Alat-alat dan Perlengkapan Liturgi

c. Mencintai Liturgi menurut Dinamika Cinta

Mencintai Liturgi pertama-tama soal mencintai umumnya merupakan suatu proses yang dialami dari kebiasaan-kebiasaan yang teratur dilakukan. Singkatnya trena marga kulino cinta karena terbiasa. Ada memang orang yang jatuh cinta dengan super kilat, atau kilat khusus. Ketemu langsung senang dan cinta. Tetapi, bagaimanapun juga yang lebih umum ialah cinta yang muncul karena terbiasa. Karena seringnya berjumpa, lama- lama orang menjadi suka, lalu cinta. Pada mulanya tidak ada perasaan khusus. Kalau berjumpa, rasanya biasa. Eh, lama- kelamaan dia itu kok baik ya. Lalu keduanya sering berjumpa. Yang cewek minta diantar pulang atau kesuatu tempat, yang cowok pun begitu bersemangat untuk mengantar. Demikian pula urusan mencintai Ekaristi dan liturgi. Bila kita membiasakan diri terus- menerus untuk berdoa, berekaristi, merenungkan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci, doa ini itu, kita akan merasa biasa dan bahkan suka. Pada gilirannya, kita merasakan acara doa atau liturgi itu sebagai suatu kebutuhan. Dalam tingkatan kemudian, kita akan selalu merindukan untuk merayakan liturgi atau doa tersebut. pada saat itulah kita sampai ke taraf mencintai liturgi. Selanjutnya, kita selalu menginginkan berdoa, berekaristi, membaca Kitab Suci, ataupun melakukan doa- doa itu. Kedua, mencintai itu berkaitan dengan adanya suatu yang menggermbirakan dan yang kita rindukan. Kalau orang menyukai sesuatu, tentu ada dari sesuatu itu yang membuatnya senang dan gembira. Karena ada kegembiraan disitu, ia lalu ingin ketemu terus dan mengalaminya terus. Ketiga, hal mencintai itu selalu berkaitan dengan soal kesetiaan pada yang rutin- rutin. Dalam cinta kasih, tidak ada hal yang membosankan. Segalanya terasa indah dan baru. Segalanya terasa menarik dan dirindukan. Bila orang sedang jath cinta, lihatlah betapa mereka terus ingin bertemu. Herannya, walau mereka sudah bertemu ratusan kali, tetep saja ada yang dibicarakan dan diomongkan. Misdinar di Paroki Santo Mikael Pangkalan mencintai liturgi menurut dinamika cinta mereka sebagai suatu keluarga misdinar. Dimana keakraban dan persaudaraan terjalin didalam kelompok misdinar tersebut. mencintai liturgi dengan proses dinamika cinta selalu mereka tunjukkan ketika mereka mengikuti sebuah kegiatan, baik kegiatan yang dialami didalam Paroki maupun diluar Paroki. Inilah cara mereka mencintai liturgi dengan cara dinamika yang mereka cintai. Karena dengan mereka mengikuti bahkan sampai mencintai dinamikanya mereka akan semakin dimantapkan untuk menjadi seorang pelayan altar dan mampu secara pribadi maupun kelompok siap dalam bertugas sebagai misdinar.

d. Kerinduan untuk Berjumpa dengan Tuhan

Banyak orang pergi untuk berekarisi di gereja demi alasan sekedar kewajiban, ini hari Minggu, harinya Tuhan, maka marilah kita pergi ke gereja. Alasannya yak arena hari Minggu itu. Atau, yang lain lagi, yakni orang yang mengikuti misa untuk melihat penampilan koor terkenal atau pemusik terkenal yang sedang diundang mengisi nyanyian dalam misa kudus. Tetapi banyak umat yang pergi untuk misa kudus atau berdoa karena memang sedang mempunyai ujud atau permohonan pribadi. Semua alasan itu boleh-boleh saja, tidak salah. Hanya saja semua alasan itu mestinya janganlah menjadi alasan utama atau yang paling dasar. Jiwa penghayatan liturgi yang paling murni dan mendasar adalah kerinduan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hati untuk berjumpa dengan Tuhan.Ingin berjumpa dengan Tuhan memang mesti menjadi alasan nomor satu bila kita berdoa atau berliturgi. Hal ini bukan hanya menyangkut isi dasar liturgi kita, yang intinya perayaan pertemuan dengan Tuhan. Akan tetapi, kerinduan kepada Tuhan juga dapat menjadi faktor yang memurnikan semua motivasi kita dalam berliturgi. Bila kita mengikuti misa kudus dan ternyata imamnya tidak mutu, tidak bisa nyanyi, marah melulu, maka orang tidak perlu kecewa berkepanjangan karena yang penting baginya berjumpa dengan Tuhan. “saya pergi ke misa kudus ini kan untuk bertemu dengan Tuhan. Maka siapa atau bagaimana imamnya, itu tidak terlalu penting”. Itu kata-kata orang yang menghayati motivasi dasar berliturgi pada soal kerinduan hati kepada Tuhan. Para misdinar yang bertugas tentulah selalu datang dalam perayaan liturgi setiap Minggunya. Namun bagi mereka yang tidak bertugas misdinar waktu itu, mereka juga datang bukan karena itu kebiasaan mereka. Terlebih karena mereka juga mengalami yang namanya kerinduan berjumpa akan Tuhan. Maka dari itu misdinar yang ada di Paroki Santo Mikael Pangkalan ini secara keseluruhan memiliki kerinduan berjumpa akan Tuhan yang senantiasa mereka nantikan dalam hidupnya.

e. Hati yang Terbuka, Sabar, Hening, dan Penuh Iman

Berliturgi berarti memasuki ruang batin tempat perjumpaan kita dengan Tuhan secara paling didasari. Ruang batin itu akan mudah diketemukan dan dialami bilamana hati kita adalah hati yang terbuka, sabar, hening, dan mempunyai kepasrahan iman yang mendalam. Hati yang terbuka itu tampak dalam sikap yang mau menerima dengan gembira segala sesuatu yang terjadi dalam perayaan liturgi itu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI