89
4.1.5 .2 Korelasi Silang Klorofil-a dengan CPUE
Berdasarkan hasil analisis spektoral dan deret ukur sebagaimana di uraikan sebelumnya, bahwa konsentrasi klorofil-a berkorelasi positif dengan
CPUE Madidihang di perairan selatan Jawa timur pada tahun 2005 hingga tahun 2010. Hasil analisis tesebut, dipertegas oleh hasil korelasi silangnya yang
memiliki nilai sebesar 0.72 dan fluktuasinya berkorelasi pada periode 12 bulan dengan beda fase antara kedua fluktuasi tersebut adalah tan
-1
-0.51 Tabel 10. Hal ini berarti bahwa fluktuasi CPUE sebagai variabel terikat y mendahului
fluktuasi klorofil-a x dengan beda fase 27 hari. Artinya fluktuasi CPUE ikan tuna mendahului sekitar 27 hari sebelum terjadinya fluktuasi konsentrasi
klorofil-a. Hasil korelasi klorofil-a dan CPUE di perairan selatan Jawa disajikan pada Gambar 20.
Gambar 20 Hasil korelasi silang antara klorofil-a dengan CPUE di selatan Jawa periode 2005-2010 menggunakan metode Wavelet.
Untuk menegaskan adanya pola hubungan yang positif antara CPUE dengan konsentrasi klorofil-a, maka dilakukan regresi sederhana antara ke dua
parameter tersebut. Hasil regresi sederhana antara SST dan klorofil-a dengan CPUE tersaji pada dan antara klorofil-a dengan CPUE pada Gambar 21.
Dari Gambar 21 menunjukkan bahwa meningkatnya suhu permukaan laut pada suhu tertentu, akan diperoleh hasil tangkapan CPUE yang makin
rendah r=-0.21. Penurunan tersebut mengikuti persamaan garis dari hasil regresi sederhana antara suhu permukaan laut dengan CPUE Madidihang di
perairan Selatan Jawa, adalah CPUE= 1185-26.09SST. Sebaliknya untuk konsentrasi klorofil-a, pada saat konsentrasi klorofil-a meningkat, maka akan
90
diikuti oleh peningkatan hasil tangkapan r=0.56, peningkatan yang diperoleh akan mengikuti persamaan matematik CPUE = 457.17+21.99 Chl .
Korelasi antara suhu permukaan laut dan CPUE di selatan Jawa periode 2005-2010 cpue = 1185.0 - 26.09 SST
Correlation: r = -.2123
24 25
26 27
28 29
30 SST
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
1100
cp ue
95 confidence Korelasi antara klorofil-a dan CPUE di selatan Jawa periode 2005-2010
cpue = 457.17 + 21.999 chlo Correlation: r = .05536
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
1.2 1.4
1.6 1.8
2.0 2.2
chlo 100
200 300
400 500
600 700
800 900
1000 1100
cp ue
95 confidence
Gambar 21 Hubungan antara suhu permukaan laut dengan CPUE Madidihang a dan klorofil-a dengan CPUE b di selatan Jawa
periode 2005-2010. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana dan korelasi silang antara
kedua parameter tersebut di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan hasil tangkapan CPUE Madidihang di fishing ground akan
meningkat 21 hari kemudian, setelah terjadinya puncak kelimpahan klorofil-a, sedangkan koherensi CPUE dengan suhu permukaan laut, adalah hasil
tangkapan akan meningkat setelah 69 hari berakhirnya puncak fluktuasi suhu permukaan laut di perairan selatan Jawa, khususnya di wilayah Jawa Timur
dengan titik koordinat 110-114° BT dan 9-11° LS. Meningkatnya klorofil-a merupakan indikator melimpahnya fitoplankton di perairan yang menjadi
makanan zooplankton yang merupakan makanan ikan kecil lainnya, seperti udang, teri, lemuru dan ikan lainnya. Ikan teri dan udang tersebut merupakan
makanan yang paling disukai oleh Madidihang, terutama pada fase juvenil. Fase juvenil menghabiskan sebagian besar hidupnya di lapisan campuran
dengan kisaran suhu 24º-30ºC Conand dan Richards 1982. 4.2 Aspek Produksi, Biologi Madidihang dan Kaitannya dengan Kondisi
Hidro-oseanografi di Rumpon 4.2.1 Status, Jenis dan Jumlah Tangkapan
Madidihang merupakan ikan pelagis besar yang distribusinya berada di perairan tropis dan subtropis Collette and Nauen 1983. Di Samudera Hindia
Madidihang merupakan species utama yang menjadi tangkapan Somvanshi