Sejarah Singkat St. Tarsisius

13 seseorang ketika menjadi misidinar atau pelayan pastur saat perayaan Ekaristi di gereja. Karena dalam hal tersebut terjadi aktivitas melayani dan dilayani dan bersifat secara langsung.

2. Apa itu Misdinar

Misdinar adalah kata dalam bahasa Indonesia, kata misdinar ini sama dengan kata dalam bahasa Jerman: “Messdiener” Kata “Messdiener” berarti pelayan Misa Kudus. Dalam bahasa Inggris, biasa digunakan istilah altar “servers” atau pelayanan altar, atau “boys and girls to service at the altar”. Jadi menurut arti dari asal usul katanya, misdinar itu adalah seorang pelayan, yakni pelayan Misa Kudus atau pelayan perayaan Ekaristi Martasudjita, 2008: 12-13. Dalam praktek, misdinar juga menjadi pelayan berbagai perayaan liturgi dan ibadat yang tidak selalu Misa Kudus. Sinonim untuk kata misdinar iyalah putra-putri altar. Kalau misdinar itu laki-laki, ia disebut putra altar. Apabila misdinarnya putri ia disebut putri altar. Apabila misdinarnya campuran maka mereka disebut putra- putri altar. Dalam simbolik liturgi Gereja, altar itu melambangkan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Pada saat Misa Kudus berlangsung Tuhan Yesus Kristus sendiri hadir secara istimewa di atas altar, dalam rupa roti dan anggur yang diterimakan saat komuni berlangsung. Dengan demikian bila kita menjadi putra-putri altar sama saja kita menjadi pelayan Tuhan Yesus Kristus.

3. Makna Spiritualitas Misdinar

Makna Spiritualitas Misdinar adalah roh, jiwa, dan semangat. Dengan demikian spiritualitas misdinar dapat diartikan sebagai semangat yang menjiwai 14 pelayanan para misdinar. Sebagai pelayan Misa, hendaknya kita mengembangkan “semangat jiwa pengabdian tanpa pamrih” Gabriel, 2001: 78. Adapun yang dimaksud dengan semangat pengabdian tanpa pamrih adalah sebagai berikut:

C. Melayani dengan Penuh Cinta

Melayani bukanlah tugas yang hina, melainkan tugas yang luhur dan mulia. Apalagi Tuhan sendiri yang kita layani dalam perayaan Ekaristi. Karenanya semangat ini juga menyiratkan rasa syukur atas kesempatan boleh melayani Tuhan dan sesama. Bukankah setiap umat bisa leluasa baik altar dan melayani imam. Tugas istimewa ini justru dipercayakan kepada kita, para misdinar Gabriel, 2001: 78-80. Sebagai misdinar kita dituntut untuk melaksanakan karya pelayanan kita dalam tugas kita di gereja. yaitu melayani pastur dalam melayani saat perayaan Ekaristi berlangsung. secara khusus saat misa berlangsung disitulah Allah sungguh-sungguh hadir. Maka kita perlu memiliki sikap melayani dengan penuh cinta dalam tugas pelayanan kita sebagai misdinar. Karena yang kita layani adalah Allah yang sungguh-sungguh hadir saat perayaan Ekaristi berlangsung.

1. Menjalankan tugas dengan penuh cinta

Dalam hal ini kita sebagai misdinar juga perlu memiliki sikap menjalankan tugas dengan penuh cinta. jika kita sebagai misdinar telah memiliki sikap melayani dengan penuh cinta maka sikap itulah yang harus kita jalankan sebagai perwujudan cinta kita dalam tugas pelayanan kita. Bila kita menjalankan tugas 15 dengan penuh cinta, niscaya tugas seberat apapun akan terasa ringan dan menyenangkan. Sebaliknya, bila tugas itu hanya dipandang sebagai kewajiban, tentu akan terasa makin berat. Hendaknya kita menjalankan tugas karena didorong oleh cinta kepada Tuhan dan umat. bukan semata-mata karena kewajiban kita sebagai misdinar yang harus ada saat perayaan Ekaristi berlangsung. Sebagai misdinar kita lah yang menjadi pusat perhatian umat dan menjadi pelayan liturgi secara satu kesatuan dalam perayaan Ekaristi. Bisa dibayangkan, tanpa kita para misdinar tentunya perayaan Ekaristi kurang berjalan lancar dan meriah Gabriel, 2001: 78.

