9
Gambar 2 Bagian-bagian biji tanaman berbiji tertutup Angiospermae.
tidak dibuahi, apogamic dari sel-sel antipoda dan sinergid, ataupun dari embrio adventif seperti embrio nuselar Ortiz 2002; Kepiro Roose 2007. Istilah embrio
nuselar atau nucellar embryony pada biji jeruk merujuk pada perkembangan embrio dari jaringan maternal yang disebut nuselus yang terletak di sekeliling
kantung embrio. Embrio nuselar terkait pula dengan istilah poliembrioni terbentuk banyak embrio dalam satu biji, sehingga saat biji jeruk berkecambah
akan dihasilkan banyak kecambah Kepiro Roose 2007. Bibit jeruk yang bersifat apomiksis dapat menghasilkan tanaman yang seragam Khan et al. 2007
dan mempunyai sifat yang sama dengan induknya Setiono Supriyanto 2005.
2.2 Embriogenesis Somatik
Perbanyakan tanaman jeruk secara in vitro dapat menggunakan teknik embriogenesis somatik. Embriogenesis somatik adalah proses di mana sel-sel
somatik non-zigotik mengalami diferensiasi membentuk suatu struktur bipolar yang mengandung aksis tunas dan akar. Embriosomatik tersebut sama dengan
embrio zigotik dan dapat menjadi matang dan berkecambah Smith 2000. Embriogenesis somatik merupakan cara perbanyakan dan sistem regenerasi
tanaman yang paling cepat Mattjik 2005, metode yang efisien dari regenerasi tanaman untuk produksi cepat dalam jumlah besar tanaman sehat dalam waktu
yang singkat Gholami et al. 2013, alat untuk mendapatkan tanaman jeruk bebas virus bila menggunakan eksplan ovule El-Sawy et al. 2006, eliminasi penyakit
sistemik, seperti huanglongbing dan virus Citrus Tristeza, melalui pembentukan embriosomatik yang berasal dari eksplan nuselus Widyaningsih et al. 2013.
Tanaman yang berasal dari embrio somatik adalah tanaman yang true-to- type, sama dengan induknya, karena berasal dari jaringan somatik Devy et al.
2012. Pada tanaman jeruk, bagian yang sering digunakan untuk menghasilkan tanaman yang true-to-type adalah jaringan nuselus Gambar 2 sebagai bahan
eksplan untuk kultur nuselus. Selain dapat menghasilkan tanaman yang memiliki kesamaan karakter dengan tanaman induknya, kultur nuselus juga dapat
menghasilkan tanaman bebas penyakit Widyaningsih et al. 2013.
10 Embrio zigotik berkembang dalam gametofit betina dengan atau tanpa
pembelahan Zulkarnain 2009 yang terbentuk dari zigot hasil fertilisasi gamet jantan dan betina, sedangkan embrio somatik adalah embrio yang terbentuk dari
jaringan non-zigotik, seperti jaringan nuselus pada jeruk. Proses pembentukan embrio somatik dapat dilakukan secara tidak langsung melalui tahapan
pembentukan kalus Rianawati et al. 2009. Embrio somatik yang dihasilkan selanjutnya ditumbuhkan pada media perkecambahan dan perakaran agar dapat
berkembang menjadi plantlet. Embrio somatik yang sudah berkecambah adalah embrio yang sudah mencapai fase kotiledon. Meskipun demikian, tidak semua
embrio dapat berkembang menjadi kecambah normal, karena sebagian embrio menunjukkan perkembangan yang abnormal tidak berkembang menjadi tunas,
atau membentuk tunas baru namun tidak tumbuh akar. Hanya embrio dewasa yang berkecambah normal yang dapat berkembang menjadi planlet, artinya dapat
membentuk tunas dan akar hingga menjadi tanaman sempurna. Kecambah normal yang telah berakar artinya telah berhasil membentuk planlet, dan selanjutnya
planlet yang telah membentuk minimal 2 ruas tunas siap dikeluarkan dan diaklimatisasi Avivi et al. 2010.
Faktor-faktor yang mempengaruhi embriogenesis somatik adalah genotipe, komposisi medium kultur, tipe dan tahap perkembangan eksplan Carimi 2001.
Genotipe yang berbeda bila dikulturkan dalam media perlakuan yang sama dapat menghasilkan jenis kalus yang berbeda. Grapefruit membentuk kalus rata-rata
paling rendah sekitar 3,0 dalam semua media perlakuan. Sedangkan rata-rata tertinggi pembentukan kalus adalah pada genotipe sour orange jeruk asam,
sekitar 50,7 El-Sawy et al. 2006. Medium kultur untuk induksi embrio somatik langsung maupun tidak langsung akan berbeda bagi setiap genotipe.
Medium terbaik untuk induksi kalus embriogenik, pematangan embrio dan regenerasi planlet dari biji jeruk immature Citrus limon
‘Eureka’ adalah medium dengan ekstrak malt 500 mgl, sukrosa dengan konsentrasi tinggi 50 gl, dan
dengan penambahan zat pengatur tumbuh BAP 3 mgl Gholami et al. 2013. Kalus ditempatkan pada medium yang mengandung auksin untuk menginduksi
terjadinya proses embriogenesis somatik. Setelah itu massa sel ditempatkan pada medium bebas zat pengatur tumbuh untuk perkembangan embrio Smith 2000.
