Bagi Para Orang Tua Bagi Para Pendamping Rekoleksi

3. Menyentuh Sebelum indra lain berfungsi, indra sentuhan telah berperan dalam hidup. Sentuhan penuh kasih sayang menghidupkan dan meneguhkan diri kita. Tuhan pun menyentuh diri kita melalui komuni suci yang kita terima; dan sentuhan ini pula semakin mempersatukan kita dengan sesama umat beriman seperti saat salam Damai. 4. Merasakan Kulit kita terasa dingin saat kita diudara dingin, mulut kita merasakan lezatnya makanan saat menyantap hidangan lezat. Indra merasakan memberikan pengalaman kesatuan dengan Tuhan sebagai pengalaman yang manusiawi pula seperti saat kita mengunyah Tubuh Kristus saat komuni. “kecaplah… betapa baiknya Tuhan’ Mzm 34:9. 5. Membau Bau-bauan wangi yang baik dapat menyehatkan tubuh kita. Aroma harum saat menghirup asap ukupan sewaktu pendupaan pada perayaan liturgi melambangkan keharuman nama Allah sendiri yang menyelamatkan. Bau dan aroma digunakan dalam liturgi semula dalam arti untuk higienis-kesehatan tetapi kemudian juga dalam arti teologis-liturgis.

b. Tata Gerak

Gerakan diri kita dalam rangka berliturgi mengungkapkan dinamika, proses dan perjalanan kita sebagai umat Allah dalam menanggapi karya keselamatan abadi di Surga. 1. Berjalan Berjalan merupakan gerak maju yang dalam liturgi melambangkan perjalanan umat Allah menuju tanah air Surgawi. Berjalan dengan baik ialah berjalan dengan kepala tegak menatap kedepan, mantap, gerakannya ritmis tegap, dan tangan terkatub menyembah. Tangan yang terkatub itu didepan dada, bukan dibawah perut. 2. Berdiri Berdiri merupakan sikap kesiapsediaan, penghormatan, dan perhatian pada kehadiran Tuhan. Berdiri yang baik itu tegak pada kedua kaki, dan bukan bersandar pada salah satu kaki sementara kaki yang lainnya diluruskan. 3. Duduk Duduk itu merupakan kesiapsediaan umat untuk mendengarkan Sabda Tuhan entah melalui bacaan Kitab Suci ataupun homili sang pastor. Duduk juga menunjuk sikap tenang untuk menanti, mendengarkan, dan menghormati Tuhan atau petugas yang sedang berbicara. Duduk secara liturgis berarti duduk dengan lutut kaki sejajar dan jangan pernah menumpangkan salah satu kaki kekaki kita lainnya. 4. Menundukan kepala, membungkuk, dan berlutut Gerakan enundukan kepala, membungkuk, dan berlutut sesungguhnya menyatakan satu makna namun hanya beda bobotnya. Kedua gerakan itu sama-sama menyampaikan penghormatan kepada Tuhan atau pemimpin dan sekaligus mengungkapkan rasa ketidaklayakan kita. Kepada imam yang menghadirkan Kristus kita menundukkan kepala, kepada altar kita membungkukkan badan, dan kepada Sakramen Mahakudus ditabernakel kita berlutut. Berlutut bisa dalam arti penuh, yakni saat para misdinar berlutut didepan altar selama Doa Syukur Agung DSA, atau berlutut dengan kaki kanan ditekuk saat penghormatan kepada Sakramen Mahakudus. 5. Meniarap Meniarap sebenarnya masih satu jalur gerakan dari menundukkan kepala, membungkuk dan berlutut diatas, hanya ini merupakan gerakan paling total dan penuh yang mengungkapkan penghormatan kepada Allah dan sekaligus ketidaklayakan dihadapan Allah. Yang meniarap biasanya pastor saat awal upacara Jumat Agung, atau para calon imam sewaktu litany para kudus pada perayaan pantahbisan. 6. Tangan terkatup, terbuka, terangkat, dan terentang Gerakan tangan sebenarnya mengungkapkan seluruh diri orang. Tangan terkatub mengungkapkan sikap penghormatan dan sembah sujud kepada Tuhan. Tangan terkatub inilah yang paling sering para misdinar lakukan, yakni saat berjalan atau berdiri. Inilah sikap liturgis paling sopan, bagus, dan indah. 7. Penumpangan tangan Secara liturgis, penumpangan tangan melambangkan beberapa kemungkinan, seperti pencurahan Roh, Kudus, dan berkat, pengalihan tanggung jawab dan pelantikan seseorang ke dalam jabatan tertentu, seperti dalam pentahbisan. Saat imam mengucapkan epiklese konsekratoris sewaktu DSA, imam mengulurkan tangan ke atas roti dan anggur. Itu adalah tanda pencurahan Roh Kudus. 8. Tanda salib dan berkat Tanda salib mengungkapkan iman kita kepada Allah Tritunggal, menyatakan peristiwa persatuan kita dengan Allah Tritunggal, dan sekaligus menyatakan bahwa kita ini miliki Kristus dan senantiasa dilindungi Kristus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berkat dengan tanda salib pada dahi biasa diberikan pada anak-anak saat pemberkatan anak, atau dalam perayaan sakramen pembaptisan. Penganugerahan berkat dengan tanda salib secara public kepada umat banyak hanya boleh dilakukan oleh para pelayan tertahbis seperti uskup, imam, dan daikon. 9. Menebah dada Menebah dada dilaksanakan dua kali dalam Misa Kudus, yakni saat Confiteor atau saya mengaku dan saat menjelang menyambut komuni pada waktu kita berkata: Tuhan saya tidak pantas … Menebah dada adalah ungkapan penyesalan, pengakuan dosa, dan rasa tidak layak dihadapan Tuhan.