2. Rendah hati

Melayani Tuhan di altar adalah tugas misdinar sebagai pelayan-pelayan Misa. Sebagai pelayan, tentu tidak selayaknya kita memegahkan diri. Sekalipun mengemban tugas yang luhur, hendaknya kita tidak menjadi sombong, tetapi berani belajar seperti Yohanes Pemandi yang berkata, “Yesus harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” Yoh 3:30. Dan bila selesai menjalankan tugas, kita harus berani berkata, “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya lakukan apa yang harus kami lakukan” Luk 17:10. Kerendahan hati kita sebagai misdinar tampak ketika kita tidak pilih-pilih dalam tugas, tetapi siap menerima dan menjalankan setiap tugas yang dipercayakan oleh pengurus Gabriel, 2001: 79. Maka dari itu, kita sebagai misdinar yang secara pribadi ingin melayani Tuhan, haruslah kita memiliki sikap rendah hati. Rendah hati sangat perlu dimiliki oleh setiap anggota misdinar supaya dalam tugas pelayanan kita saat perayaan 16 Ekaristi kita tidak mementingkan egois kita sendiri, melainkan kita mampu bersama-sama dengan anggota misdinar yang lain saling membantu dan memberikan pelayanan kita dengan baik.

3. Bertanggung Jawab atas Tugas yang Dipercayakan

Tugas yang telah dipercayakan itu hendaknya kita laksanakan dengan setia. Bertanggung jawab berarti saya menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Konkretnya lagi, saya menyiapkan diri, datang tepat waktu, dan di altar berprilaku santun sehingga membantu kekhusukan umat dalam berdoa. Kalaupun berhalangan untuk bertugas, saya akan mencari penggantiku Gabriel, 2001: 80. Maka dapat dikatakan, sebagai misdinar kita perlu membangun sikap tanggung jawab akan tugas yang telah kita peroleh. Salah satunya seperti disebut diatas dengan cara menyiapkan diri dengan baik, datang lebih awal ke gereja untuk bertugas, dan menunjukkan sikap perilaku kita yang santun saat kita bertugas. Mengapa ini perlu dilakukan, karena kita sebagai misdinar kita akan menjadi pusat perhatian umat saat melaksanakan perayaan Ekaristi. Jika kita tidak berperilaku santun, maka kita akan dipandang kurang baik oleh umat.

D. Melayani Tanpa Pamrih

Melayani tanpa pamrih berarti kita melayani Tuhan dengan ketulusan hati. Kita tidak mengkomersilkan pelayanan kita. Ada banyak contoh pelayanan misdinar yang tidak sepenuh hati. Mau menjadi misdinar manten, pembaptisan, pemakaman, asalkan mendapatkan imbalan alias “ang pauw”. Mau bertugas, asalkan nanti ditraktir atau diajak pinik. Menjadi misdinar agar nilai agamanya bagus atau pelayanannya di altar disalahgunakan sebagai ajang mejeng dan cari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 perhatian dan sebagainya. Semua motivasi memang tidaklah salah sama sekali, bahkan terkadang memang menambah “spirit”. Tetapi motivasi yang ber-“udang di balik batu demikian, terus-menerus harus dimurnikan bila kita ingin melayani Tuhan dengan penuh ketulusan hati Gabriel, 2001: 80. Pelayanan inilah yang harus diperjuangkan oleh para misdinar yaitu mau melayani dengan setulus hati tanpa memikirkan apa yang akan diperolehnya nanti setelah bertugas. Karena kita sebagai misdinar dituntut untuk mau memberikan diri kita secara utuh untuk menjadi pelayan Tuhan dan tidak memilih-milih tugas npelayanan apa yang kita inginkan atau sukai. Tetapi kita siap untuk melayani saat perayaan apapun, baik itu di gereja atau saat dimanapun kita diminta untuk menjadi misdinar.

E. Paroki Santo Mikael PangkalanYogyakarta

1. Sejarah Paroki Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta

Gereja Santo Mikael Pangkalan yang saat ini berdiri adalah bekas gudang senjata, yang dibangun awal abad 20 bikinan Hindia Belanda yang juga digunakan sebagai pabrik tebu. Saat diperuntukan sebagai gereja telah juga diberkati oleh Rm. Ignatius Joyo Siswoyo Pr, Vikaris Episkopal Vikep Daerah Istimewa Yogyakarta. Atas jasa Bp.Marsekal Pertama TNI Lambert F Silooy yang menjabat sebagai Komandan Pangkalan Udara Adi Sutjipto 1994 – 1996 menerbitkan surat keputusan bahwa gudang tersebut diperuntukkan bagi bangunan gereja Katolik. Keberadaan bangunan gereja ini sangat disambut gembira oleh umat Wonocatur,Karang Jambe, Gatak dan Pelem.