Kalus embriogenik yang dihasilkan remah dan berwarna kuning mengkilap, berpotensi untuk menghasilkan embrio somatik.
Optimasi regenerasi tanaman yang melibatkan embriogenesis somatik tidak langsung membutuhkan penambahan sukrosa dalam medium Murashige dan
Tucker MT untu k induksi embrio somatik dari kalus “Ponkan” mandarin C.
reticulata , Blanco, ‘Cravo’ mandarin C. reticulata, ‘Itaborai’ sweet orange C.
sinensis L. Osbeck, ‘Valencia’ sweet orange C. sinensis dan ‘Kinnow’ mandarin C. nobilis Loureiro x C. deliciosa Tenore. Sukrosa penting sebagai
sumber karbon untuk perkecambahan embrio dan pembentukan planlet untuk semua jenis jeruk di atas Ricci et al. 2002.
Beberapa spesies jeruk ditemukan responsif untuk dikultur pada medium dasar yang ditambahkan dengan ekstrak malt, tapi embriogenesis harus diperkaya
dengan penambahan bahan pertumbuhan lainnya El-Sawy et al. 2006. Tipe dan tahap perkembangan eksplan seperti pada perbanyakan in vitro jeruk Citrus
limonia Osbeck adalah dengan menggunakan eksplan dari embrio nuselar Jajoo 2010, sebagai pertimbangan bahwa kultur nuselus dapat menghasilkan tanaman
11 yang memiliki kesamaan karakter dengan tanaman induknya dan bebas penyakit
sistemik Widyaningsih et al. 2013. Di Indonesia, penelitian mengenai embriogenesis somatik tanaman jeruk
telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti: Kosmiatin et al. 2014 melakukan induksi embriogenesis somatik dari jaringan triploid endosperm jeruk siam
Citrus nobillis Lour cv Simadu umur 11-13 minggu setelah antesis, menghasilkan formulasi media terbaik untuk induksi kalus embriogenik pada
media MS modifikasi dengan penambahan 3 mg L
-1
BA dan 500 mg L
-1
casein hydrolisat CH atau malt ekstrak ME. Merigo 2011 studi regenerasi tanaman
jeruk keprok Batu 55 melalui proses embriogenesis somatik yang mana eksplan terbaik untuk induksi kalus embriogenik adalah nuselus pada media dasar MT
yang ditambahkan BAP 3 mg L
-1
, 1 mg L
-1
2,4-D dan 500 mg L
-1
ME, media proliferasi kalus terbaik adalah media MS ditambah vitamin Morel and Weitmore
MW, 3 mg L
-1
BAP dan 300 mg L
-1
ME, media pendewasaan terbaik adalah media dasar MS ditambah vitamin MW, ABA 2.5 mg L
-1
dan 50 mg L
-1
ME, media perkecambahan terbaik adalah media dasar MS ditambah vitamin MW,
GA
3
2.5 mg L
-1
. Agisimanto et al. 2005 menggunakan eksplan nuselus jeruk siam pontianak dan jeruk manis pacitan yang ditanam pada media MS dengan 500
mg L
-1
malt ekstrak, 13,3 uM BAP, 146 mM sukrosa dan 10 g agar, memberikan respon positif terhadap pertumbuhan kalus dan regenerasi embrio somatik dari
kedua jenis jeruk tersebut; hasil regenerasi kedua jeruk tersebut diharapkan bebas terhadap penyakit sistemik. Husni et al. 2010 meregenerasikan jeruk siam
melalui proses embriogenesis somatik menggunakan eksplan nuselus dan embrio zigotik dari buah muda berumur 30-90 hari setelah anthesis dan dikulturkan pada
tiga jenis media dasar MS, MW dan MT untuk induksi kalus embriogenik, yang mana media dasar MW merupakan media terbaik untuk induksi kalus
embriogenik dari nuselus jeruk Siam Simadu dan Pontianak.
Perbanyakan vegetatif tanaman pada prinsipnya menghasilkan klon-klon tanaman dengan sifat yang seragam atau identik sama dengan tanaman induk, baik
secara in vivo dan in vitro Mariska 2002. Nuselus sebagai bahan eksplan untuk kultur nuselus dapat menghasilkan tanaman yang memiliki kesamaan karakter
dengan tanaman induknya dan bebas penyakit sistemik Widyaningsih et al. 2013. Dalam proses kultur in vitro, sering ditemukan keragaman somaklonal Mariska
2002. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keragaman somaklonal dalam proses kultur in vitro seperti; penambahan zat pengatur tumbuh
dari golongan auksin dan sitokinin, frekuensi sub kultur, periode lama kultur Yulianti et al. 2012.
2.3 Air Kelapa
Air kelapa mengandung sejumlah senyawa biokimia seperti potassium, sodium, kalsium, fosfor, besi, tembaga, sulfur, magnesium, asam askorbat dan
grup vitamin B. tujuh puluh persen kandungan air kelapa adalah asam amino bebas yang terdiri dari glutamine, arginine, asparagine, alanine dan asam aspartate
Gnasekaran et al. 2012; mengandung zat pengatur tumbuh alami auksin dan sitokinin yang dapat disubstitusikan dengan pengatur tumbuh sintetik dalam
proses kultur jaringan tanaman Mandang 1993.