saat akan pergi melaut, terutama oleh
nahkoda, misalnya: 1 nahkoda berpantangan untuk menoleh ke kiri dan ke kanan saat berjalan menuju perahu, sehingga kepala harus menunduk 2
nahkoda berpantangan untuk menjawab pertanyaan siapapun, apabila ada yang menyapa : mau ke laut ya? biasanya nahkoda membatalkan keberangkatannya,
walaupun perahu sudah siap untuk melaut, 3 ABK, tidak boleh meminjam dan meminjamkan apapun yang ada di dalam perahu setelah dipersiapkan
untuk berangkat. Apabila ketentuan terebut di langgar, maka nahkoda dan ABK meyakini bahwa kejadian tersebut merupakan pertanda kesialan.
Pengalaman nahkoda perahu sekoci yang ada di Sendang Biru rata-rata 4-5 tahun, sedangkan ABK 2-5 tahun. Dari hasil wawancara diperoleh
gambaran bahwa tingkat pendidikan SD dan SMP dianggap lebih terampil dan cekatan dalam hal memancing, jika dibandingkan dengan lulusan SMA atau
yang lebih tinggi lainnya. Hal ini terjadi karena nelayan yang berpendidikan hanya setingkat SD dan SMP tidak banyak pilihan pekerjaan yang sesuai
dengan tingkat pendidikannya sehingga akan bekerja sebaik-baiknya dan fokus pada pekerjaan tersebut. Sementara nelayan yang berpendidikan SMA atau
diatasnya berharap masih ada pekerjaan lain yang lebih baik sehingga bekerja sebagai nelayan tidak terlalu fokus dan kurang tekun. Fenomena ini
sesungguhnya akan berbalik apabila armada tangkap yang dimiliki memiliki teknologi tinggi, artinya semua hasil kegiatan penangkapan merupakan suatu
129
keterpaduan antara pemikiran yang dihasilkan dari proses keilmuaan, usaha dan doa. Sebaliknya untuk nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru,
oleh karena teknologi yang di gunakan rendah tradisional, maka hasil yang diperoleh pada umumnya dianggap sebagai keberuntungan semata. Kondisi ini
mengakibatkan rendahnya pemanfaatan SDI Tuna yang ada diperairan ZEEI Samudera Hindia, yang membutuhkan tingkat pengetahuan dan teknologi
tinggi di samping pengalaman.
4.5.3 Serapan Kerja Kerja dan Pertumbuhan Nelayan Sekoci 4.5.3.1 Serapan Tenaga Kerja Nelayan
Armada kapal sekoci memiliki tenaga kerja 1 orang sebagai nahkoda dan 4-5 orang sebagai ABK, namun rataan 4 orang ABK. Keberadaan kapal sekoci
di Sendang Biru oleh penduduk lokal dianggap berkah, karena membuka lapangan kerja baru terutama untuk di PPP Pondokdadap. Sebelum berangkat
kapal sekoci dibersihkan terlebih dahulu dengan jumlah pekerja sebanyak 2 orang, kemudian memperkerjakan 2 orang sebagai pengisi perbekalan. Pada
saat ikan mendarat, untuk bongkar ikan diperkerjakan 4 orang pengangkut ikan dari kapal ke PPP Pondokdadap, selanjutnya dari PPP Pondokdadap untuk
mengangkut ikan ke penampungan dipekerjakan 2 orang manol. Dengan demikian, untuk 1 kapal sekoci dapat menyerap tenaga kerja sekitar 15 orang.
Jumlah nahkoda dan ABK sekoci yang ada di PPP Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang pada tahun 2010 saat ini adalah 1 663 orang.
Sementara jumlah tenaga kerja total yang diserap di darat bila diasumsikan bahwa setiap sekoci berangkat menuju wilayah penangkapan dan melakukan
pendaratan ikan masing-masing 3 tiga kali setiap bulan maka total pendaratan dan pemberangkatan seluruh sekoci dalam sebulan adalah 909 kali, sehingga
dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 455 orang untuk melayani sekitar 30 kali pemberangkatan dan pendaratan per hari.
Jumlah pengambek saat ini adalah 17 orang, sehingga total tenaga kerja yang terserap langsung pada tahun 2010 untuk tenaga kerja yang terserap dari
303 unit kapal sekoci adalah 2 135 orang. Tenaga kerja lain yang terserap secara tidak langsung diantaranya adalah pekerja yang terkait dengan
pengadaan sembako, solar dan es, pedagang dan penjual ikan, pengusaha
130
transportasi, pengusaha pengolahan ikan pindang, tukang ojek dan pedagang, bengkel, rumah makan dan pedagang lainnya. Keberadaan tenaga kerja
pembersih, pengisi kapal, dan pembongkar muat ikan menjadi daya tarik nelayan andon untuk datang ke Sendang Biru. Berdasarkan hasil wawancara,
keberadaan tenaga kerja di darat sangat membantu para ABK, sehingga tidak perlu bekerja lain selain memancing ikan dan bisa istirahat setelah sampai di
darat. Sementara di wilayah lain seperti di Larantuka, Lombok dan daerah lainnya sulit mencari tenaga di darat. Selain itu, adanya kemudahan untuk
menjual ikan dengan cepat dan akses terhadap kebutuhan perbekalan, seperti solar, es dan sembako tersedia dengan mudah di Sendang Biru.