Discard by Catch Rumpon Fish Aggregating Device dan Kondisi Hydro-oseanografi di
99
Dari Tabel 14 diperoleh gambaran bahwa metode pemancingan yang yang efektif untuk menangkap Madidihang di rumpon adalah metode coping.
Berdasarkan sebaran suhu menegak maka posisi tersebut berada di lapisan campuran hingga termoklin, karena suhu sebaran menegak di fishing ground
untuk lapisan campuran adalah pada kedalaman 0-29 m pada musim peralihan ke-2 hingga musim barat Oktober-Februari, sedangkan pada musim timur
pada kedalaman 0-49 m, sedangkan untuk lapisan termoklin pada musim peralihan ke-2 hingga musim barat, terjadi pada kedalaman 30-149 m dan 50-
199. Metode copping menjadi efektif karena umpan dan mata pancing berada di lingkungan yang disukai ikan yaitu di lapisan termoklin tempat ikan besar
berkumpul .
Dari total hasil tangkapan empat metode yang digunakan, metode copping menghasilkan 100 ikan berukuran 10-20 kg dan 30 yang
berukuran di atas 20 kg. Bedasarkan hasil tangkapan tersebut dapat diestimasi bahwa ikan
Madidihang memiliki preferensi lingkungan yang sesuai dengan kondisi hidro- oseanografi dari fishing ground rumpon. Adanya kesesuaian antara
lingkungan dengan ikan tersebut, dapat di lihat dari hasil tangkapan dengan menggunakan metode coping. Metode coping adalah metode memancing
dengan menarik dan mengulur-ulur line dengan tangan, kedalaman mata pancing mencapai 30-100 m. Hal ini berarti pemancingan dilakukan pada
lapisan campuran hingga termoklin. Menurut Weng et al. 2009 Madidihang 93.4 dalam fase hidupnya berada di lapisan campuran dan termoklin dengan
kedalaman 200 m. Dari waktu tersebut 93.4 selama 72.0 berada dalam lapisan campuran pada kedalaman sampai 50 m mixed layer, pada malam
hari: 84.9- 46 dan siang hari 59.3-6.1 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di lapisan campuran hingga
kedalaman 100 m pada lapisan termoklin di fishing ground merupakan tempat yang optimal untuk melakukan kegiatan pemancingan. Pada kedalaman antara
30-100 m tersebut suhu berkisar antara 14 hingga 28°C, dengan DO kisaran 2.47-4.47 mgl
merupakan kondisi yang cocok untuk tuna berukuran kecil maupun besar. Kondisi ini sesuai dengan pendapat dari Mohri dan Nishida
2000 yang mengatakan bahwa Madidihang dewasa di Samudera Hindia
100
memiliki suhu preferensi berkisar antara 13-24°C dengan konsentrasi DO minimal 1 mgl.
Sel
ain cocok untuk yang berukuran besar, lapisan campuran dan termoklin pada fishing ground juga sesuai dengan kondisi untuk fase larva
yang membutuhkan suhu hangat diatas 27°C Conand dan Richards 1982.
Suhu lapisasan campuran di fishing ground berada dalam kisaran antara 27- 28°C. Oleh karena hasil tangkapan metode coping dan tonda sebagian besar
memperoleh ukuran fase juvenil, maka selatan jawa merupakan area nursering bagi Madidihang. Hal ini dikuatkan dengan hasil tangkapan lainnya, yakni
metode tonda, 50 hasil tangkapan ikan kecil ditangkap dengan cara ini. Selain ikan larva dan dewasa antara 10-20 kg, ikan tuna yang berukuran besar,
di atas 20-70 kg berada juga di lapisan campuran dan termoklin. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan ikan berkaitan erat
dengan suhu menegak dari perairan. Di rumpon nelayan sekoci PPP Pondokdadap Sendang Biru dapat diperoleh gambaran sebagai berikut:
1. Lapisan campuran terjadi sampai pada kedalaman 29 m pada musim barat dan 49 m musim timur, lapisan termoklin terjadi sampai pada kedalaman
149 pada musim barat dan 199 m pada musim timur. Suhu stabil sekitar 27- 28º C hingga kedalaman 50 m. Selanjutnya menurun secara gradual dari
suhu sekitar 27ºC sampai suhu 14º pada kedalaman 200 m. Pada lapisan dalam dimulai pada kedalaman 200 m, secara gradual suhu menurun dari
14.05º hingga suhu 3.42ºC pada kedalaman 1600 m. 2. Pada lapisan campuran, Madidihang yang tertangkap berukuran 1-2 kg
100, 2-9 kg 50, 10-20 kg 50 dan 20 kg 20. Tingginya hasil tangkapan pada fase larva hingga juvenil 1-9 kg Madidihang di
lapisan ini merupakan preferensi yang disukai oleh tuna tersebut, campuran yang memiliki suhu hangat, biasanya suhu yang disukai berada
di atas 27ºC Conand dan Richards 1982; Marsac 2002. Dengan demikian, dapat diduga bahwa di fishing ground merupakan habitat yang sesuai
dengan fase tersebut karena sesuai dengan suhu optimumnya, yaitu hingga kedalaman 49 m dari permukaan memiliki suhu yang stabil, yakni di atas
27ºC hingga 28ºC. Selain memiliki suhu yang hangat, dalam lapisan campuran fishing ground kaya akan klorofil-a terutama pada musim angin
101
timur dengan kisaran konsentrasi 0.09-5.96 mgl dengan konsentrasi DO
berkisar 4.17-4.56 mgl
.
3. Pada lapisan termoklin, ikan yang tertangkap pada umumnya adalah fase dewasa yaitu yang berukuran di atas 10 kg. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mohri dan Nishida 2000 yang menyatakan bahwa ikan dewasa di Samudera Hindia berada pada lapisan termoklin, dengan suhu optimal pada
kisaran 13-24ºC Sedangkan menurut Rajapaksa et al. 2010, untuk ikan besar dengan ukuran 20.5-21.5 kg menyukai suhu yang hangat, yaitu antara
28-30ºC. Hal ini berarti, ikan tuna berada di lapisan campuran dan termoklin. Dengan demikian, maka keberadaan ikan tuna dewasa di fishing
ground nelayan Sendang Biru berada dari permukaan hingga sampai
kedalaman 200 m. 4. Apabila melakukan penangkapan, agar memperoleh hasil tangkapan yang
optimal, sebaiknya trolling di rumpon dilakukan pada kedalaman pancing antara 30-199 m. Keberadaan ikan tuna besar di permukaan lapisan atas
yang ditangkap dengan metode layang-layang menegaskan bahwa ikan tuna memiliki sifat yang berasosiasi dengan benda bergerak Dagorn and Fréon