2.6 Kerangka Berfikir
Belajar adalah suatu proses usaha mendapatkan pengetahuan dan pengalaman untuk memperoleh perubahan tingkah laku seseorang ke arah lebih
baik yang dilakukan secara sadar pada aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik Slameto,2003:2 . Proses belajar mengajar adalah suatu proses
interaksi antara pendidik dan peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan suatu proses pembelajaran akan teridentifikasi dengan
tercapainya Tujuan Instruksional Khusus TIK yang telah ditetapkan sebelumnya yang dapat ditunjukkan melalui penilaian prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar peserta didik mencerminkan pemahaman peserta didik terhadap bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Semakin baik prestasi belajar
yang dicapai oleh peserta didik tersebut menunjukkan semakin baik pula pemahaman siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
Prestasi belajar yang dicapai siswa tentunya dipengaruhi oleh faktor –
faktor yang mempengaruhinya yaitu menurut Slameto 2010:54 adalah faktor yang berasal dari diri siswa Faktor internal dan faktor yang berasal dari luar
diri siswa Faktor eksternal . Faktor internal diantaranya adalah minat, bakat, motivasi, tingkat intelegensi. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah
faktor metode pembelajaran, media pembelajaran dan lingkungan. Secara umum faktor
– faktor tersebut dapat dikerucutkan menjadi empat hal yakni guru, siswa, kurikulum dan lingkungan. Faktor
– faktor ini akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang efektif akan mengantarkan siswa untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Strategi agar pembelajaran dapat efektif
menurut Roestiyah dalam Djamarah 2010:74 adalah melalui penerapan teknik – teknik penyajian atau disebut dengan metode pembelajaran untuk mengantarkan
siswa mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini guru merupakan komponen terpenting yakni bertugas menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif, menyenangkan dan memberikan kesempatan siswa untuk ikut berpartisipasi menggali potensi diri dalam pembelajaran. Jadi guru
sebagai fasilitator antara materi pembelajaran dan peserta didik. Hal ini juga senada dengan pendapat Tu’u 2004:78 berkaitan dengan
pentingnya penerapan metode dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas yaitu strategi pendekatan terhadap siswa yang kurang menonjol, strategi guru
dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran berkaitan dengan model dan metode serta strategi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran.
Model dan metode yang digunakan seharusnya sesuai dengan tujuan pembelajaran, mampu mengaktifkan siswa dan dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi yang disampikan dalam pembelajaran. Model pembelajaran konvensional yang masih sering bahkan selalu digunakan dalam pembelajaran di
SMA N 2 Ungaran belum memberikan kesempatan siswa untuk aktif berpartisipasi, dirasa monoton dan membosankan sehingga menghambat
pemahaman siswa atas materi pembelajaran yang bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu inovasi dan kreatifitas guru dalam memilih
dan menggunakan metode pembelajaran perlu diperhatikan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengaktifkan siswa sebagai usaha mencapai prestasi belajar siswa yang optimal
adalah model pembelajaran kooperatif. Penelitian Jean C Thompson Society for Personality Research, 2004:139-146 tentang penerapan model pembelajaan
kooperatif pada kelas XI materi psikologi menunjukkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik siswa.
Slavin dalam Wina 2006:240 mengemukakan dua alasan tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan
bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan. Dari pendapat para ahli tersebut, maka pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Model pembelajaran kooperatif sendiri terdapat beberapa tipe di dalamnya yang salah satunya adalah tipe atau metode jigsaw. Metode jigsaw
adalah metode pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen, beranggotakan 4-6 siswa, setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan bagian
dari materi dan harus mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lainnya. Metode Jigsaw dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa.
Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara Anita Lie dalam Agus, 2009:56.
Metode jigsaw diawali dengan kegiatan membaca, penyampaian materi oleh siswa dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Diskusi kelompok terjadi
pada dua jenis kelompok yaitu kelompok ahli dan kelompok asal. Diskusi pada kelompok ahli disebut tahap penguasaan sedangkan diskusi pada kelompok asal
disebut penularan. Dengan adanya diskusi pada kelompok ahli yang didampingi oleh guru membantu setiap siswa dalam menguasai satu pokok materi yang sudah
menjadi tanggungjawabnya sehingga siswa lebih mendalami materi dan dijadikan bekal siswa untuk penyampaian kepada anggota kelompok asal masing
– masing. Metode jigsaw menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran yang
aktif dan membantu siswa memiliki jiwa sosial melalui kerjasama dalam diskusi kelompok, dengan menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan
dan berbicara dapat memaksimalkan penggunaan panca indra siswa dalam pembelajaran sehingga siswa dapat menyerap pemahaman yang lebih banyak.
Selain itu dengan adanya tanggungjawab individu atas pemahaman seluruh anggota kelompok atas suatu pokok materi mendorong siswa untuk belajar dengan
sebaik – baiknya agar dapat menyampaikan materi kepada anggotanya sehingga
dapat berakibat pada kenaikan prestasi belajar siswa. Pemberian tanggungjawab individu siswa atas suatu pokok materi
memberikan efek positif pada siswa yaitu adanya pengakuan bahwa siswa dibutuhkan kehadiran dan kontribusinya dalam pembelajaran. Kelebihan lain dari
metode jigsaw adalah konsep penyerapan pemahaman yang dimulai dari bagian –
bagian materi menuju materi keseluruhan memberikan peluang siswa untuk menemukan konsep atau pemahaman sendiri atas materi sehingga menjadikan
siswa lebih kritis. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut
Davidson dalam Suyatna dan Yulianti 2009 adalah 1 Memacu siswa untuk berfikir kritis, 2 Memberikan kesempatan siswa membuat kata
– kata yang tepat untuk menjelaskan kepada teman lain, ini akan membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpendapat dan kemampuan sosialnya 3 Diskusi yang terjadi tidak didominasi siswa tertentu, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif
sehingga terjadi pemerataan penguasaan materi. Jadi guru berperan sebagai pendamping, penolong dan mengarahkan siswa dalam mempelajari materi pada
kelompok yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan – rekannya.
Beberapa penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diantaranya adalah penelitian Aronson 1971 menyebutkan bahwa
jigsaw mampu mengantarkan siswa ke dalam pembelajaran yang menyenangkan, mencetak siswa yang peduli terhadap sesama serta dapat mengingkatkan prestasi
belajar. Moskoweitz dan Malvin dalam Slavin 2008:72 dalam penelitiannya 1983 pada kelas matematika menunjukkan bahwa metode jigsaw mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa. Kemudian penelitian Yeti Jurnal Kependidikan, 2009 : vol 13 juga menunjukkan pengaruh yang positif antara
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran biologi, kemudian Bahriyatul Azizah 2006 melakukan
penelitian pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan jurnal khusus di MAN
Suruh juga diperoleh hasil bahwa metode pembelajaan kooperatif tipe jigsaw mampu mengantarkan siswa memperoleh hasil belajar lebih tinggi dibanding
dengan yang diajar menggunakan konvensional yakni 6,84 dengan 6,04. Keberhasilan dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diatas
diduga masih dapat lebih efektif lagi penggunaannya jika didukung dengan pemanfaatan media pembelajaran yang inovatif dan menarik sehingga mampu
mengatasi permasalahan belum optimalnya prestasi belajar siswa kelas XI IPS di SMA N 2 Ungaran pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan jurnal
penyesuaian . Penerapan media ini tentunya didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai di sekolah. Solusi yang ditawarkan terkait dukungan
media pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah penggunaan media pembelajaran berbasis macromedia flash yang di desain
semenarik mungkin dengan kombinasi unsur audio visual. Dukungan media ini diharapkan mampu memudahkan guru dalam memberikan pemahaman terhadap
siswa atas materi pembelajaran dan mengurangi terjadinya miskonsepsi pemahaman siswa yang masih sering terjadi dalam penerapan metode jigsaw.
Hamalik dalam Arsyad 2009:15 mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh - pegaruh psikologis terhadap
siswa. Berdasarkan hal itu ada tidaknya suatu media pembelajaran mempengaruhi keseluruhan proses pembelajaran, terutama dalam prestasi belajar siswa.
Macromedia flash tergolong media audio visual dan disini digunakan untuk mendukung metode jigsaw agar secara bersama
– sama meningkatkan prestasi belajar siswa. Penerapan kombinasi metode dengan media ini meurujuk
pada pendapat Dr Vernon dalam buku Quantum Teaching Slameto, 2004 :77 yang mengatakan bahwa orang belajar 10 dari yang dibaca, 20 dari apa yang
didengar, 30 dari apa yang dilihat, 50 dari yang dilihat dan didengar, 70 dari yang dikatakan dan 90 dari apa yang dikatakan dan dilakukan.
Dengan metode jigsaw yang mampu melibatkan siswa secara aktif yang dikombinasikan dengan media macromedia flash yang inovatif dan kreatif
berbasis audio visual maka akan semakin banyak indera yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga akan semakin tinggi pula daya serap siswa dalam
memahami materi pelajaran akuntansi pokok bahasan jurnal penyesuaian dan pada akhirnya diharapkan mampu mengatasi permasalahan rendahnya prestasi belajar
siswa kelas XI IPS di SMA N 2 Ungaran. Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka berfikir
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
2.7 Hipotesis