Ruang Lingkup Penelitian Induksi Mutasi Dengan Sinar Gamma Pada Populasi Kalus Embriogenik Jeruk Keprok Soe Untuk Ketahanan Terhadap Penyakit Huanglongbing

11 yang memiliki kesamaan karakter dengan tanaman induknya dan bebas penyakit sistemik Widyaningsih et al. 2013. Di Indonesia, penelitian mengenai embriogenesis somatik tanaman jeruk telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti: Kosmiatin et al. 2014 melakukan induksi embriogenesis somatik dari jaringan triploid endosperm jeruk siam Citrus nobillis Lour cv Simadu umur 11-13 minggu setelah antesis, menghasilkan formulasi media terbaik untuk induksi kalus embriogenik pada media MS modifikasi dengan penambahan 3 mg L -1 BA dan 500 mg L -1 casein hydrolisat CH atau malt ekstrak ME. Merigo 2011 studi regenerasi tanaman jeruk keprok Batu 55 melalui proses embriogenesis somatik yang mana eksplan terbaik untuk induksi kalus embriogenik adalah nuselus pada media dasar MT yang ditambahkan BAP 3 mg L -1 , 1 mg L -1 2,4-D dan 500 mg L -1 ME, media proliferasi kalus terbaik adalah media MS ditambah vitamin Morel and Weitmore MW, 3 mg L -1 BAP dan 300 mg L -1 ME, media pendewasaan terbaik adalah media dasar MS ditambah vitamin MW, ABA 2.5 mg L -1 dan 50 mg L -1 ME, media perkecambahan terbaik adalah media dasar MS ditambah vitamin MW, GA 3 2.5 mg L -1 . Agisimanto et al. 2005 menggunakan eksplan nuselus jeruk siam pontianak dan jeruk manis pacitan yang ditanam pada media MS dengan 500 mg L -1 malt ekstrak, 13,3 uM BAP, 146 mM sukrosa dan 10 g agar, memberikan respon positif terhadap pertumbuhan kalus dan regenerasi embrio somatik dari kedua jenis jeruk tersebut; hasil regenerasi kedua jeruk tersebut diharapkan bebas terhadap penyakit sistemik. Husni et al. 2010 meregenerasikan jeruk siam melalui proses embriogenesis somatik menggunakan eksplan nuselus dan embrio zigotik dari buah muda berumur 30-90 hari setelah anthesis dan dikulturkan pada tiga jenis media dasar MS, MW dan MT untuk induksi kalus embriogenik, yang mana media dasar MW merupakan media terbaik untuk induksi kalus embriogenik dari nuselus jeruk Siam Simadu dan Pontianak. Perbanyakan vegetatif tanaman pada prinsipnya menghasilkan klon-klon tanaman dengan sifat yang seragam atau identik sama dengan tanaman induk, baik secara in vivo dan in vitro Mariska 2002. Nuselus sebagai bahan eksplan untuk kultur nuselus dapat menghasilkan tanaman yang memiliki kesamaan karakter dengan tanaman induknya dan bebas penyakit sistemik Widyaningsih et al. 2013. Dalam proses kultur in vitro, sering ditemukan keragaman somaklonal Mariska 2002. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keragaman somaklonal dalam proses kultur in vitro seperti; penambahan zat pengatur tumbuh dari golongan auksin dan sitokinin, frekuensi sub kultur, periode lama kultur Yulianti et al. 2012.

2.3 Air Kelapa

Air kelapa mengandung sejumlah senyawa biokimia seperti potassium, sodium, kalsium, fosfor, besi, tembaga, sulfur, magnesium, asam askorbat dan grup vitamin B. tujuh puluh persen kandungan air kelapa adalah asam amino bebas yang terdiri dari glutamine, arginine, asparagine, alanine dan asam aspartate Gnasekaran et al. 2012; mengandung zat pengatur tumbuh alami auksin dan sitokinin yang dapat disubstitusikan dengan pengatur tumbuh sintetik dalam proses kultur jaringan tanaman Mandang 1993. 12 Air kelapa juga mengandung natrium dan kalium sebagai kation elektrolit utama yang membuat air kelapa menjadi larutan isotonik. Kandungan natrium dalam air kelapa bertambah dengan semakin tuanya umur buah kelapa. Kandungan kalium menurun dengan semakin bertambahnya umur buah kelapa. Warna air kelapa dari buah kelapa yang telah tua berwarna keruh karena terjadinya reaksi penyabunan antara minyak yang terdapat pada buah kelapa dengan ion kalium, karena kalium lebih reaktif daripada natrium Arsa 2011. Runtunuwu et al. 2011 menyatakan bahwa air buah kelapa mengandung vitamin C asam askorbat rata-rata 2.12 mg100 g bahan. Pada kultur in vitro tanaman Calanthe hybrids, air kelapa yang ditambahkan pada medium Hyponex dapat meningkatkan perkembangan sel-sel dan jaringan- jaringan yang dikulturkan, karena air kelapa spektrum luas dari faktor-faktor tumbuh. Air kelapa dengan konsentrasi 10-50 mlL dapat meningkatkan tinggi pucuk, bobot segar dan kering dari pucuk dan akar, lebar daun, jumlah akar, jumlah dan luas daun. Namun, air kelapa pada konsentrasi 100 mlL media in vitro, dapat menyebabkan menurunnya semua pertumbuhan dan penampilan morfologi, seperti menginduksi pertumbuhan planlet-planlet abnormal Baque et al. 2011. Pada kultur in vitro tanaman krisan, air kelapa mendorong pembentukan akar pada media MS tanpa ZPT atau kombinasi dengan IAA, mendorong pembentukan kalus terutama dikombinasikann dengan BAP atau BAP+IAA. Substitusi media MS dengan air kelapa dapat menghemat penggunaan media MS sampai 50. Air kelapa yang dikombinasikan dengan IAA dan BAP untuk N dapat meningkatkan kandungan klorofil jaringan, tekanan osmotik media, aktivitas metabolisme jaringan dan kapasitas buffer media Mandang 1993. Sujarwati et al. 2011 telah melakukan penelitian dengan memanfaatkan air kelapa untuk meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman palem putri. Air kelapa dengan konsentrasi 75 meningkatkan persentase perkecambahan sebesar 96.25, berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit palem putri terutama pada parameter tinggi tanaman, panjang daun, panjang akar, dan berat basah, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Air kelapa konsentrasi 50 dapat meningkatkan panjang akar yang terpanjang.

2.4 Induksi Mutasi dan Perbaikan Tanaman

Pemuliaan mutasi mengacu pada perkembangan kultivar baru atau plasma nutfah melalui produksi yang disengaja dan seleksi mutasi baru Roose 2007, pemuliaan varietas dengan sifat-sifat baru, dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan suatu varietas baru Shu et al. 2012. Dalam beberapa kasus, pemulia hendaknya obyektif untuk menginduksi terjadinya mutasi pada kultivar yang ada dengan perbaikan sifat. Setelah menemukan dan mengevaluasi suatu seleksi dengan sifat yang diinginkan, maka kultivar yang telah membawa sifat yang diinginkan dapat dilepas. Pemulia memanfaatkan pemuliaan mutasi dan melakukan seleksi terhadap hasil mutasi yang diinginkan. Plasma nutfah tersebut digunakan sebagai tetua dalam program seleksi-hibridisasi. Mutasi mengacu pada suatu perubahan yang dapat diturunkan melalui DNA. Pada tingkat molekuler, mutasi dapat mengubah DNA melalui