Embriogenesis Somatik Induksi Mutasi Dengan Sinar Gamma Pada Populasi Kalus Embriogenik Jeruk Keprok Soe Untuk Ketahanan Terhadap Penyakit Huanglongbing

14 kelompok, yaitu akut efek yang tampak dalam beberapa jam, hari atau beberapa minggu, lambat tampak dalam bulanan atau tahunan, genetika tampak pada generasi berikutnya, dan foetal terjadi pada embrio yang diradiasi. Semua efek ini dapat terjadi pada semua organisme. Pada efek genetik, antara lain terjadi mutasi atau perubahan embrio yang diradiasi sehingga menyebabkan abnormalitas serius karena embrio sangat peka terhadap iradiasi Sudrajat Zanzibar 2009. Menurut Yulianti et al. 2010, hasil amplifikasi dan separasi DNA tanaman hasil radiasi mempunyai beberapa pola pita DNA, yaitu pola pita yang sama, kehilangan pita DNA, dan mengalami penambahan pita baru dibandingkan dengan tanaman kontrol. Kemungkinan penyebab penambahan dan kehilangan pita DNA dapat terjadi karena delesi pada situs di mana seharusnya penandamarka dapat menempel, terjadi duplikasi, substitusi basa nitrogen, insersi, dan translokasi pada saat jaringan tanaman terkena radiasi sinar gamma. Mutagen kimia umumnya kurang digunakan pada jeruk dibanding dengan radiasi Roose 2007. Perbedaan mutagen kimia menginduksi mutasi dengan spektrum yang berbeda. Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa alkyl alkylating agents seperti ethyl methane sulphonate EMS, diethyl sulphate dES, methyl methane sulphonate MMS, hydroxylamine, nitrous acids, dan acridines Soeranto 2013. Jika jaringan vegetatif seperti tunas atau jaringan meristem diperlakukan dengan mutagen kimia, maka dianggap paling baik mengeluarkan lapisan terluar dari daun yang menutupi tunas atau meristem supaya penetrasi agen kimiawi menjadi lebih baik. Materi kultur jaringan dianggap lebih mudah diperlakukan dengan agen kimiawi Roose 2007.

2.5 Mutasi pada Tanaman Jeruk

Induksi mutasi dengan sinar gamma telah efektif digunakan pada beberapa spesies jeruk. Iradiasi sinar gamma pada mata tunas dapat menghasilkan mutasi dengan frekuensi yang tinggi, mengarah pada pembentukan jenis baru bila dibandingkan dengan tanaman awal. Seleksi dan pengujian tanaman jeruk yang berasal dari hasil mutasi memerlukan beberapa tahun sebelum dapat dimanfaatkan secara komersial. Studi yang telah dilakukan, induksi mutasi pada tanaman jeruk dapat memperbaiki karakter yang berasal dari varietas asli tiga tahun setelah diperoleh tunas hasil mutasi yang memperlihatkan karakter ‘seedless’ sebaik warna daging dan kulit buah baru. Walaupun hal tersebut bukan hasil akhir, namun prosedur ini lebih cepat dibanding hibridisasi secara konvensional Sutarto et al. 2009. Penelitian pada buah muda dari 36 kultivar jeruk yang dikenakan dengan radiasi gamma 0 kontrol, 3, 6, 9, 12 krad. Rata-rata maksimum embrio per nuselus EN yang tercatat setelah 4 bulan kultur ovule. Hasil penelitiannya menjelaskan jeruk secara umum tertekan embriogenesisnya pada 9 dan 12 krad Altaf 2006. Pembentukan kimera sering dapat dihindari jika pembentukan tunas adventif dihasilkan dari sel tunggal yang digunakan. Dengan demikian, teknik kultur in vitro jaringan dan sel tunggal yang telah berkembang sekarang ini sangat penting untuk beberapa jenis spesies dalam memanfaatkan kultur sel dan jaringan untuk memperoleh mutasi Shu et al. 2012. 15

2.6 Analisis Molekuler pada Tanaman Mutan

Analisis keragaman genetik tanaman jeruk dapat dilakukan dengan menggunakan marka molekuler dengan tipe-tipe seperti RFLP, RAPD, CAPS, SSR, dan ISSR. Marka molekuler tersebut dapat dipakai untuk melakukan pemetaan pada suatu varietas tanaman jeruk . Marka inter-simple sequence repeat ISSR lebih sering digunakan untuk melihat keragaman genetik pada tanaman jeruk. Marka ISSR melibatkan amplifikasi DNA menggunakan primer tunggal yang terdiri atas sekuen mikrosatelit yang sering berkurang dari ujung 3’ dan 5’ secara acak sebanyak 2-4 nukleotida. Hasil amplifikasi dipisahkan dengan gel non-poliakrialamida dan dideteksi dengan pewarna silver. Profil pita-pita ISSR yang sangat berulang polimorfik pada kopi-kopi sampel Fang Roose 1997. Penggabungan marker-marker ke dalam peta pautan genetik memperlihatkan bahwa marker-marker ISSR cocok untuk pemetaan genetik pada jeruk Sankar Moore 2001. Spesies jeruk yang berbeda memiliki pola fingerprint yang berbeda pula Fang Roose 1997.

