33
Gambar 7 Pengaruh perbedaan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA
3
dan air kelapa
terhadap penampilan
kecambahtunas dalam
tahap perkecambahan kultur in vitro jeruk keprok SoE 6 MSPr.
ES nampak mulai merespon media perlakuan GA
3
pada minggu ke 4 setelah perlakuan 4 MSPr. Sedangkan ES merespon media perlakuan air kelapa AK
pada minggu ke 2 setelah perlakuan 2 MSPr, 2 minggu lebih cepat daripada media perlakuan GA
3
. Sujarwati et al. 2011 menyatakan bahwa biji palem putri yang direndam dengan air kelapa lebih cepat berkecambah daripada yang tidak
direndam. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 7,
kecambah normal yang dihasilkan pada media perlakuan yang ditambahkan GA
3
lebih baik dibandingkan kecambah pada media perlakuan AK. Perlakuan GA
3
2
mg L
-1
dan GA
3
4
mg L
-1
memperlihatkan beberapa kecambah dengan bentuk yang normal, tapi ukurannya lebih tinggi daripada kecambah dari media perlakuan GA
3
yang lain. Kecambah dari media perlakuan GA
3
yang lain bentuk kecambahnya normal namun ukurannya yang lebih kecil. Persentase pembentukan kecambah
normal, untuk perlakuan GA
3
0.5
mg L
-1
memberikan hasil paling baik yaitu 83.3. Hasil tersebut mirip dengan hasil yang diperoleh dari penelitian Husni et
al. 2010 yaitu GA
3
kisaran 0 hingga 0.5
mg L
-1
yang ditambahkan dalam media MW dapat mendorong perkecambahan embrio dewasa menjadi planlet dan
konsentrasi GA
3
yang paling baik digunakan adalah 0.5 mgL. Air kelapa dengan konsentrasi 0-20, walaupun reaksi media dengan inokulan lebih cepat, tapi
jumlah kecambah normal yang dihasilkan sedikit dan ukurannya nampak lebih kecil Gambar 7, AK0-AK20.
3.3.5 Pembesaran dan Aklimatisasi Planlet Jeruk Keprok SoE
Tahap selanjutnya yang juga menjadi hal penting dalam proses perbanyakan tanaman adalah pembesaran dan aklimatisasi planlet. Kecambah dipindahkan ke
media MW tanpa penambahan zat pengatur tumbuh untuk proses pembesaran planlet. Kecambah bertumbuh dan berkembang membentuk planlet yang lengkap
deengan akan dan daun Gambar 8.
Planlet yang dihasilkan dari proses embriogenesis somatik tersebut bisa merupakan planlet hasil dari proses perkecambahan normal ataupun abnormal.
Untuk planet yang dihasilkan dari proses perkecambahan abnormal, bila dibiarkan tumbuh, maka akan tumbuh planlet abnormal tersebut tunas atau bakal tunas.
Tunas atau bakal tunas tersebut dapat disubkultur kembali dan akan dapat tumbuh dan berkembang membentuk planlet normal Gambar 8.c. Proses aklimatisasi
34
Gambar 8 Planlet hasil proses perkecambahan jeruk keprok SoE a normal, dan b abnormal, c bakal tunas baru normal, d planlet dalam proses
aklimatisasi.
planlet membutuhkan media tumbuh, air, cahaya, suhu dan kelembaban udara yang cukup agar planlet yang dalam proses tersebut mampu untuk beradaptasi dan
akhirnya tumbuh menjadi tanaman yang tahan dengan lingkungan sekitar.
3.3.6 Studi Embriogenesis Somatik Jeruk Keprok SoE
Biji matang mature seed tanaman jeruk telah memiliki biji seed yang terdiri atas: integument yang telah mengeras membentuk kulit biji seed coat;
embrio nuselar, yaitu embrio hasil degenerasi jaringan nuselus: dan kantung embrio embryo sac yang membesar sesuai ukuran embrio zigotik. Biji tanaman
jeruk yang masih muda immature seed memiliki integument yang masih lunak. Jaringan nuselus yang berada di bagian dalam dari integument dengan ukuran
volume yang lebih besar dan melingkupi embryo sac yang masih berukuran kecil. Bakal biji ovule jeruk yang semakin matang, embrio membesar mencapai fase
kotiledon, seiring dengan itu jaringan endosperm berkurang, embrio sac semakin membesar, maka jaringan nuselus akan semakin mengecil dan kemudian
berdegenerasi membentuk embrio nuselar Koltunow et al. 1995. Menurut Kosmiatin 2016, komunikasi pribadi, jaringan nuselus 2n seakan-akan
menyediakan tempat untuk jaringan endosperm 3n berkembang yang merupakan sumber makanan bagi embrio zigotik.
Dalam kultur in vitro jeruk keprok SoE, embrio nuselar mengalami proliferasi melalui proses embriogenesis somatik membentuk embrio somatik
primer heart dan torpedo. Embrio somatik primer selanjutnya dapat memperbanyak diri lagi dengan menghasilkan embrio somatik sekunder. Embrio
somatik primer jeruk keprok SoE dapat membentuk embrio somatik sekunder melalui proses embriogenesis somatik secara tidak langsung indirect somatic
embryogenesis melalui tahap pembentukan kalus; dan atau proses embriogenesis somatik langsung direct somatic embryogenesis membentuk embrio somatik
dari bagian terluar eksplaninokulan Gambar 9.
35
Gambar 9 Proses pembentukan embrio somatik ES sekunder melalui proses embriogenesis tidak langsung I dan embriogenesis somatik
langsung II. 1, 2 ES primer; 3 pembentukan kalus embriogenik; 4 pembentukan globular awal early globular; 5 globular transisi
late globular; 6 pembentukan pro-embrio; 7 pertumbuhan pro- embrio dan embrio pada eksplaninokulan;
Kalus embriogenik kultur in vitro jeruk keprok SoE terdiri dari massakompleks pro-embrio PEM: pro embryo mass dan pro-embrio fase
globular awal early globular Gambar 11.1, 2 dan 3. Globular awal kemudian akan berkembang menjadi globular fase transisi late globularglobular akhir
Gambar 11.4. Globular akhirtransisi memiliki dua kutub bipolar yaitu polar 1 yang merupakan bakal tunas dan polar 2 sebagai bakal akar Gambar 10.
36
Gambar 10 Globular dewasa berwarna hijau dengan dua kutub bipolar Globular akhir berwarna hijau, tumbuh dan berkembang ke tahap berikutnya
membentuk embrio somatik fase heart dan torpedo Gambar 11. 5, 6. Fase kotiledon dalam proses embriogenesis somatik tidak lagi
dikelompokkan pada embrio somatik karena tidak dapat mengalami masa istirahat dorman seperti fase kotiledon dari embrio zigotik yang masih terlindung dalam
biji karena biji yang telah berkembang masih memiliki seed coat integument dan sedikit jaringan endosperm. Embrio somatik fase kotiledon selanjutnya akan dapat
berkembang membentuk kecambah - planlet Gambar 11.7 dan 8. Hal ini seperti yang dijelaskan juga oleh Zimmerman 1993.
Demikian pula dengan suspensor, massakompleks pro-embrio dan embrio somatik dalam proses embriogenesis somatik jeruk keprok SoE Gambar 11 tidak
memperlihatkan adanya suspensor seperti yang ada pada embrio zigotik dalam proses embriogenesis zigotik. Seperti yang dijelaskan dalam Zimmerman 1993
suspensor berfungsi sebagai penyalur bahan makanan untuk embrio zigotik melalui funiculus, juga berfungsi untuk membantu embrio zigotik fase kotiledon
sebagai penguat untuk masuk ke dalam jaringan endosperm.
Kalus embriogenik yang terdiri atas massa pro-embrio PEM dan early
globular pun akan tumbuh berkembang menjadi banyak. Sebagian membentuk kalus embriogenik baru dan sebagian yang lain membentuk, tumbuh dan
berkembang menjadi embrio somatik dewasa fase selanjutnya. Tahap akhir dari pertumbuhan ES adalah terbentuknya kotiledon dan pada akhirnya membentuk
kecambah dan menghasilkan tanaman utuh bertunas dan berakar karena sifat bipolarnya.
3.4 Simpulan
1. Kalus embriogenik jeruk keprok SoE dapat diinduksi dari biji matang mature
seed dengan penambahan BAP konsentrasi 3 mg L
-1
dalam medium MW. 2.
Penambahan ABA hingga 0 – 4 mg L
-1
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada proses proliferasi dan sinkronisasi kalus embriogenik membentuk
embrio somatik fase globular transisi.