c. Tata Suara

Suara tidak dapat dipisahkan dari hidup manusia. Dalam seluruh Kitab Suci, umat diundang untuk mendengarkan suara Tuhan, dan umat juga diundang juga untuk menanggapi Sabda Tuhan dan karya-Nya dengan pujian, syukur, dan doa yang dihunjukkan dengan gerak atau suara. 1. Musik dan nyanyian Banyak orang tidak pisah dari music. Tidak sedikit dari kalian, para misdinar, yang terbantu dengan alunan music saat belajar di kamar. Musik pun menjadi bagian penting dalam liturgi. Musik bukan hanya sekedar iringan tetapi bahkan bagian pokok liturgi sendiri yang membantu umat berjumpa dengan Tuhan dan diteguhkan dalam kebersamaannya. Yang diperkenankan untuk perayaan liturgi atau musik Gereja. Musik dan lagu pop, ndandut, country, adalah contoh-contoh musik yang sebaiknya jangan digunakan dalam rangka liturgi, musik itu laksana bagi kita. Seperti pakaian, musik itu dicipta untuk keperluan tertentu. Dan orang tidak akan menggunakan pakaian renang atau pakaian santai-bermain untuk pertemuan resmi dengan tamu Negara atau sekolah. Begitu pula musik untuk bermain atau lagu pop kiranya kurang pas untuk pertemuan resmi dengan Tuhan dalam perayaan liturgi. 2. Suara bel, gong, dan lonceng Bel, gong, atau juga lonceng memiliki fungsi yang praktis dalam perayaan liturgi, yaitu untuk menandai dimulainya suatu peristiwa yang penting atau menunjukkan bagian penting dari perayaan liturgi atau ibadat. Lonceng gereja juga berfungsi untuk memanggil jemaat untuk berkumpul, memaklumkan suatu doa doa Angelus misalnya, dan memaklumkan adanya anggota jemaat yang meninggal. Cara membunyikan bel pada saat Misa Kudus dapat diatur sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Misinar diParoki Santo Mikael Pangkalan cukup mengerti akan simbol-simbol yang ada dalam Gereja dalam merayakan perayaan Misa Kudus. Sebagian misdinar mampu untuk menerapkan apa yang menjadi makna dari setiap simbol-simbol yang terdapat dalam Gereja. Sikap-sikap yang ditunjukkan para misdinar saat bertugas telah menunjukkan pemahaman mereka akan simbol-simbol tersebut. namun disisi lain masih terdapat misdinar yang kurang memahami penuh akan simbol-simbol yang ada dalam Gereja. Contoh yang paling sering dilakukan oleh beberapa misdinar yaitu mereka menganggap tugas pelayanan yang mereka berikan masih bersifat biasa. Mulai dari cara mereka duduk, berdiri, berjalan, mengatupkan tangan. Mereka masih kurang mamahami maksud dan makna dari setiap simbol-simbol yang mereka alami. Para pengurus misdinar mengatasi hal ini dengan cara memberikan pengarahan dan pelatihan saat sebelum mereka menjalankan tugas pelayanannya. Dan para pengurus