2.7 Ketahanan Tanaman Jeruk terhadap Penyakit Huanglongbing

Citrus Huanglongbing disease disebut juga pucuk menguning, di Indonesia dikenal dengan nama citrus vein phloem degeneration CVPD CABI 2016, adalah satu dari beberapa penyakit yang disebabkan oleh patogen yang disebarkan oleh vektor serangga pada jeruk. Penyakit ini tersebar di Asia, India, Selatan Afrika, dan Brazil. Patogennya tergolong prokariot, dal am α-subdivisi Proteobacteria dan tidak dapat dikulturkan pada media buatan. HLB berada di alam dalam tiga bentuk yang dibedakan oleh kombinasi kondisi lingkungan dan vektor serangga. Huanglongbing yang disebabkan oleh Candidatus Liberibacter asiaticus Las toleran terhadap panas, ditemukan di Asia, vektornya adalah Diaphorina citri. HLB yang disebabkan oleh Ca. L. africanus Laf, sensitif terhadap panas ditemukan di Selatan Afrika, vektornya adalah Trioza erytreae. HLB yang disebabkan oleh Can. L. americanus Lam, toleran panas ditemukan di Brazil, vektornya adalah D. citri. Psyllidae adalah hama pada tanaman jeruk. Hama ini ditemukan di daerah tropis dan subtropis seperti Asia, Afghanistan, Saudi Arabia, Reunion, Mauritius, bagian selatan dan tengah Amerika, Meksiko dan Karibia USDA 2012. Deskripsi singkat penyakit Huanglongbing dapat dilihat pada Tabel 1. Penularan penyakit HLB selain dapat disebabkan oleh vektor serangga Diaphorina citri Kuw Psyllidae : Homoptera, bisa juga karena terbawa oleh bibit jeruk yang telah terjangkit oleh penyakit tersebut, atau dengan penempelan mata tempelpenyambungan Wahyuningsih, 2009. Serangga D.citri pada pertanaman jeruk siam tidak berstatus sebagai hama, tetapi lebih berperan sebagai vektor penyakit HLB. Serangga D.citri merupakan satu-satunya vektor penyakit HLB diantara serangga-serangga yang ditemukan berasosiasi dengan tanaman jeruk Wijaya et al. 2010. Bakteri penyebab Huanglongbing hidup dan hanya berkembang pada jaringan phloem, akibatnya sel-sel phloem mengalami degenerasi sehingga menghambat tanaman menyerap nutrisi Saputra et al. 2012. Menurut 16 Supriyanto et al. 2010, gejala awal serangan penyakit HLB dapat dikenali dengan adanya blotchingmotling, yaitu belang-belang kuning pada daun dengan pola tidak teratur dan biasanya tidak simetris antara kiri dan kanan daun. Sekilas, gejalanya sangat mirip dengan daun yang mengalami defisiensi unsur hara mikro Zn. Warna kuning tersebut tembus ke bagian belakang daun sehingga untuk mengamati daun yang terserang HLB, permukaan daun bagian bawah harus bersih dari serangan serangga dan jamur. Pada gejala selanjutnya, dapat mengakibatkan pertumbuhan daun terhambat yang ditunjukkan oleh daun mengecil, relatif kaku, runcing dan menghadap ke atas. Tabel 1 Deskripsi Huanglongbing berdasarkan Jepson 2009 dan NAPPO 2012. Kategori Deskripsi Nama Penyakit : Citrus Greening Disease Huanglongbing = yellow shoot disease International Organization of Citrus Virologists 2005 at 12 th Congress in Fuzhou, China - Vein phloem degeneration Indonesia - Leaf mottling Phillippines - Citrus dieback India - Greening Afrika - Likubin Cina Bakteri Penyebab : Candidatus Liberibacter asiaticus Ca. L. africanus Ca. L. americanus Inang Primer : - Citrus sp. - box thorn Chinese box orange Severinia buxifolia - wood apple Limonia acidissima - white ironwood Vepris lanceolata - mock orange orange jasmine Murraya paniculata Ind: Kemuning Gejala : - Pucuk menguning - Ranting patah - Daun gugur - Daun berbintik-bintik kuninghijau berwarna mirip gejala kekurangan unsur Zn. - Pembuluh membesar dan muncul seperti gabus. - Penurunan produksi buah, kecil-kecil dan cacat. - Buah matang tapi pada bagian ujung stylar buah tetap hijau., berbintik-bintik berwarna kuninghijau. - Biji dalam buah kecil dan hitam. - Ikatan pembuluh pada bagian tengah buah kehilangan warna. - Buah terasa pahit dan meninggalkan spot berwarna perak bila buah ditekan. Waktu munculnya gejala : - Waktu dari infeksi sampai munculnya gejala bervariasi tergantung kondisi lingkungan, umur tanaman, spesieskultivar inang, kurang dari setahun sampai beberapa tahun.