Pengelolaan Sumberdaya Perikanan TINJAUAN PUSTAKA

35 perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah dan mengawetkannya. Pengelolaan perikanan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumber dan implementasinya with enforcement if need, dalam upaya menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan CCRF Guideline No.4. Sedangkan menurut Ditjen Perikanan 1999 pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 sub-sistem, yaitu : 1 Sub-sistem eksplorasi sumberdaya perikanan. Diharapkan akan dapat menjawab keterbatasan informasi, yang terkait dengan besarnya potensi sumberdaya perikanan yang tersedia menurut jenis dan penyebarannya yang dapat dituangkan dalam bentuk peta penyebaran, tata ruang wilayah, kawasan konservasi dan besarnya alokasi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan pada periode waktu dan lokasi tertentu, Penyediaan sarana yang tercakup dalam subsistem eksplorasi diharapkan akan dapat mendukung rencana lokasi pemanfaatan sumberdaya, sejalan dengan penyebaran sumberdaya dan tata ruang wilayah, sehingga diperoleh suatu sistem jaringan prasarana yang memadai dan efisisen. 2 Sub-sistem pemanfaatan sumberdaya dan pembinaan usaha. Penanganan subsistem pemanfaatan sumberdaya perikanan diharapkan dapat mengembangkan usaha pemanfaatan sumberdaya yang produktif, mempunyai nilai tambah yang tinggi dan dapat memberikan jaminan pendapatan bagi para pelakunya, dalam rangka peningkatan kesejahteraan. Pemanfaatan sumberdaya dan pembinaan usaha dilakukan berdasarkan potensi sumberdaya wilayah yang tersedia dan didasarkan pada partisispasi dan keinginan masyarakat setempat sesuai dengan permintaan pasar. 3 Sub-sistem pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya. Penanganan subsistem pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya, diharapkan dapat memberikan jaminan bahwa pemanfaatan sumberdaya dilakukan secara efisien dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Berjalannya subsistem ini akan dapat menekan pemborosan dan kehilangan akan sumberdaya perikanan, serta diharapkan akan dapat memberikan 36 jaminan terhadap keberlanjutan usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha, untuk itu diperlukan keterpaduan antara lembaga pengawasan dan peningkatan koordinasi antara penegak hukum. Pengeloalan perikanan khususnya kegiatan produksi perikanan tangkap pada suatu wilayah perairan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: ketersediaan stok, tingkat upaya penangkapan, serta faktor lain termasuk mortalitas yang bersifat alamiah. Faktor-faktor produksi tingkat upaya yang telah ada merupakan faktor yang pengaruhnya paling besar Monintja dan Zulkarnain 1995. Ketersediaan stok ikan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kelahiran, pertumbuhan, kematian, emigrasi dan imigrasi ikan. Pertumbuhan pada tingkat individu dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan populasi, diartikan sebagai pertambahan jumlah. Faktor dalam dan luar yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya ialah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah individu yang menggunakan makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor kualitas air, umur dan ukuran ikan serta kematangan gonad Effendie 1997. Selain permasalahan aspek bio-ekologi dan tingkat upaya, aspek kebijakan sektor perikanan juga menjadi sangat penting. Kusumastanto 2002, menyatakan bahwa ketertinggalan sektor perikanan dan kelautan merupakan akibat dari adanya persoalan-persoalan yang bersifat struktural, terutama adanya kebijakan pembangunan pada masa orde baru yang cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi non-kelautan, padahal sektor mempunyai logika dan karakteristik pembangunan yang berbeda dengan sektor non-kelautan yang lebih berorientasi kedaratan terresterial. Lebih jauh dinyatakan bahwa arah pembangunan yang mengarah pada output semata harus ditinggalkan dan dikembangkan pada pembangunan yang memberikan nilai tambah added value, kesejahteraan rakyat, serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik. Pengembangan jenis teknologi penangkapan ikan perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan 37 pembangunan umum perikanan. Adapun syarat-syarat pengembangan teknologi penangkapan ikan haruslah dapat, menyediakan kesempatan kerja yang banyak, menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan, menjamin jumlah produksi yang tinggi untuk menyediakan protein, mendapatkan jenis ikan komoditas ekspor atau jenis ikan yang biasa di ekspor serta tidak merusak kelestarian ikan. Menurut Fauzi 2004 untuk mengendalikan hal-hal tersebut, penerapan kebijakan konvensional yang sering digunakan antara lain pajak, baik pajak terhadap input maupun output perikanan, pembatasan entry limited entry maupun kuota, untuk mencapai tujuan pengelolaan perikanan yang rasional dan bertanggung jawab, sering menemui kegagalan. User fee atau fishing fee sebagai salah satu alternatif pengelolaan sumberdaya perikanan yang didasarkan pada cost-effective management, diharapkan menjadi stimulus bagi pengelolaan sumber daya perikanan yang lebih efektif, disamping tersedianya dana untuk pemeliharaan dan pengelolaan sumber daya perikanan. Pengelolaan sumberdaya perikanan perlu melakukan estimasi dengan validitas yang tinggi. Salah satu kompleksitas dalam pengelolaan perikanan di daerah tropis adalah umumnya ikan dicirikan oleh sifat multispesies dan usaha perikanan dicirikan oleh keragaman armada. Sistem perikanan terdapat tiga tipe utama interaksi antara komponen sistem multispesiesmultiarmada yakni: 1 interaksi biologi, interaksi ekonomi dan interaksi teknis FAO 1999. Lebih jauh King 1995 menyatakan bahwa tujuan utama pengelolaan perikanan adalah menjaga ketersediaan stok sumberdaya ikan. Pengelolaan perikanan modern perlu memasukkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dengan tujuan kesejateraan masyarakat pemanfaat nelayan, efisiensi ekonomi, alokasi sumber daya dan menjaga kelestarian lingkungan.

2.6 Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Didasarkan pada tujuan utama pengelolaan sumberdaya berkelanjutan adalah pencapaian keuntungan secara maksimum dengan tetap menjaga 38 keberlangsungan ketersediaan sumberdaya sebagaimana tujuan pembangunan berkelanjutan yakni pembangunan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini tanpa menurunkan atau menghancurkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya WCED 1987 in Dahuri 2003. Selanjutnya bahwa atas dasar definisi dari tujuan tersebut, pembangunan berkelanjutan mengandung tiga unsur dimensi utama yang meliputi dimensi ekonomi, ekologis dan sosial Harris and Goodwin 2002 in Dahuri 2003. Prasyarat utama pembangunan berkelanjutan adalah tersedianya sumber daya input secara berkelanjutan. Menurut Heal 1998 in Fauzi 2004, konsep keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi: Pertama adalah dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa mendatang. Kedua adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumberdaya alam dan lingkungan. Untuk memenuhi ketersediaan sumberdaya input secara terus menerus, maka perhitungan-perhitungan lingkungan environmental accounting harus dimasukkan sebagai instrumen kebijakan. Dengan demikian maka pembangunan berkelanjutan dapat terwujud, sebagaimana yang dikatakan oleh Todaro and Smith 2003, bahwa suatu proses pembangunan baru dapat dikatakan berkesinambungan apabila total stok modal jumlahnya tetap atau meningkat dari waktu ke waktu . Hal penting yang terkandung secara implisit dalam pernyataan tersebut adalah kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi di masa mendatang dan kualitas kehidupan umat manusia secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup yang ada pada saat ini. Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi, khususnya di negara- negara berkembang seperti Indonesia. Selain sebagai sumber protein utama bagi kurang lebih 230 juta penduduk Indonesia, sektor perikanan dan kelautan juga merupakan sumber penghasilan dan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar masyarakat. Sektor perikanan dan kelautan juga berperan penting dalam penerimaan devisa melalui perdagangan internasional global trade. Sutikno dan Maryunani 2006, menyatakan sumberdaya perikanan sebagai salah satu sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui