Mutasi pada Tanaman Jeruk
19 dibudidayakan dan hal ini juga menjadi fokus dalam program pemuliaan jeruk
Stover et al. 2012. Dalam tanaman terdapat protein pertahanan tanaman yang dapat
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, yaitu chitinase dan β-1,3-
glucanase. Chitinase dan β-1,3-glucanase telah diidentifikasi dalam akar, daun dan
flavedo ‘Marsh’ jeruk bali, dan pada daun-daun dan bunga dari navel orange. Enzim-enzim ini mungkin dapat berguna dalam mengembangkan langkah-langkah
pengendalian penyakit secara ekonomis dan ramah lingkungan Niedz et al. 1994.
Thionin, suatu karbohidrat yang kaya akan sistein memperlihatkan aktivitas antimikroba secara in vitro. Thionin membentuk pori-pori pada membran sel dan
menyebabkan kerusakan membran dan kematian sel bakteri. Ekpresi gen thionin meningkatkan ketahanan terhadap fitopatogenik pada sel bakteri. Reactive oxygen
species ROS seperti H
2
O
2
dan O
2
berhubungan dengan protein dinding sel yang kaya akan hidroksiproline yang diduga terlibat dalam proses-proses yang
berhubungan dengan respon hipersensitif Cornelissen Schram 2000. Wirawan et al. 2003 menemukan dua molekul protein khas pada tanaman
jeruk yang terinfeksi penyakit HLB. Kedua molekul protein ini menghambat transport mineral ion ke dalam sel tanaman jeruk sehingga menyebabkan
tanaman jeruk bergejala defisiensi unsur hara. Gen ketahanan untuk serangan penyakit HLB berhasil diisolasi dan mengklonnya pada plasmid vektor. Gen
tersebut diberi nama GenCVPD dan Mereka jug berhasil dilakukan overexpression gen HLB dalam sel Escherichia coli.
Deteksi adanya bakteri penyebab penyakit Huanglongbing pada tanaman jeruk dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang paling sederhana tapi
cukup bisa dipercaya adalah penggunaan larutan yodium yang dioleskan pada irisan melintang daun tanaman jeruk yang memperlihatkan adanya gejala
Huanglongbing Wirawan et al. 2003. Cara lain yang membutuhkan biaya relatif besar namun hasilnya akurat adalah dengan teknik analisis molekuler berbasis
PCR. Daun tanaman jeruk yang terkena penyakit Huanglongbing dapat dideteksi dengan primer spesifik OI1OI2c dan A2J5 menghasilkan pita spesifik masing-
masing 1160 bp dan 703 bp Ruangwong Akarapisan 2006. Deteksi bakteri Cand. Liberibacter sp. dapat pula menggunakan primer universal 16S rDNA
Teixeira et al. 2005.
20
3 INDUKSI KALUS EMBRIOGENIK DAN STUDI
EMBRIOGENESIS SOMATIK JERUK KEPROK SOE ASAL NTT
1
Induction of Embryogenic Calli and Study of Somatic Embryogenesis of SoE Mandarine from East Nusa Tenggara
Abstrak
Kalus embriogenik KE, langsung ataupun tidak langsung, dapat diinduksi dari biji yang masih muda immature seed. Biji yang masih muda terdapat
jaringan nuselus yang dapat digunakan sebagai eksplan awal dalam pembentukan embrio somatik ES. Kalus embriogenik dapat juga diinduksi dari biji yang sudah
matang mature seed. Biji yang telah matang, jaringan nuselus telah mengalami degenerasi membentuk embrio nuselar Koltunow et al. 1995. Tujuan penelitian
tahap ini adalah: 1 Memperoleh kalus embriogenik dari eksplan biji matang jeruk keprok SoE dengan penambahan kombinasi BAP dan 2.4-D; 2
Memperoleh embrio somatik jeruk keprok SoE melalui proses pendewasaan kalus embriogenik dengan penambahan ABA dan air kelapa; 3 Memperoleh planlet
jeruk keprok SoE melalui proses perkecambahan embrio somatik dengan penambahan GA
3
dan air kelapa; dan 4 Mempelajari proses embriogenesis somatik jeruk keprok SoE. Percobaan induksi kalus embriogenik dan
pembentukan embrio somatik awal menggunakan media MW dengan penambahan beberapa taraf konsentrasi 2.4-D yaitu 0, 0.1, 0.3 dan 0.5 mg L
-1
dikombinasikan dengan 3 mg L
-1
BAP. Proses proliferasi, sinkronisasi dan pendewasaan KE membentuk ES menggunakan ABA 0, 0.5, 1, 2 dan 4 mg L
-1
dan air kelapa 0,5, 10, 15 dan 20. Perkecambahan embrio somatik menggunakan GA
3
0, 0.5, 1, 2 dan 4 mg L
-1
dan air kelapa 0,5, 10, 15 dan 20. Hasil menunjukkan bahwa KE jeruk keprok SoE dapat diinduksi dengan
menambahkan BAP sebanyak 3 mg L
-1
ke dalam media MW tanpa perlu penambahan 2.4-D. Penambahan ABA hingga 0
– 4 mg L
-1
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada proses proliferasi dan sinkronisasi KE membentuk ES
fase globular transisi. Penambahan air kelapa menunjukkan pengaruh yang nyata pada proses sinkronisasi KE membentuk ES fase globular transisi. Penambahan
ABA 1 mg L
-1
dapat meningkatkan pendewasaan embrio somatik sebesar 98.5 dari kontrol, sedangkan penambahan air kelapa belum dapat meningkatkan
pendewasaan embrio somatik melebihi perlakuan kontrol. Penambahan GA
3
dan air kelapa tidak menunjukkan pengaruh pada perkecambahan embrio somatik
membentuk kecambah. Embrio somatik terbentuk dari individu-individu sel kompeten yang mirip dengan zigot yang berturut-turut membentuk massa pro-
embrio PEM, globular awal, globular akhir, embrio somatik fase hati, torpedo dan embrio somatik dewasa fase kotiledon.
Kata kunci: bipolar, globular, in vitro, media
1
Sebagian isi Bab ini telah dipublikasikan dalam jurnal internasional “Horticultural Biotechnology Research” Vol. 1 tahun 2015.