1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta
kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh pihak yang membutuhkannya untuk kepentingan pengambilan suatu keputusan
serta tujuan lainnya. Pengajaran akuntansi di Sekolah Menengah Atas sangat diperlukan mengingat pentingnya peranan akuntansi dalam kehidupan nyata.
Tujuan mempelajari akuntansi di sekolah adalah membekali siswa dengan berbagai kompetensi dasar akuntansi yang meliputi : akuntansi dan
lingkungannya, dasar - dasar prosedur pembukuan, jurnal dan posting, penyesuaian pembukuan, neraca lajur, penutupan buku dan penyesuaian kembali.
Dengan berbagai kompetensi tersebut siswa diharapkan mampu menguasai dan menerapkannya, baik untuk kepentingan melanjutkan ke perguruan tinggi maupun
terjun ke masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa maupun masyarakat disekitarnya. Depdiknas, 2003 : 2
Pengajaran merupakan suatu sistem yang didalamnya terdiri dari komponen
– komponen pengajaran yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pengajaran yang sudah ditentukan sebelumnya.
Pengajaran sangat penting untuk dilakukan karena merupakan usaha membentuk manusia yang baik. Kegagalan dalam pengajaran dapat merusak satu generasi
masyarakat. Adapun komponen – komponen pengajaran menurut Hamalik
2008:77 adalah meliputi tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik atau siswa, tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan pengajaran sebagai
suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media pengajaran dan evaluasi pengajaran. Proses pengajaran ditandai dengan adanya interaksi antar komponen
tersebut. Tujuan pengajaran akuntansi dapat tercapai jika tujuan dari kegiatan
utamanya yaitu pembelajaran atau Kegiatan Belajar Mengajar KBM dapat berkualitas yakni berkaitan dengan bagaimana kegiatan yang dilakukan selama ini
dapat berjalan dengan baik serta memberikan luaran yang baik pula. Luaran yang baik tersebut dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Prestasi belajar menurut para ahli dalam bidang pendidikan dapat didefinisikan sebagai berikut : Tu
’u 2004:75 menyatakan bahwa prestasi belajar siswa adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan siswa yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Winkel 1996:162 mengatakan
bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya. Sedangkan prestasi belajar menurut Poerwanto 1986:28 adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang
dinyatakan dalam raport. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar yang telah
dilakukan oleh siswa sebagai wujud penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan
perubahan sikap yang telah diraihnya dan ditunjukkan melalui angka atau nilai dalam raport. Jadi siswa yang prestasi belajarnya tergolong baik maka
menunjukkan penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap yang baik pula pada mata pelajaran yang ditempuhnya. Prestasi belajar bisa dikatakan
merupakan tolok ukur keberhasilan dari kegiatan belajar siswa. Tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik
yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman
belajar, menilai proses dan prestasi belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam usaha pencapaian prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa
penting diketahui oleh guru untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dalam memberikan suatu materi pembelajaran sehingga dapat melakukan evaluasi
apabila hasilnya kurang maksimal. Prestasi belajar juga penting bagi siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan belajarnya dan dijadikan sebagai indikator tingkat
keberhasilan siswa dalam menyerap dan memahami suatu materi, serta mengetahui seberapa besar minat terhadap suatu materi pembelajaran. Seorang
guru dikatakan berhasil melakukan proses pembelajaran apabila sebagian besar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya dimana
ketentuan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran di Sekolah ditunjukkan dengan prestasi belajar siswa sudah dapat melampaui Kriteria Ketuntasan
Minimum KKM yang ditentukan oleh Sekolah. Pencapaian prestasi belajar siswa menurut Slameto 2010:54
dipengaruhi oleh adanya faktor – faktor yang berasal dari diri siswa Faktor
internal dan faktor yang berasal dari luar diri siswa Faktor eksternal . Faktor internal diantaranya adalah minat, bakat, motivasi, tingkat intelegensi. Sedangkan
faktor eksternal diantaranya adalah faktor metode pembelajaran, media pembelajaran dan lingkungan. Secara umum faktor
– faktor tersebut dapat dikerucutkan menjadi empat hal yakni guru, siswa, kurikulum dan lingkungan.
Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran karena guru memegang kendali utama untuk mengantarkan siswa mencapai
keberhasailan tujuan pembelajaran. Dalam kurikulum KTSP, guru dituntut untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif. Tugas ini merupakan titik
awal keberhasilan yang nantinya bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa melalui penentuan konsep pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan
sekolah dan keadaan siswa. Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif guru harus
mempunyai ketrampilan
mengajar, mengelola
tahapan belajar,
memanfaatkan metode, menggunakan media dan mengalokasikan waktu. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang tepat akan menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif, dimana siswa akan turut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Metode pembelajaran saat ini senantiasa dikembangkan dan diperbaiki untuk meningkatkan mutu proses dan prestasi belajar siswa. Perkembangan
pengetahuan dan teknologi juga semakin mendorong upaya – upaya pembaharuan
yang kreatif dan inovatif dalam pemanfaatan hasil – hasil teknologi dalam proses
belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat – alat yang disediakan
sekolah dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat – alat tersebut sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajaran.
Hasil observasi awal di lapangan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pencapain prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di
salah satu instansi sekolah yaitu di SMA Negeri 2 Ungaran diperoleh data nilai Ujian Tengah Semester UTS Semester Genap Tahun 2011 yang menunjukkan
masih terdapat banyak siswa yang prestasi belajarnya tergolong rendah yakni dilihat dari rata
– rata nilai kelas yang rendah dan masih banyak siswa yang tidak tuntas. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.1 Tabel Nilai Rata - rata Siswa
No Kelas
Nilai Total Jumlah Siswa
Rata-Rata Nilai
1 XI IPS I
229 32
7,14 2
XI IPS 2 203
34 5,97
3 XI IPS 3
195 34
5,72 4
XI IPS 4 223
32 6,96
5 XI IPS 5
212 32
6,62 Total
1062 164
6,48 Sumber : Daftar Nilai Guru Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi 20102011
Tabel 1.1 ini menunjukkan bahwa nilai rata – rata siswa dalam kelas
banyak yang belum mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimum KKM yang ditetapkan Sekolah yaitu sebesar 69. Kelas XI IPS 1 memperoleh nilai rata
– rata tertinggi yaitu 7,14 yang diperoleh dari nilai total 229 dibagi jumlah siswa
sebanyak 32 orang dan nilai rata – rata kelasnya sudah tergolong tuntas. Kelas lain
yang sudah menunjukkan nilai rata – rata yang sudah melebihi nilai KKM adalah
kelas XI IPS 4 dengan nilai rata – rata kelas 6,96 sedangkan untuk 3 kelas yang
lain belum memenuhi nilai KKM yang sudah ditentukan sekolah yaitu kelas XI IPS 2 dengan nilai rata
– rata 5,97, kelas XI IPS 3 dengan nilai rata – rata 5,72 dan kelas XI IPS 5 dengan nilai rata
– rata kelas 6,62.
Tabel 1.2. Tabel Jumlah Ketuntasan Siswa
Kelas Tuntas
Tidak tuntas tuntas
tidak tuntas
XI IPS 1 23
9 71,87
28,12 XI IPS 2
12 22
35,29 64,50
XI IPS 3 11
23 32,35
67,64 XI IPS 4
21 11
65,62 34,37
XI IPS 5 19
13 59,37
40,63 Total
86 78
52,90 47,05
Sumber : Daftar Nilai Guru Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi 20102011.
Tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa prosentase jumlah ketuntasan siswa yang tertinggi adalah kelas XI IPS 1 yaitu terdapat 23 siswa tuntas 71,87 dan
hanya 9 siswa yang tidak tuntas 28,12. Jumlah prosentase siswa yang tuntas di kelas XI IPS 1 lebih tinggi dari empat kelas lainnya yaitu kelas XI IPS 2 terdapat
12 siswa tuntas 35,29 dan 22 siswa tidak tuntas 64,50, kelas XI IPS 3 terdapat 11 siswa yang tuntas 32,35 dan 23 siswa tidak tuntas 67,64, kelas
XI IPS 4 terdapat 21 siswa yang tuntas 65,62 dan 11 siswa tidak tuntas 34,37 dan untuk kelas XI IPS 5 terdapat 19 siswa yang tuntas 59,37
sedangkan sisanya sebanyak 13 siswa tidak tuntas 40,63. Meskipun kelas XI IPS 1 memperoleh prosentase ketuntasan tertinggi untuk siswa yang tergolong
tuntas, namun prosentase ini masih dibawah KKM Klasikal yang ditetapkan oleh sekolah pada setiap kelasnya yaitu sebesar 85 yang artinya seharusnya 85 dari
jumlah siswa dalam kelas telah memenuhi KKM individu sebesar 69.
Hasil observasi awal di atas secara keseluruhan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Ungaran pada Mata Pelajaran
Akuntansi masih belum optimal karena sebesar 47,05 dari jumlah seluruh siswa di kelas XI IPS belum memenuhi target yang diharapkan sekolah yakni 85
siswa dalam kelas mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum KKM individual yaitu sebesar 69.
Prestasi belajar siswa yang belum optimal tersebut diduga diakibatkan oleh adanya gangguan dari faktor
– faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seperti pendapat Slameto sebelumnya dan juga dapat diakibatkan oleh 3 faktor
yang mempengaruhi kualitas pembelajarannya yang meliputi : Pertama, bagaimana strategi pendekatan guru terhadap siswa yang kurang menonjol.
Kedua, strategi guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran berkaitan dengan model dan metode dan Ketiga, strategi guru dalam memanfaatkan media
pembelajaran. Tu’u, 2004:78
Merujuk pada pendapat Tu’u diatas kaitannya dengan Kegiatan Belajar
Mengajar KBM maka hasil obsevasi awal di SMA N 2 Ungaran menunjukkan kondisi sebagai berikut : Pertama, strategi pendekatan guru terhadap siswa yang
kurang menonjol hanya dilakukan dengan kegiatan remidial tidak selalu dilaksanakan tanpa adanya kegiatan pendampingan dalam pembelajaran
sehingga mengakibatkan siswa yang belum menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru tidak mendapatkan pencerahan yang optimal. Kedua, Strategi guru
dalam melibatkan siswa pada pembelajaran yakni berkaitan dengan model dan metode yang digunakan. Pembelajaran di kelas masih menggunakan model
pembelajaran konvensional dimana guru hanya ceramah sementara siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru dan guru jarang sekali memberikan kesempatan untuk bertanya maupun melontarkan pertanyaan. Siswa tidak mendapatkan banyak kesempatan untuk aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran. Interkasi hanya terjadi satu arah, pembelajaran masih terpusat pada guru dan siswa belum ditempatkan sebagai
subjek atau pemeran utama dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini melelahkan guru, membosankan siswa, interaksi rendah, siswa hanya mendengar
dan menghapal saja. Disini siswa tampil sebagai model yang hanya datang, duduk, diam, dengar dan catat D4C . Dapat dimengerti jika kemudian kualitas
pembelajaran menjadi rendah dan berakibat pada prestasi belajar siswa yang rendah pula.
Ketiga, Strategi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran. Guru belum memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal dan belum ada inovasi
padahal sarana pembelajaran di sekolah cukup memadai untuk memanfaatkan media yang inovatif dan sesuai dengan perkembangan jaman. Media yang
digunakan masih terbatas pada Lembar Kerja Siswa LKS dimana masih menimbulkan permasalahan dalam menunjang keberhasilan pembelajaran yaitu
siswa merasa bosan dan jenuh sehingga menghambat pemahaman siswa terhadap materi, terlebih lagi guru hanya ceramah dalam menyampaikan materi.
Strategi pembelajaran di SMA N 2 Ungaran yang meliputi tiga strategi pembelajaran yaitu berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran, metode dan
juga pemanfaatan media pembelajaran yang belum optimal tersebut diduga
merupakan penyebab masih rendahnya prestasi belajar siswa Kelas XI IPS di SMA N 2 Ungaran pada mata pelajaran Akuntansi.
Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sebenarnya ada bermacam
– macam dan penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan pembelajaran. Salah satu model yang dapat diterapkan untuk
pencapaian prestasi belajar dan keaktivan belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menurut Slavin 2008:8
merupakan proses pembelajaran dimana siswa dengan kemampuan yang berbeda akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang atau lebih
untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang aktif bekerja sama dalam belajar dan
bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat siswa belajar sama baiknya. Roger dan David Johnson dalam Agus 2009:58 menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif memiliki 5 unsur penting yaitu : 1 Saling ketergantungan positif, 2 Tanggung jawab perseorangan, 3 Interaksi promotif, 4
Komunikasi antar anggota, dan 5 Pemprosesan kelompok. Slavin dalam Wina 2008:240 mengemukakan dua alasan tentang
penggunaan model pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat
meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan
siswa dalam
belajar berpikir,
memecahkan masalah
dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan. Agus 2009:58 juga menyatakan bahwa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan pembelajaran
kooperatif adalah dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif yakni bercirikan dua hal : 1
“ memudahkan siswa belajar ” sesuatu yang “ bermanfaat ” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama,
2pengetahuan, nilai dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Dari pendapat dua ahli tersebut, maka pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Model pembelajaran kooperatif sendiri ada beberapa tipe yang salah satunya adalah tipe jigsaw yang dapat dijadikan solusi alternatif untuk diterapkan
dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ialah pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri adanya kelompok asal dan kelompok
ahli. Siswa dengan kemampuan yang berbeda – beda dibagi dalam kelompok kecil
untuk menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Kelompok asal
merupakan kelompok awal dengan tanggung jawab untuk memahami materi yang berbeda
– beda, kelompok ini disebut juga dengan kelompok sesungguhnya. Kelompok ahli merupakan kelompok semu yang dibentuk untuk membantu
pemahaman materi pada kelompok asal. Kelompok ahli terdiri dari perwakilan dari anggota kelompok asal dengan materi yang sama. Hasil dari diskusi dalam
kelompok ahli akan disampaikan kepada anggota pada kelompok asal.
Keuntungan dari metode jigsaw menurut Davidson 1991 dalam Suyatna
dan Yulianti adalah dapat memacu siswa untuk berfikir kritis, memberikan kesempatan siswa membuat kata
– kata yang tepat untuk menjelaskan kepada teman lain, ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan sosialnya
serta dengan adanya diskusi yang terjadi tidak didominasi siswa tertentu akan menuntut siswa untuk menjadi aktif.
Beberapa penelitian mengenai penerapan metode jigsaw menyebutkan bahwa jigsaw mampu mengantarkan siswa ke dalam pembelajaran yang
menyenangkan, mencetak siswa yang peduli terhadap sesama serta dapat mengingkatkan prestasi belajar Aronson,1971 . Moskoweitz dan Malvin dalam
Slavin 2008:72 dalam penelitiannya 1983 pada kelas matematika juga menunjukkan bahwa metode jigsaw mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dukungan media pembelajaran juga penting untuk keberhasilan pembelajaran seperti yang dipaparkan oleh Sudjana Rifai dalam Arsyad
2009:24 bahwa dengan pemanfaatan media maka pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, bahan
pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pelajaran.
Definisi media pembelajaran menurut Heinich dalam Arsyad 2009:4 merupakan merupakan seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai
tujuan instruksional pengajaran seperti televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan
– bahan cetakan dan sejenisnya. Definisi ini didukung dengan pendapat Djamarah 2010:121 yang menyatakan bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Media berfungsi untuk membantu
guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu diucapkan oleh guru melalui kata-kata atau kalimat. Selain hal
tersebut media juga dapat digunakan kapanpun siswa dan guru membutuhkan selama sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersedia.
Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar ada berbagai jenis. Salah satu media yang sedang berkembang saat ini
yaitu dengan memanfaatkan teknologi komputerisasi yang berbasis informasi dan komunikasi. Penerapan media ini tentunya didukung dengan adanya sarana yang
memadai di Sekolah. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang mempunyai arti dan bermanfaat bagi manusia. Sedangkan komunikasi
adalah penyampaian pikiran oleh seseorang kepada orang lain melalui media. Media yang berbasis teknologi dan informasi ini diharapkan mampu memecahkan
kesulitan yang dialami oleh siswa. Salah satu software yang dapat digunakan untuk membuat media
pembelajaran dengan slide presentasi audio visual adalah program Macromedia Flash. Macromedia Flash yakni aplikasi perangkat lunak buatan Microsoft yang
dikhususkan untuk menciptakan animasi dan atau dynamic content home isi halaman yang dinamis. Macromedia Flash merupakan software yang dipakai
oleh para profesional web design karena kemampuannya yang mengagumkan dan menampilkan multimedia, gabungan antara grafik animasi, suara, serta
interaktifitas bagi pengguna internet Rahman, 2008:5 . Program ini dapat
menampilkan informasi yang berupa tulisan, gambar-gambar serta animasi bergerak sehingga siswa lebih tertarik dan lebih memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Macromedia Flash juga memberikan tampilan yang tidak statis sehingga dapat meminimalisir tingkat kebosanan siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar. Beberapa penelitian lain yang mendukung tentang penerapan model ,
metode serta media pembelajaran sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut: Anggela Puspita Veranica 2005 yang mengkaji
Efektifitas model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pokok bahasan laporan keuangan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Grobogan memperoleh hasil
dengan penerapan model kooperatif hasil belajar siswa lebih tinggi dibanding dengan model konvensional yakni 7,80 dengan 7,02.
Bahriyatul Azizah 2006 melakukan penelitian dengan judul “ Studi komparasi metode pemebelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan metode
konvensional pokok bahasan jurnal khusus sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MAN Suruh ” dari penelitian yang dilakukannya diperoleh
hasil dengan menggunakan metode pembelajaan kooperatif tipe jigsaw siswa memperoleh hasil belajar lebih tinggi dibanding dengang yang diajar
menggunakan konvensional yakni 6,84 dengan 6,04. Kristiningrum 2007 dalam penelitiannya
“ Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif MPI dengan Macromedia Authorware 7.0 pada Materi
Fisika Sekolah Menengah Atas SMA Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus “ memberikan hasil penelitian yakni macromedia flash tergolong baik atau layak
untuk digunakan dalam proses pembelajaran dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
Tri Indah Nurchayati 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan Macromedia Flash untuk meningkatkan prestasi belajar siswa mata
pelajaran akuntansi di SMA Sudirman Ambarawa “ juga menunjukkan hasil penelitian bahwa macromedia flash efektif untuk digunakan dalam pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi belajar. Dari uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
usaha peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi melalui penerapan model, metode dan media pembelajaran. Untuk itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS Mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian di
SMA N 2 Ungaran Tahun Ajaran 20102011 “
1.2 Rumusan Masalah