Metode Penelitian Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
                                                                                36
SD, sekolah menengah pertama  SMP, dan sekolah menegah  atas SMA atau sekolah menengah kejuruan SMK.
Dalam  kesempatan  ini,  penulis  melakukan  wawancara  dengan  sebelumnya melakukan survei. Melihat situasi dan kondisi para anggota misdinar yang saat itu
tengah  mempersiapkan  untuk  tugas  Tri  Hari  Suci  Kamis  Putih,  Jumat  Agung, Paskah.  Setelah  melakukan  survei  dan  pengamatan,  penulis  melakukan
wawancara dengan para misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan dengan acuan beberapa pertanyaan yang membantu penulis untuk melaksanakan tugas akhir ini.
Penulis  menyiapkan  20  pertanyaan  yang  terdiri  dari  4  pertanyaan  tentang spiritualitas  Santo  Tarsisius  dan  16  pertanyaan  tentang  tugas  pelayanan  mereka
sebagai anggota misdinar di gereja. Proses  yang  dilakukan  oleh  penulis  saat  wawancara  adalah  penulis
memberikan pertanyaan bantuan dan para anggota misdinar menjawab pertanyaan tersebut dengan sejauh pengalaman dan pengetahuan mereka, dari 20 orang yang
penulis  wawancarai,  penulis  mendapatkan  bahwa  sebagian  anggota  misdinar belum  mengenal  dan  memahami  semangat  atau  kisah  dari  Santo  Tarsisius.  Dan
belum  mengerti  secara  benar  apa  itu  spiritualitas  yang  dimiliki  oleh  Santo Tarsisius. Mereka mengetahuinya sebatas Santo Tarsisius adalah Santo Pelindung
putera-puteri altar dan belum secara mendalam mengetahui kisah kehidupan dari Santo Tarsisius tersebut. Sehingga masih ada beberapa mengatakan bahwa dirinya
masih  belum  memiliki  semangat  atau  spiritualitas  yang  sama  dengan  yang dimiliki  oleh  Santo  Tarsisius.  Namun  ada  juga  yang  telah  menjiwai  semangat
pelayanan yang sama dengan Santo Tarsisius walaupun belum secara mendalam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Hal  ini  dikarenakan  mereka  kurang  mendapatkan  informasi  ataupun pengenalan  secara  mendalam  dengan  Santo  Tarsisius.  Sehingga  mereka  kurang
memiliki spiritualitas seperti Santo Tarsisius. Dalam kesempatan ini beberapa dari mereka  mengatakan  bahwa  dalam  pelatihan  sebagai  anggota  misdinar,  mereka
kurang  diberikan  pengenalan  semacam  ini  dan  hanya  terpaku  pada  proses bagaimana  menyiapkan  dan  melayani  saat  Perayaan  Ekaristi  berlangsung.  Maka
dari  itu  mereka  kurang  dipersiapkan  secara  matang  untuk  hal  iman  mereka mengenal  Santo  pelindung  putera-puteri  altar.  Selanjutnya  penulis  memberikan
pertanyaan kepada para anggota misdinar seputar pelayanan yang mereka lakukan saat  perayaan  Ekaristi.  Sebagian  besar  dari  mereka  bergabung  dengan  kelompok
misdinar  di  Paroki  Santo  Mikael  Pangkalan  Yogyakarta  adalah  karena  niat  dan pilihan  mereka  sendiri  meskipun  ada  beberapa  diantara  mereka  yang  tertarik
gabung dengan kelompok misdinar karena ajakan dari teman dan saudara mereka. Diantara mereka ada yang telah bergabung selama 8 tahun dan ada juga yang
masih baru bergabung sebagai anggota misdinar. Para anggota misdinar ini sangat senang  jika  mereka  mendapatkan  giliran  atau  jadwal  untuk  bertugas.  Terkadang
mereka  ada  yang  lebih  banyak  menggantikan  temannya  yang  tidak  datang bertugas. Dan pelayanan ini mereka lakukan karena mereka sadar akan tugas dan
tanggung jawab mereka sebagai pelayan Gereja. Jika ditanya mengenai halangan, diantara  mereka  ada  juga  yang  memiliki  halangan  yang  menghambat  mereka
menjalankan tugasnya sebagai misdinar misalnya, diajak temannya untuk bermain saat  hari  Minggu,  atau  adanya  kegiatan  diluar  gereja  yang  bertabrakan  tugas
sekolah,  les,  dll.  Dan  mereka  terkadang  masih  memilih  untuk  pergi  bermain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI